-Bukan Target-

314 12 1
                                    

Jas sekolah tak dipakai dan hanya disampirkan di pundak, tetapi kemeja dan dasi rapi hingga kebawah, memakai anting di telinga kiri, poni hampir menutupi mata.

Sedangkan yang satunya membiarkan jas terbuka, kemeja terbuka, tak memakai dasi, dan membiarkan kaos putih polosnya terekspos. Memakai anting di telinga kanan dan poninya tak berbeda dengan orang yang di sebelahnya ini.

"Elo..." Kalimatnya mengambang.

"Viona Irina."

Mengangkat satu alis, wajah Leon menjauh.

"Nama gue, Viona Irina." Ulang gadis itu menatap tajam Leon.

Lean berkedip dua kali melihat kakaknya.

"Viona Irina. Hm.. ini perasaan gue aja atau..." Leon tak melanjutkan ucapannya.

Ada sesuatu yang mengganjal di benak Leon ketika membaca wajah Viona.

"Udahlah, nggak penting." Lanjutnya.

"Apa-apaan lo!" Viona tak terima, tapi yang dikatakan Leon termasuk benar. Nggak penting.

"Cih, nggak penting juga kali. Dasar, cewek naif." Berjalan meninggalkan kelas yang bukan tempatnya dengan angkuh dan tentu saja —keren—.

Lean bersikap santai. "Sorry, ya? Kakak gue suka gitu, itu berarti elo bukan targetnya."

"Padahal gue pengen banget senang-senang sama elo, tapi kakak gue nggak tertarik sama elo."

Target?

"Yah.. semoga elo nggak kayak cewek-cewek lainnya yang..." Lean mendekatkan wajahnya dan berbisik. Kalimatnya menggantung.

"... Kegatelan." Tersenyum kecut, Lean kemudian pergi menyusul Leon.

^^^

"Mereka itu most wanted di sekolah, Na." Ucap Hana yang suka sekali ngegosip.

"Asal lo tau aja ya, mereka itu genius. Apalagi Lean, caranya main biola di ruang musik... Dih! Mampus!" Pika tak kalah histeris.

"Apalagi kakaknya si Leon kalau main piano... Beh!" Hana menambahi.

"Bikin orang mampus mabuk kepayang." Final Pika.

Viona mengerjap mendengarkan teman barunya itu bercerita.

"Mereka itu sering di sebut—"

"Eh, ada double L." Ucap salah satu cewek yang ada di kantin.

Benar. Leon dan Lean. Tak hanya itu, di belakang mereka juga ada teman-teman setia mereka, Joan, Alex, dan Difa.

"An, kenapa kita musti makan di kantin sini?" Tanya Leon malas pada Lean.

Oh, iya, —An— adalah panggilan khusus untuk Lean. Dan itu hanya berlaku jika Leon yang memanggilnya.

"Kakak nggak bosen apa sama kantin lantai dua?"

"Bosen, sih.."

"Yaudah gantian makan di sini."

Mengalah, begitulah Leon jika dengan adik. Ah benar, sekolah yang mereka tempati ini adalah sekolah yang terbilang The Best. Dan ketahuilah, kepala sekolahnya pun teman akrab Desbilo.

SMA CABINTARA atau SMA CAKRAWALA BINAAN NUSANTARA adalah sekolah elit yang ditempati double L. Siapa lagi kalau bukan Bilo yang memasukkan mereka.

Tak heran ada lift di sekolah itu, bahkan kantin ada dua lantai. Apa perlu diberi eskalator sekalian? Kalau perlu diganti jadi mall?!

"Oh, halo Vion!" Sapa Lean pada anak baru itu.

Tercengang, namun Leon justru cuek angsa.

Hana dan Pika speechless, melihat double L dari dekat ternyata lebih tampan dari yang mereka kira.

"Kalian ngapain?" Tanya Viona yang tanpa dia sadari meluncur begitu saja.

"Ngapain? Makan lah. Kita juga manusia kayak elo, butuh makan. Jadi keren tiap hari capek tau." Gerutu Lean.

Leon makan dengan tenang dan justru terlihat sopan sekali di mata Viona, tak seperti laki-laki kebanyakan.

"Jangan liatin gue terus, entar naksir gue nggak mau tanggung jawab."

Lamunan Viona buyar seketika mendengar Leon mengatakan seperti itu.

—==—

Next part? Follow, vote, and comment dulu dong!

Double L : BROTHER IN DUPLICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang