❝ I don't even take any role in their relationship. ❞
─ Universe Game
"Eh, Mahesa?" Anne sedikit terkejut ketika melihat Mahesa ada di depan pintu ruang kelasnya.
"Hai, Anne." sapa lelaki itu dengan ramah. Tak lupa dengan senyuman tipisnya. Manis sekali.
Anne membalas sapaan itu, "Halo juga! Kamu ngapain disini? Nunggu orang kah?"
"Iya, nunggu lo."
Jawaban singkat dari Mahesa membuat Anne mengerutkan keningnya. "Hah? Buat apa nunggu aku?"
Moza yang mendengar penuturan dari Mahesa tersebut langsung memasang wajah kesal. "Gak boleh. Pasti kamu mau ajak Anne pulang bareng. Anne hari ini pulang bareng aku!" tekan gadis itu dengan cepat.
Mahesa menatapnya. "Gue gak minta persetujuan dari lo."
Moza semakin kesal saja di tempat. "Apasih buaya gembel! Pokoknya Anne bareng aku, ya! Awas aja kamu!"
Anne melerai. "Udah, kalian gausah berantem. Aku pulang bareng Papaku aja."
"Jangan dong, Anne. Aku udah bawa motor lho buat kita pulang bareng." bujuk Moza dengan wajah memelas.
"Gausah, Anne. Sama gue aja. Gue cowok, lebih aman kalo lo pulang sama gue. Keselamatan lo terjamin sampai rumah." kali ini giliran Mahesa yang membujuk.
Anne bingung harus memilih pulang bersama siapa. "Aduh, udah deh gausah. Aku minta Papaku aja yang jemput biar adil buat kalian berdua. Maaf, ya, Moza, Mahesa." kata Anne. Tak ingin ambil pusing, Anne tetap pada keputusan awalnya.
Moza berdecak. "Yaudahlah gakpapa. Kalo gitu aku pulang diluan dulu, ya. Be careful, Anne." dengan hati kesal, Moza melambaikan tangannya kepada Anne yang dibalas juga oleh gadis itu.
Anne mendongak, menatap Mahesa. "Kamu kenapa masih disini? Sana pulang juga."
"Ngusir nih ceritanya?"
"Gak gitu. Jangan salah paham gini dong. Aku jadi gak enak."
"Bercanda, Anne." tangan Mahesa tergerak untuk mencubit pipi Anne dengan pelan sehingga tak menimbulkan rasa sakit sama sekali.
"Gue gak langsung pulang dulu kayaknya."
"Kenapa gitu? Kamu ada ikut organisasi atau ekstrakulikuler di sekolah?" tanya Anne.
Mahesa menggeleng. "Enggak sih. Cuma mau join buat main basket aja sama yang lain." mata Mahesa melirik ke arah lapangan dimana ada beberapa anak lelaki yang memainkan bola basket disana, termasuk teman Mahesa yang bernama Reyhan.
Anne menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Semangat mainnya! Don't forget to have lunch, ya!" pesan Anne.
Mahesa tersenyum. Merasa senang disemangati sekaligus diingatkan oleh gadis di hadapannya. "Iya, Anne."
"Kalo gitu aku keluar diluan. See you, Mahesa."
"Kata Tulus, hati-hati di jalan. Dadah, Anne!" Mahesa melambaikan tangannya ke arah Anne yang sudah berjalan keluar sekolah.
Sesampai di depan sekolah, Anne masuk ke dalam pos sekolahnya. Gadis itu mengambil ponsel yang ada di saku rok abu-abunya. Baru saja ia mau menghidupkan ponselnya, tiba-tiba suara Kailee menyapa indra pendengarannya.
"Anne." panggil gadis itu.
Anne yang sedang duduk itu langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Kailee. Suara gadis itu sama sekali tidak ramah. Baiklah, bisa Anne simpulkan bahwa Kailee sudah mengetahui semuanya.
"Iya, Kailee?" tanya Anne. Gadis itu berdiri dari duduknya. Masih berusaha ramah sembari tersenyum tipis walau Kailee sepertinya tidak berniat membalas senyuman milik Anne.
"Kamu ngomong apa sih sama Mahesa sampai Mahesa marah-marah ke aku?!" nada bicara Kailee tiba-tiba menyentak.
Anne sedikit tertegun dibuatnya tapi dia berusaha untuk tenang. Dia paham bahwa Kailee tengah emosi saat ini. "Aku gak ngomong apa-apa, Kailee. Waktu aku cerita ke Moza tad ─ "
"Kalo kamu gak ngomong apapun ke Mahesa, kenapa dia tadi tiba-tiba datang narik aku dan marah-marah ke aku?!"
"Aku gak tau, Kailee. Aku juga gak ngerti kenapa Mahesa lakuin itu ke kamu." Anne masih berusaha menjelaskan yang sebenarnya dengan tenang.
"Gara-gara kamu Mahesa semakin benci dan gak nyaman sama aku. Padahal dia udah kenal aku lebih lama dibanding sama kamu. Semenjak Mahesa kenal sama kamu, dia terus belain kamu, Anne. Aku capek. Bohong kalau aku bilang aku gak iri sama kamu. Aku juga mau dekat sama Mahesa sama kayak kamu tapi kenapa malah kamu yang dapetin semuanya padahal aku yang mau." Kailee meluapkan semuanya kepada Anne.
"Kai, kamu tenang dulu deh. Kita bicara baik-baik. Gak enak kalau kamu teriak-teriak gini."
"Tenang gimana maksud kamu?! Tenang disaat orang yang aku suka semakin benci dan berujung ngejauhi aku?!" Kailee menjeda ucapannya. "Kamu ngomong gitu karna kamu gak ngerasain apa yang aku rasain, Anne. Kamu gak ngerti rasanya jadi aku gimana."
Airmata mulai jatuh dari pelupuk mata Kailee. Anne merasa bersalah dan tidak enak kepada gadis itu. Anne mengerti bahwa dirinya tidak salah disini tapi kenapa dia harus merasa bersalah? Anne bingung harus bereaksi seperti apa karna Kailee tidak mau mendengarkan penjelasan dari dirinya. Gadis itu terus memotong setiap ucapan yang akan keluar dari mulut Anne.
"Kamu pikir selama ini aku gak capek apa terus berusaha buat deket sama Mahesa? Aku yang usaha tapi kamu yang dapetin. Tapi semua usaha aku makin hancur semenjak Mahesa kenal kamu. Ini semua salah kamu tau gak!"
"Berhenti! Berhenti nyalahin aku!" sentak Anne. Hal itu membuat Kailee terkejut. Untuk pertama kalinya, Anne berani untuk menyentak dirinya.
"Aku gak ngerti sama kamu. Aku mau ngejelasin semuanya tapi kamu gak mau dengerin. Kamu terus mojokin aku seolah-olah semua yang terjadi di antara kamu dan Mahesa itu kesalahan aku. Aku sendiri gak ngerti letak kesalahan aku dimana. Salah aku berteman dengan Mahesa?"
Anne melanjutkan, "Disini bukan kamu aja yang ngerasa capek, Kai. Aku juga capek. Aku capek dibuat ngerasa bersalah sama semua tuduhan-tuduhan kamu yang gak jelas itu. Aku berusaha menjaga jarak dari Mahesa tapi aku gak bisa karna aku gak punya alasan yang jelas."
"Aku mohon sama kamu, tolong berhenti libatkan aku dalam permasalahan kamu dan Mahesa. Aku gak tau dan gak ngerti apa-apa. Kalian berdua bisa selesaikan baik-baik. Kamu pikir dengan cara kamu marah-marah kayak gini ke aku, hubungan kamu dan Mahesa bakalan membaik? Not at all. Tolong bersikap dewasa. Intropeksi diri kamu sebelum kamu menyalahkan orang lain yang sama sekali gak seharusnya untuk disalahkan. Aku permisi." setelah mengatakan sesuatu yang membuat Kailee terdiam seribu bahasa, Anne berjalan melewatkan Kailee dan segera pergi darisana.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
panjang bangett yaaa T___T but
i really enjoy writing it 🤩💗see u soon in next part 💟
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ universe game ❞ ✓
Roman pour Adolescentsft. enhypen's heeseung ❝ The universe played with both of them but Mahesa and Anne's feelings remained the same and didn't change. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette