Masa SMP...
Anak kembar memang cenderung lebih mencolok dari pada siapapun. Orang berpikir mereka sama, bahkan persis. Tapi ketahuilah jika hanya akan ada satu pilihan.
"Leon, kayaknya tuh cewek merhatiin elo terus deh." Brian menunjuk salah satu cewek yang duduk sendiri di bangku kantin.
"Bodo amat." Cuek Leon selalu.
Brian berdecak. "Lihat dulu napa."
Menurut saja agar hatinya senang. Leon menoleh mendapati cewek itu benar memperhatikannya. "Biarin aja lah. Paling juga sama aja kayak cewek lainnya. Deket-deket, bilang suka, nembak. Kok gue jenuh, ya?"
Leon mendesis, "apa gue se-cakep itu, ya?" Menyibakkan poni ke belakang.
Wajah Brian lempeng. "Nyesel gue bilang ke elo soal tuh cewek."
Mereka kembali pada jajanan ciki-ciki mereka, namun Brian menepuk pundak Leon ketika melihat cewek itu mendekat.
"Bro!" Tegur Brian menunjuk dengan iris matanya.
Leon menoleh kembali. "Yo! Lean!"
Lah?
Brian menepuk wajahnya.
"Yo! Kak! Gue dapet hamburger-nya nih. Susah manjatnya, ya kan, Cup." Lean mengeluh. Temannya yang bernama Ucup mengangguk.
"Manjat pohon?"
"Pager oy!"
Brian kesal karena yang dilihat bukan cewek itu, melainkan adiknya Lean. Padahal, cewek itu hampir dekat dengan bangku yang dia dan Leon duduki. Hendak mendekat dan menghampiri, namun kedatangan Lean dan sapaan keras Leon pada Lean membuat cewek itu berhenti dan justru pergi.
Brian melihat kepergiannya, gadis berkaca mata dan rambut sebahu.
^^^
"Jadi.. kenapa lo pindah?" Lean bertanya menatap iris mata Viona.
Tersenyum kecil. "Nggak ada apa-apa sih. Cuman ada sesuatu yang lebih unik di sekolah lo, jadi pengen sekolah di sana juga. Jadi.. ya, gue bilang ke bokap, apa gue boleh pindah sekolah? Dan jawabannya, 'iya'."
Lean mengangguk. "Iyalah, pasti. Secara SMA CABINTARA mempunyai dua siswa dengan wajah yang sama. Alias, kembar."
"Alias, BROTHER IN DUPLICATE." Mata Viona berbinar.
Lean terperangah. "Udah tau? Wah.. mulut cewek-cewek cetar juga ya kalau disuruh ghibah. Emang bener yang di omongin Kak Leo, pedes."
Viona tertawa.
"Pasti lo tau dari temen-temen cewek lo, kan? Nggak heran, pantes Kak Leo jenuh." Lanjutnya.
Tawa Viona terhenti. "Oh iya soal Leon, By the way, gue boleh nggak minta nomornya Kakak elo nggak?"
"Sure." Balas Lean seraya memberi nomor ponsel Leon.
"Lo.. nggak niat buat hubungin dia, kan?" Tanya Lean— ah tidak, lebih tepatnya menebak.
"Kenapa? Dia juga nggak dateng ke makan malam gue." Nada Viona agak sedih.
"Dia.. nggak bisa dateng bareng gue karena ada urusan di rumah Brian."
"Brian?!" Viona membeo. Iris mata Viona membulat.
Lean mengangguk. "Kenapa emang?"
Dengan cepat Viona menggeleng, "nggak. Ng—nggak papa. Gue pernah denger aja nama itu."
Lean mengendikkan bahu. "Mungkin kebetulan."
Viona mengangguk dengan tatapan kosong.
Sudah cukup lama. Lean bangkit dari sofa dan pamit pulang. Viona mengantarkannya sampai depan rumah. Menuju motor dan tarik gas untuk pulang.
Hati Lean senang bukan main. Dia tak rugi mendekati Viona karena penasaran, rambut panjang sepinggang berwarna agak kecoklatan di pucuk, serta iris mata yang hitam pekat. Lean tak pernah melupakannya, hingga sepanjang perjalanan pulang dia tersenyum sendiri
Sedangkan di sisi lain, Leon. Menuju rumah dengan perasaan dan pikiran campur aduk. Dia tahu dan dapat membedakan betul mana asli dan palsu.
Mata itu.. mungkin hanya softlens. Begitu juga rambutnya, itu mungkin hanya.. wig.
^^^
Kalimat —"Jangan keluar rumah"— itu hanya angin lalu bagi double L.
Mata mereka masih ngantuk. Bahkan semangat untuk sekolah agak memudar, kecuali Lean yang sedari tadi tersenyum seperti orang nggak waras—eh?
"Ayo, Kak. Berangkat!"
Leon menghela nafas jengah. "Gue mau beli obat dulu."
Lean terkejut. "Heh? Elo sakit? Sakit apa?"
"Elo yang sakit! Ngapain lo tiap setengah detik senyam-senyum mulu? Takut gue." Leon dongkol.
"HAHAHAHA! Itu tandanya gue—"
"Gila!"
"Bahagia bego!"
Leon melotot. "Berani lo bego-in gue!!?"
"Ampun, Bang." Lean menunjukkan sorot wajah jenaka.
Dasar Lean, kalau saja dia bukan adik Leon, mungkin akan terjadi kematian masal.
Eh?
Setibanya mereka di sekolahan. Kedatangan Leon disambut dengan Ratu. Cewek cerewet seantero Pasar Kliwon pusat kecamatan.
"LEON!"
Lean memutar bola mata malas jika mendengar Ratu memanggil nama abangnya itu.
"Gue duluan. Males ketemu mak lampir."
Wajah Leon datar, se-datar triplek. Ratu merangkul lengan Leon dengan cengirannya.
"Mau apa lo?" To the point Leon.
Walau wajah Ratu tergolong cantik dengan riasan tipis di wajahnya, Leon benar-benar tak terpengaruh dengan itu.
"Gini, gue punya berita aneh ya—"
"Gue nggak tukang gosip." Potong Leon langsung.
Ratu menepuk lengan Leon lirih. "Ih, ini soal si anak baru di kelas gue tauk."
Leon langsung menatap Ratu, "Lanjut."
"Jadi gini, gue tadi kan minta ajarin materi kemaren ke Viona. Waktu gue deketin dia dari belakang tuh gue cium bau aneh dari kepalanya, atau mungkin rambutnya, ya?" Pikir Ratu kembali.
"..."
"Gue deketin si Viona, waktu diajarin gue iseng megang rambutnya, soalnya gue penasaran. Terus gue tanya, 'kok rambut lo kasar banget?', dia cuman senyum terus jawabannya belum keramas katanya,"
"Berita anehnya di mana?"
"Nah.. gue ragu kalau rambutnya itu.. wig. Gue nggak sok tau ya, tapi gue emang tau. Tante gue punya usaha salon rambut terkenal, ada wig juga, gue sering ke sana sampai dijelasin macem-macem sama Tante termasuk wig. Sampai macem-macem baunya gue tau."
"Ada baunya, ya?"
Ratu menyenggol Leon, "ya adalah. Gue ngira apa si Viona pakai wig, ya?" Ucapan terakhir Ratu membisikkan ke telinga Leon.
Berpikir sejenak, ketika Leon tak sengaja menabrak Viona di tangga tempo hari juga dia merasakan hal sama. Ketika dia memegang bahu Viona, tak sengaja rambutnya juga dia pegang, dan masalahnya adalah... Leon tak merasakan apapun.
Loh?
"Dan gue juga lihat matanya, pakai—"
"Softlens."
Ratu tertegun. "Kok tau?"
—==—
Ig: @alfioniitaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Double L : BROTHER IN DUPLICATE
Teen Fiction[BILO × KELIN GENERATION] Cerita ini tentang kisah Double L. Leon dan Lean, yang memiliki tingkah double NGESELIN. __________ Ini adalah kelanjutan dari cerita PLAYING WITH MY BROTHER. WARNING! =>CERITA AMBURADUL, MOHON BIJAK DALAM MEMAHAMI<= Story...