💢 Dua Puluh Tujuh

1.1K 189 22
                                    


Yunseong keluar kamarnya dengan semangat. Lelaki itu sudah mandi bersih dan pakai baju bagus. Rambut hitamnya ia tata sedemikian rupa sehingga siapa saja yang melihatnya akan mengatakan jika ia ganteng.

Ya, Yunseong memang ganteng. Hanya saja, suka bikin emosi. Itu kata Minhee.

Yunseong sudah turun, kini melangkah semangat ke arah dapur, hendak pamit dengan ibu dan kakaknya kalau ia akan pergi. Sekalian minta doa, biar jalannya sama si cinta berhasil.

"Seong, mau ke mana?"

Yunseong menoleh saat ia baru memasuki dapur dan malah menangkap suara Sihoon. Benar saja, sahabatnya itu kini sedang duduk di kursi yang menghadap meja makan yang letaknya di sebelah dapur, hanya dipisahkan oleh sebuah meja bar. Ada Eunbi juga di sana.

Yunseong memutar langkahnya, tak jadi ke dapur dan menghampiri Sihoon dan Eunbi yang tengah menata kue pesanan pada kotak-kotak. Memang, kakak perempuannya itu punya sebuah toko kue di depan komplek perumahan mereka. Sehingga tak jarang menerima pesanan kue yang bukan hanya dibuat di toko kue itu tapi juga di rumah.

"Mau jalan sama bidadari," jawab Yunseong saat sudah tiba di meja makan. Lelaki itu kini menatap kue apa saja yang dibuat sang kakak.

"Bidadari siapa?" tanya Sihoon tak paham. Setahunya, Yunseong itu suka Minhee. Tapi, mengingat kebiasaan kedua orang itu di sekolah, Sihoon tak yakin jika Yunseong akan pergi dengan Minhee sore ini.

"Ada," jawab lelaki Hwang itu sok misterius, membuat Sihoon mencibir kecil, "Nanti juga lo tahu."

Lelaki itu beralih, kini hendak mengambil salah satu kue yang akan Eunbi masukan dalam kotak. Namun, belum sempat ia menyentuh kue itu, tangan sang kakak lebih dulu menyentuh tangannya dengan keras.

"Anjir, kak. Sakit," Yunseong mengadu sambil mengelus tangannya yang panas akibat ulah sang kakak.

"Ya, lo mau ngapain?" tanya Eunbi.

"Mau nyicip, kak. Siapa tahu aja bisa dibawain buat bidadari gue," jawab Yunseong masih mengelus pelan tangannya.

"Heh, lo kayak belum pernah makan kue buatan gue aja."

"Ya udah kalo gitu, minta sekotak dong. Mau bawain buat bidadari gue."

"Gak ada. Ini pesanan orang," sahut Eunbi tak peduli.

"Kan bisa buat lagi, kak."

"Yeu, centong nasi. Lo pikir gue apaan?!"

"Sekotak doang elah, kak. Buat adek ipar lo juga."

Eunbi yang akan membuka mulutnya hendak menjawab Yunseong jadi mengatup kembali bibirnya. Gadis itu lantas mendongak, menatap adik lelakinya yang kini masih menatap kue buatannya.

"Buat siapa lo bilang?" tanya Eunbi memastikan.

Yunseong mengerjap, lalu menoleh dan menatap sang kakak yang kini menatapnya tepat. Ada kebingungan di sana, namun ia sama sekali tak mengerti untuk apa kebingungan itu.

"Buat adek ipar lo," jawabnya kemudian.

"Lah, lo pacaran sama siapa, Seong?" pertanyaan itu datang dari Sihoon yang juga kelihatan bingung, "Kok gak cerita? Lo gak mungkin udah jadian sama Minhee. Orang tadi Dongyun bilang kalian berantem."

"Minhee siapa?"

Eunbi lagi yang bertanya.

Yunseong berdecak. Merasa kedua orang itu terlalu banyak ingin tahu.

"Berisik ah! Jadi ngasih gue kue gak?" tanya lelaki itu berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia belum mau membicarakan apapun tentang Minhee dengan Sihoon ataupun Eunbi sebelum mereka jadian.

[4] FAKE ENEMY || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang