💢 Dua Belas

1.3K 240 3
                                    


Yunseong tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya. Yunseong tidak pernah merasa sejengkel ini sebelumnya. Ia tak pernah merasa semarah ini sebelumnya.

Kenapa semua orang begitu melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting?

Ia sama sekali tak mengerti di mana letak kesalahan terbesar dari meninggalkan seorang Kang Minhee di pinggir jalan. Pemilik marga Kang itu sudah dewasa dan Yunseong bukan meninggalkannya di jalanan sepi yang sering menjadi tempat pembunuhan, perampokan, pemerkosaan atau kejahatan sejenis itu. Ia meninggakan Minhee di jalanan di depan komplek perumahan yang ia tahu pasti jika tempat itu ramai. Lagi pula, ia punya alasan mendesak sehingga meninggalkan Minhee di sana.

Tapi, kenapa semua orang menyalahkannya?

Bahkan Yujin yang ia tahu sama sekali tak dekat dengan titisan macam betina itu seperti akan meledak padanya.

"Ck, apaan sih? Lebay banget!"

Mana ditambah dengan ekspresi datar yang Minhee tampilkan, Yunseong tiba-tiba merasa seperti diejek. Ekspresi yang Minhee tampilkan itu seakan mengatakan 'rasain! Mampus lo dimarahin semua orang,' padanya. Dan Yunseong jadi kesal dengan tatapan itu.

"Seong?"

Yunseong mendengus malas saat suara ketukan pintu terdengar disusul suara ibunya terdengar. Ia masih kesal dan tak ingin diganggu siapapun termasuk ibunya. Tapi, ia juga tak mau jadi anak durhaka. Maka dengan perasaan setengah malas, lelaki itu akhirnya beranjak dari lantai di mana karpet bulu tebal yang ia duduki itu berada lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya.

"Kenapa, Ma?" tanyanya pelan.

"Ada Junho tuh di depan," jawab mamanya.

Yunseong mengerutkan kening, merasa heran dengan jawaban mamanya.

"Kok di depan? Biasanya kan langsung ke sini?"

"Sama cowok lain lagi jadi nunggu di depan."

"Siapa?"

"Mama gak tahu. Pacarnya kali," jawab mamanya seadanya, "Samperin sana."

Yunseong mengangguk saja lalu melangkah keluar dan menarik pintu. Mamanya sendiri sudah kembali melangkah ke lantai utama rumah. Ia lalu mengekor dan berjalan ke ruang depan, tempat yang dimaksud mamanya.

Yunseong mengerutkan keningnya saat menangkap sosok Junho dan Eunsang. Tumben, Junho membawa Eunsang ke rumahnya. Biasanya, teman sialannya tak akan membawa Eunsang.

"Tumben lo bawa Eunsang ke sini," celetuk Yunseong saat Junho masih sibuk berbicara pada siswa kelas XI IPA 1 itu, membuat kedua orang itu kompak menatapnya. Lelaki itu kini sudah mendudukan dirinya di sofa di hadapan mereka.

"Suka-suka gue lah. Pacar gue juga," jawab Junho masa bodoh, membuat Yunseong mendengus malas.

"Serah."

Yunseong diam, tak ingin bicara. Suasana hatinya belum baik jadi ia sama sekali tak punya niat untuk bicara lagi.

"Seong?" suara Eunsang tiba-tiba terdengar. Si rambut merah itu duduk di sofa, bersebalahan dengan Junho. Dan suaranya itu sukses membuat Yunseong menatap ke arahnya, "Lo gak apa-apa?" tanya Eunsang kemudian.

Yunseong mengerutkan kening, merasa heran mengapa Eunsang bisa mengajukan pertanyaan itu. Untuk apa? Memangnya dia baru selesai kecelakaan atau baru saja ikut tawuran dan kalah sehingga harus ditanya apa ia baik-baik saja atau tidak?

"Gue gak apa-apa," jawab Yunseong tenang, "Kenapa emangnya?"

"Elah, jawaban lo cewek banget. Lagi ada apa-apa juga bilangnya gak apa-apa," Junho tak dapat menahan diri untuk berceletuk, membuat Eunsang menatapnya tajam.

[4] FAKE ENEMY || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang