Leon menarik rambut Viona dengan kasar hingga..
"Ha..!"
Benar saja, semua tercengang dibuatnya, itu bukanlah rambut Viona yang asli, melainkan sebuah wig. Sungguh semua terkejut mendapati Leon yang tanpa ragu menarik rambut palsu itu. Bahkan Lean mematung dibuatnya. Tak hanya itu, teman-teman Leon, Alex, Joan, dan Difa sampai menutup mulut mereka tak percaya.
Sial, yang dikatakan Brian bener banget. Kesal Leon dalam benaknya.
"Lo itu palsu. Lo Irina, kan? Lo.. stalker yang selama ini merhatiin gue sama kembaran gue sejak SD. Dan lo-"
"Kak Leo, lo apa paan, sih?" Perkataan Leon terpotong.
"Diem lo Lean. Lo nggak tahu siapa dia?! Dia yang bayar orang buat ngikuti kita waktu pulang dari supermarket." Jelas Leon yang terlihat dari wajahnya nampak tak dapat menahan emosi.
Lean mengerutkan dahi, melihat Viona yang kini menunduk dengan jaring rambut yang menempel di kepalanya dan wig yang terbuang di lantai. "Vion, apa bener?"
Diam.
"Dan asal lo tau, Viona ini adalah Irina yang pernah ngebully cowok waktu SD, dia juga orang yang nabrak gue waktu SD. Dan perlu lo tau sejak saat itu dia jadi kepoin kita, khususnya gue."
Penjelasan Leon sungguh tidak dapat dicerna oleh Lean. Bahkan Lean tak ingat kalau Viona adalah Irina, dan asal kalian tahu, Lean bahkan tidak tahu siapa itu Irina.
Lho lah?!
Leon mendekat ke arah Viona, "lo deketin Lean cuma karena mau misahin gue sama Lean, kan? Lo nggak bener-bener suka sama Lean." Bisik Leon menatap fokus Viona alias Irina itu, "dari dulu yang lo suka itu gue, padahal gue nggak pernah sekalipun deket sama elo."
Dheg!
Semua berbisik-bisik, sungguh dramatis, Viona yang cantik bak porselen justru memiliki sisi yang cukup buruk. Tak tahan dengan situasi, Viona langsung pergi dari kerumunan. Lean berusaha mencegah namun justru Leon menahannya.
"Kak, lo keterlaluan." Sulut Lean.
"Dia yang keterlaluan." Bela Leon yang menuding arah Viona pergi.
Lean tak terima, "gue nggak paham sama apa yang lo lakuin tadi."
Kesal, Leon berdecak, "lo itu pintar tapi kenapa lo jadi bodoh cuman barang satu cewek!"
Jangankan Lean, kini yang melihat adegan mereka barusan ikut-ikutan bingung. Alex, Joan, dan Difa kini meminta double L untuk kembali ke bangku mereka karena semenit yang lalu bel masuk sudah berbunyi.
"Lo kalau mau tau yang sebenernya ikut gue ke rumah Brian sepulang sekolah." Tutur Leon setelah guru mapel biologi memasuki kelas mereka.
˄˄˄
"Gue nggak nyangka ya ternyata Viona itu cewek kegatelan!"
"Emang bener mereka dari SD satu sekolahan? Wah nggak nyangka banget sih dia bisa lihat double L chibi waktu kecil!"
"Gue lebih nggak nyangka lagi kalau dia ternyata pakai wig buat bohongin double L!"
Desas-desus terus berjalan di sekitar area sekolah. Dan posisi Viona sekarang adalah toilet perempuan.
Sial! Sial! Sial! Leon sialan!! Dan sialnya lagi gue jatuh hati sama dia, fuck! Bahkan si Lean keparat itu dengan tampang bodoh dan polosnya ngebuat gue benci sama dia. Nggak bisa, nggak bisa gini, nggak akan gue biarin ini gitu aja. Rintihan dan kekesalan hati Viona memuncak, kepalanya serasa ingin meledak, hatinya sesak, ingin sekali dia menangis namun tak bisa, kebenciannya lebih dalam dari selokan pinggir rumahnya solikin.
"Awas aja kalian, gue nggak akan tinggal diem!"
Viona melepas jaring rambut yang terpasang di kepalanya, menata rambut aslinya dan mulai keluar dari bilik toilet. Dia tak peduli lagi, melihat dirinya cermin begitu tajam tatapannya hingga kaca saja kalau tak tahan bisa pecah.
"Wah.. wah.. ini dia biang keroknya yang macem-macem sama double L."
Sosok cantik dan natural itu masuk ke kamar mandi perempuan. Ratu. "Gue kira gue doang yang jadi antagonisnya di cerita ini tapi ternyata lo lebih kotor, ya?" pancing Ratu menatap Viona dari cermin.
"Gue peringatin sama lo, jangan berani-berani lo ngusik dounble L, apalagi Leon. Dia nggak mandang lo cowok atau cewek, di mata dia itu sama," Ratu mendekatkan dirinya pada Viona, "jadi nyerah aja deh."
Tertawa bak penyihir, Ratu lalu pergi meninggalkan Viona sendiri, bukannya merasa getir justru menimbulkan perasaan jengkel ingin membalas semua perilaku ini.
˄˄˄
"Lo nggak bakal kabur lagi kan buat main basket?"
"Ya kali gue kabur, kapan gue pernah kabur dari latihan basket?" bela Alex yang melepas seragam putihnya dan menaruhnya ke dalam loker.
Joan meringis kemudian mencolek dagu Alex, "alah.. jangan bohong napa, gue minggu kemarin lihat lu alesan gak ikut latihan basket karena sakit perut, padahal aslinya lo ke PC Room, kan?"
Alex yang ketahuan kepergok itu menjadi salah tingkah, "yee.. k-kagak, sok tau banget lu." Gelagap Alex sembari menutup loker dan berjalan cepat menuju stadium basket, Joan sukses ketawa dan mengikuti Alex.
Di saat semuanya sudah siap untuk latihan basket, ruangan malah dikuasai oleh si kembar. Benar, double L.
"Oii! Double L! Ayo main bas-hmpt!"
"Sht! Al, lu gak lihat muka mereka pada garang gitu?" Joan melepaskan bungkamannya, Alex berkerut kening, "buset dah, iya juga. Hehe, kagak tau gue." Cengirnya.
Di samping itu sang kapten basket datang dengan wibawanya yang tinggi, yup, Bejo dan antek-anteknya, "wah, wah, kenapa kagak pada latihan nih?"
"Emm, itu kak.. ada double L." Sahut salah satu jonior yang tingginya bahkan lebih tinggi dari pada Alex yang dibawah standar.
"Oh.. i got it. Masalah sama cewek kelas XI IPA-B1 itu?" tanya Angga yang dianggukkan oleh para juniornya.
Sedangkan Bejo berkerut kening, "siapa sih ko?" Angga merangkul pundak Bejo, "anak baru yang satu kelas sama Ratu." Diberitahu hal itu Bejo langsung mengangguk. Sekedar info yang tak berfaedah, bukan hanya double L, Ratu termasuk cewek terkenal di SMA Cabintara, tak heran jika semua tahu tentang Ratu.
Lanjut ke topik double L yang masih berdiri salinga menatap satu sama lain dengan Leon yang memegang bola basket.
"Kak, gue lagi males buat latihan basket sekarang, gak bisa apa kalau kita bolos a-"
"Lean.. gue udah merhatiin lo sedari lama, dan lo jatuh hati cuman buat cewek tolol itu?"
Mengerutkan kening, "what?" Leon lalu mendekat, "gue mau kasih lo pelajaran dikit, kita main basket satu lawan satu. Lo sama gue, dan setelah itu kita langsung ke rumah Brian."
Lean tak membantah, dia mengangguk setuju. Melihat itu Leon langsung melempar bola basket pada Lean. Dan... permainan pun dimulai.
^^^
Halo hai, author up story Double L nih!
Ehm, sebelumnya author minta maaf karena selama ini author tidak pernah up story. Update story pun lama banget. Tapi author bakal tetap up walau lama, jangan sampai kalian lupa sama ceritanya lho..
Dan buat kalian yang masih membaca story authoini, terimakasih banyak <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Double L : BROTHER IN DUPLICATE
Teen Fiction[BILO × KELIN GENERATION] Cerita ini tentang kisah Double L. Leon dan Lean, yang memiliki tingkah double NGESELIN. __________ Ini adalah kelanjutan dari cerita PLAYING WITH MY BROTHER. WARNING! =>CERITA AMBURADUL, MOHON BIJAK DALAM MEMAHAMI<= Story...