"Vion!"
Menoleh dan tersenyum. "Oh, halo Leon."
Lean menekuk alis dan tertawa. "Gue Lean, bukan Leon. Kakak gue lagi ada di atas."
Viona berkedip malu dan salah tingkah.
"Belum bisa bedain ya..." Goda Lean.
"Kalian mirip banget soalnya, jadi susah." Viona menggaruk tengkuk yang tak gatal.
Lean menunjuk ke telinga kanannya. "Lihat! Kalau yang pakai salib di kanan berarti itu Lean. Kalau yang di kiri berarti itu Leon. Intinya, Gue kanan, Kak Leon kiri."
Viona mengamatinya. "Oo, begitu."
Canggung.
Lean tersenyum simpul. "Elo.. cantik banget malam ini."
^^^
"Papa sering curiga sama orang."
Leon mengangkat alisnya. "Sering?"
"Hm. Kenapa?"
Ini hanya perasaan Leon atau entah apa, dia merasa pusing.
"Nggak lah, Pa, lupain aja. Leon mau ke bawah."
Bilo heran dengan putranya yang satu itu. Tapi dia yakin jika Leon mendapatkan masalah, dia bisa mengatasinya sendiri.
Di anak tangga, mata Leon menangkap adiknya tengah bersama Viona.
Ck, bocah itu terlalu blak-blakan, batin Leon sedikit tak suka.
Di sisi lain Leon juga memperhatikan Viona, itu membuatnya.. curiga. Dari wajah itu dia pernah melihatnya sebelumnya. Tapi dia tidak tahu apa dan siapa.
"Viona Irina."
"Nama gue Viona Irina."
Gue kok pernah tau nama itu, ya? Di mading lorong juga gue liat namanya, ah— gue nggak inget.
"Di sini lo kak. Gue cariin juga." Lean menghampiri Leon yang sedari tadi diam.
"Ayo pesta! Pimpin DJ–nya." Imbuh Lean lagi menarik lengan Leon.
"Let's Party, baby! And do it!" Suara Leon menggetarkan hati. Semua bergemuruh dan.. yang benar saja, tempat ini seperti lantai disco.
Bahkan Bilo ngeri melihat Leon dan Lean menjadi DJ duo, akhirnya Bilo hanya di balkon menikmati malam yang semakin larut.
Kelin saja ikut menggila dengan double L.
"Bro! Nggak ikut joget?" Tanya Sean menyikut lengan Bilo.
"Acara anak SMA, gue udah pernah kali, dulu." Ujarnya yang ditertawakan Sean.
"Gue nggak tau musti gimana. Nih ya gue kasih tau, anak lo si double L itu energik banget tau, nggak? Gue kalau liat tingkah mereka tuh persis kayak elo sama Kelin waktu bocah dulu." Sean bernostalgia.
Bilo merona. "Sialan lo ah, jangan ungkit yang dulu-dulu." Sergah Bilo.
Sean tertawa sukses menggoda Bilo.
"Tapi.. kalau dipikir-pikir juga, double L emang mirip gue sama Kelin." Aku Bilo.
"Tuh, kan." Sean menunjuk Bilo, "lagian ya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tingkah anak, nggak jauh dari tingkah orang tua mereka dulu."
Bilo berdecak. "Iye, iye, ah. Bawel."
"Kalau di lihat-lihat lagi, Leon itu mirip elo. Kalau Lean itu.. lebih ke Kelin."
"Memang." Jawab Bilo cepat.
"Tapi gue heran,"
Mengernyit. "Apa?"
"Taring mereka kok tajam, ya?"
"Lo kira anak gue vampir!"
Sean tertawa. "Gue iri sama anak elo, Bil. Buset dah."
Bilo tertawa sampai memukul lengan Sean. "Mereka spesial, udah itu aja."
"Pantesan, Kelin ada maunya terus."
"Diem lu ah."
Tiba-tiba Drena dan teman-teman geng Bilo juga Kelin datang. Nita menggenggam lengan Kelin kuat-kuat.
"Bil, Kelin mabuk nih." Ucap Nita asal.
"Bartender, wine satu gelas, isi penuh!" Ngawur Kelin pada Bilo.
"Lu kira ini diskotik! Minum alkohol setengah gelas aja muntah!" Geram Bilo yang mengguncang lengan Kelin.
Semua tertawa. "Wah, double L keren ya udah ngadain pesta beginian. Nyali gede, kayak orang tuanya." Sindir Farel yang melirik Bilo.
"Mana awalnya diem-diem lagi bikinnya. Satu sekolahan diundang." Imbuh Dimas yang tos dengan Farel karena satu pemikiran.
Bilo melipat tangan di dada. "Hm, masih gue liatin."
Semua tertawa dan Kelin hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Yah, secara ini udah kayak night club aja." Ujar Kelin santai memandang sekitar.
^^^
At 23:15 PM
Pesta telah diakhiri oleh double L. Bahkan Bilo dan Kelin pulang terlebih dulu.
"Bro! Gue nebeng elo ya?" Cengir Leon pada Brian.
"Gue juga." Lean datang merangkul bahu Brian.
"Ck, iye. Kenapa sih kalian nggak pakai mobil sendiri aja?" Keluh Brian.
"Itu karena..." Joan datang mengambil duduk di belakang Brian.
"Terakhir mereka pakai mobil waktu kelas satu SMA," sahut Alex dengan memegang sekaleng soda.
"Tuh mobil malah dibuat balapan." lanjut Difa menatap tajam Leon dan Lean.
Double L meringis.
Brian menggeleng. "Pantesan, gimana reaksi bokap sama nyokap elo?"
"Dasar jagoan ku!" Leon menirukan gaya Bilo yang sedang marah dan sering menyebut double L adalah jagoannya.
"Mama membesarkan kalian lebih baik dari ini!" Dan Lean menirukan gaya seram Kelin ketika marah dengan tatapan tajam dan tangan dilipat di dada, itu yang sering Kelin ucapkan.
Sampai-sampai Leon dan Lean hafal. Double L tertawa.
Teman-teman mereka menggeleng.
Brian mengisyaratkan Leon untuk ke atas, lebih tepatnya ke balkon.
"Why?" Langsung to the point Leon.
"Gue lihat ada temen lo yang..." Kalimat Brian menggantung.
Leon mengangkat kedua alis.
"Gini, gue lihat Lean yang kayaknya lagi PDKT sama cewek. Bagi gue, dia itu nggak asing. Gue ngerasa wajahnya mirip seseorang." Jelas Brian.
"Tapi gue nggak tahu siapa. Rasanya kayak—"
"Deja vu." Potong Leon.
Menjentikkan jari. "Nah, bener. Lo juga ngerasain?"
"Hm. Tapi gue juga gak inget siapa. Ya hampir sama kayak elo, kayak familiar aja gitu."
"..."
"Dia anak pindahan di sekolah gue." Ucap Leon.
Brian diam berpikir. "Kapan dia pindah?"
Leon mengingat. "Dua hari lalu."
Brian mengangguk. "Siswi dari sekolah gue juga ada yang pindah dua hari lalu."
"Siapa?"
"Dia temen kita satu kelas dulu waktu SMP."
—==—
Stay mantengin next part–nya ya..
Thanks for reading gaes:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Double L : BROTHER IN DUPLICATE
Teen Fiction[BILO × KELIN GENERATION] Cerita ini tentang kisah Double L. Leon dan Lean, yang memiliki tingkah double NGESELIN. __________ Ini adalah kelanjutan dari cerita PLAYING WITH MY BROTHER. WARNING! =>CERITA AMBURADUL, MOHON BIJAK DALAM MEMAHAMI<= Story...