-Undangan-

185 10 0
                                    

"WOI!"

"AWAS! AWAS! MINGGIR! KENA BUKAN SALAH GUE!"

Ketiga teman itu melihat duo kembar dengan muka lempeng.

"Mereka energetik banget, heran." Difa tak berkedip melihat Leon dan Lean yang tengah heboh menggunakan sepeda dan skateboard di tengah koridor sekolah hingga ke lapangan.

"Mana nih mereka tambah umur lagi besok." Keluh Joan.

"Gue jadi pengen buang nih undangan." Alex menatap nanar undangan pesta ulangtahun si kembar double L.

"Datang ya di party kita!" Semangat Leon yang tengah menyebarkan undangan berwarna hitam itu.

"Semua diundang di acara party 'DOUBLE L' ini!" Lean tak kalah semangat.

"Wah! Ini acaranya besok jam 19:00 malam sampai selesai! Haduh musti pakai dress bagus ini."

"Gue pengen pingsan,"

"Baru kali ini mereka ngerayain ultah mereka! Duh, pangeran sekolah keren."

"Eh, kakel juga diundang lho!"

"Kita musti dandan yang cantik!"

"Aww, pestanya Leon sama Lean, oh my god!"

Tak habis-habisnya mereka melayang tinggi saking senangnya. Tak hanya itu. Ketiga teman Leon dan Lean juga membantu menyebarkan undangan satu sekolah. Difa, Joan, dan Alex dengan kalemnya menyebarkan undangan pada siswa-siswi lainnya.

"Datang ya..." Leon tersenyum pada salah satu gadis berambut sebahu dengan jepit pita putih di sebelah kanan.

Speechless. Gadis itu terpukau akan senyuman Leon. Sungguh mematikan.

"Kak, udah selesai."

"Lo udah? Gue tinggal satu." Leon melihat undangan terakhir, "Viona." Ucapnya membaca nama yang tertera.

"Yaudah, kasih aja." Cuek Lean.

"Tuh, murid baru ada di taman." Tunjuk Lean.

Leon menepisnya. "Lo jangan main tunjuk aja, samperin ayo," kesal sekaligus menarik Lean untuk menghampiri Viona.

"Hei, Vion." Sapa Lean. Kenapa Lean selalu menggunakan nama Vion ketika menyapa Viona?

Leon menyodorkan undangan pada Viona.

"Datang ke ulangtahun kita, ya?" Lean memberikan wink padanya.

Tersipu, Viona tersenyum dan mengangguk pelan.

^^^

"Hah?!"

"Iya, Ma, satu sekolah kami undang. Kecuali para guru." Ujar Lean antusias ketika berada di meja makan.

Mata kanan Kelin berkedut tak percaya menatap kedua anak kembarnya ini. Membuat undangan ulang tahun sendiri tanpa lapor ke orangtuanya terlebih dulu? Yang benar saja.

"Mama membesarkan kalian lebih baik dari ini."

"Sudahlah sayang, lagian ini party buat remaja, masa muda."

Leon mengangguk setuju pada papanya, Desbilo itu.
"Dan kami menyewa cafe milik Om Sean, Olicius Cafe."

Penjelasan Leon kini berganti membuat Bilo tak percaya. "Apa? Kalian—"

"Iya! Kami hebat, kan, Pa? Cafe itu besar, jadi muat buat teman-teman kami. Lagian kalau kami mengundang mereka kerumah, pasti Papa sama Mama nggak mau, takut berantakan, kan? Jadi ke cafe aja." Lean menjelaskan dengan tenang.

Kelin menatap Bilo yang membulatkan mata sempurna pada double L kemudian menghela nafas tak percaya yang dilakukan dua putra kembarnya itu.

"Pa? Papa kenapa?" Tanya Leon menaikkan satu alisnya.

"Dasar jagoan ku."

Mengusap wajah kasar. "Leon, Lean, kalian tahu kan kalau itu bukan hanya cafe. Itu kantor, nak.. kantor.. kantor bernuansa cafe. Kalian nggak bisa gitu aja menyewa dalam semalaman. Dan cafe itu hasil dari kerjasama Papa sama Om Sean." Jelas Bilo pada anak kembarnya itu.

Leon dan Lean saling pandang. Mereka benar-benar tak tahu itu.

"Papa serius?" Tanya Leon.

Bilo mengangguk pelan tengah bersabar dengan Kelin memegang pergelangan Bilo.

"Masalahnya, undangannya udah kami bagikan ke temen-temen." Lean mengangkat bahu.

Ceklek!

Semua pandangan tertuju pada seseorang yang baru masuk ke kediaman keluarga Raymond.

"Om Sean!"

—==—

Siapa yang kangen sama Sean? Angkat ketek! XD

Double L : BROTHER IN DUPLICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang