-Masalah Kocak-

86 4 2
                                    

"Leon, Lean, lompat dari lantai empat itu bahaya. Gimana kalau kalian kenapa-napa?"

Sekarang ini mereka tengah berada di ruang BK. Bu Vivi adalah guru BK termuda di sekolah, alias masih lajang, cantik pula. Bu Vivi juga paling sabar dari pada guru-guru lainnya, apalagi menghadapi double L yang sering keluar-masuk BK.

Tak jarang juga Kelin mendapatkan telepon dari sekolah. Dan ketika Kelin mengadu pada Bilo, Bilo hanya menanggapi, -"Ya itu kayak kamu dulu, Lin"-

Biasanya sih, tingkah anak nggak akan jauh beda sama tingkah orangtuanya.

"Kami selamat sentosa, bu." Jawab Lean santai.

"Kalian nggak merasa takut apa?"

"Ibu mau tau rasanya? Ibu boleh coba, entar saya yang nangkep ibu dari bawah, ala-ala bridal style gitu, gimana?" Tawar Leon menatap Bu Vivi jenaka. Lean menahan tawa.

Bu Vivi menggeleng, guru itu tak pernah berpengaruh jika double L menggodanya. Artinya -sudah biasa-.

"Itu juga, kapan kalian mau melepas anting kalian?"

Leon dan Lean diam tak menunjukkan ekspresi, kemudian Lean menepuk pelan paha Leon.

"Nggak usah." Jawabnya enteng.

"Nggak usah katanya, bu." Jawab Lean meniru kakaknya.

"Kalau gitu nilai kalian buat semester empat ini ibu kurangin dua point untuk semua mapel, ya."

Sedetik kemudian double L melepas anting mereka dan membuangnya.

^^^

"Yo."

"Hm."

Joan, Alex, dan Difa menghampiri si kembar yang baru saja keluar dari ruang BK.

"Weh, diapain lo sama Bu Vivi? Jangan bilang lo ngegoda beliau lagi terus gagal." Tebak Joan dengan cengirannya.

Leon berdecih. "Lu bener mulu kenapa sih, kampret."

Mereka bertiga tertawa.

Alex menyadari sesuatu. "Kemana anting ala-ala korea kalian itu? Pasti di tegur Bu Vivi lagi, kan?!"

Kini Lean berdecih. "Lo bener juga kenapa sih, sialan."

Joan, Alex, dan Difa tertawa. "Jadi agak susah bedain kalian nih kayaknya." Joan berkomentar.

"Gampang, kalau yang usil itu Leon, kalau yang jahil itu Lean." Jawab Alex.

Difa heran. "Apa bedanya?"

"Gak ada, sama-sama nyeselin." Mereka bertiga kembali tertawa. Leon dan Lean saling pandang, receh sekali teman-temannya ini.

"Sukurin, makan tuh teguran." Ejek Difa kemudian.

Leon dan Lean menunduk. "Maaf, mak."

"Lo kira gue emak lo?" Difa dongkol.

"Iya juga boleh." Jawab mereka berdua.

Joan dan Alex ngakak, humor mereka receh sekalee.

Sepatu sudah siap di tangan Difa, double L lari terbirit-birit menuju kelas yang sebentar lagi akan ada guru mapel terakhir datang.

Mereka berdua memang suka menggoda orang lain atau menjahilinya.

Pelajaran sejarah di akhir jadwal sukses membuat kantuk siswa-siswi penghuni XI IPA-A1, hingga bel pulang berbunyi menghilangkan kantuk mereka semua.

Double L yang paling aktif, mereka sudah keluar duluan dan berlari menuju gerbang. Ketika sebagian besar pulang dengan motor, bahkan mobil, double L justru jalan kaki. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Toh, motor dan mobil juga bukan milik mereka sendiri, siapa lagi kalau bukan orang tua yang membelikannya. Lagian, recehan juga masih minta ke orang tua.

Double L : BROTHER IN DUPLICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang