-Who?-

116 4 0
                                    

"Double L! Tolong beliin Mama makaroni sama margarin dong di supermarket."

"Mama minta tolong tuh! Cepetan gih." Bilo menyenggol lengan kedua putranya, tetapi matanya tak beranjak dari PlayStation.

Lean mengangguk. "Iye, bentar Pa. Nanggung nih." Ucapnya yang tak berbeda dengan Bilo, yaitu matanya yang fokus pada game.

Mereka bertiga itu sedang bermain PlayStation di ruang keluarga jika kalian ingin tahu, mereka tak ada bedanya.

"Hm." Leon irit bicara.

Lima menit tak dapat respon, Kelin datang ke depan.

"Oh, pantesan..." Kelin mengangguk dan melipat tangan di dada.

"Oy!" Teriak Kelin mengagetkan ketiganya. Lean mengurut dada.

"Mama ngapain sih! Kaget nih." Keluh Lean.

"Suara Mama tadi cempreng banget sumpah." Leon berkedip.

Bilo tau jika Kelin akan marah, dia berjalan dan memijat pundak Kelin agar Kelin rileks, tapi Kelin menolak.

"Ih, udah deh. Mama tadi minta tolong apa ke kalian berdua?"

"Ya mana uangnya, Ma?!" Leon bertanya tak kalah kesal dengan mamanya.

Kelin menepuk pundak Bilo. "Uangnya kan udah ada di sini."

Leon dan Lean langsung paham, menengadahkan tangan pada Bilo.

"Oke, oke." Final Bilo. Ia memberi selembar uang merah dari saku, "hati-hati di jalan. Jadilah kembaran yang baik."

Wejangan Bilo itu dibalas senyuman lucu oleh double L dan berlari keluar rumah.

"Aduh, anak-anakku gemesin banget." Kelin luluh setelah double L lari terbirit-birit keluar.

Bilo tersenyum memeluk Kelin dari belakang. "Cepet banget mereka gede, tapi tingkah masih kayak bocah."

Kelin tersenyum mengelus tangan Bilo. "Kayak kita dulu."

Bilo terkekeh dan mencium pipi Kelin lembut.

Di jalan, double L sudah terbiasa berjalan kaki jika hendak ke suatu tempat, asalkan tak jauh-jauh amat. Terkadang mereka juga mengenakan sepeda atau skateboard, dan masing-masing memiliki satu.

Bilo dan Kelin tak membelikan mereka motor, double L juga tak menginginkannya, mereka bisa menggunakan motor papanya selama yang mereka mau, hanya saja double L tak begitu ingin. Mereka lebih suka hal sederhana ini.

Bagi mereka masa muda itu ketika bersepeda dan bermain skateboard, terlebih lagi mereka juga belum mempunyai SIM.

Lean tergiur es krim dengan ukuran big cup.

"Kak Leo, beli es krim yuk."

Leon datang membawa keranjang berisi pesanan mama mereka dan beberapa keripik. "Cakep, gue beli keripik nih."

"Gimana kalau kita buat keripik-es krim?!"

"Nice."

Tak tanggung-tanggung lagi mereka membelinya dan langsung membayarnya ke kasir.

Berjalan pulang dengan menenteng belanjaan bagi seorang laki-laki agak berbeda. Apalagi bagi laki-laki seperti double L. Terlihat.. manly? Mungkin.

Baru seperempat jalan, Leon terusik akan sesuatu hingga membuatnya berhenti untuk ke sekian kali.

"Lo kenapa sih, Kak?" Lean ikut berhenti untuk kesekian kali dan dia bingung.

Double L : BROTHER IN DUPLICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang