“Bagaimana harimu sayang?” Jeno dan Mark berucap bersamaan.
Mayrine mendesis, kesal. Bagaimana bisa kedua temannya itu memanggilnya dengan sebutan sayang sementara mereka sudah memiliki pacar?
“Berhentilah memanggilku seperti itu, Lia dan Chika bisa memarahiku.” Mayrine mengambil piring Mark.
Setelah itu mereka tertawa.
Jika ada yang penasaran dengan Jeno dan Lia, mereka sudah resmi berpacaran. Dan itu terjadi ketika kelulusan SMA.
Alasan Lia dulu selalu menempel dan suka mengecek ponsel Renjun adalah untuk mencari tahu tentang Jeno.
Lagipula siapa yang tidak suka dengan Jeno?
Badan atletis yang sempurna, wajahnya yang kalem, belum lagi ramah kepada semua orang.
Jeno benar-benar pacar idaman.
“Jadi katakan, mengapa kau cemberut seperti ini, tadi memangnya bertemu siapa?” Mark angkat bicara.
Mayrine memutar bola matanya malas. Kejadian tadi belum hilang dari ingatannya.
Narendra Janaloka memang begitu, selalu saja membuat Mayrine naik darah.
“Narendra juga di toko buku tadi.”
Setelah mengatakan itu Jeno langsung heboh, menepuk tangannya. “Oh Nana, bagaimana rayuannya?”
Mark tidak mau berkomentar lebih, hari ini ia hanya ingin mendengar sepotong cerita Mayrine tentang seorang Narendra Janaloka.
“Basi, sama sekali tidak mempan. Kalian tahu? Dia meminta nomor WhatsApp ku dan juga berharap kisahnya denganku akan dimasukkan ke novelku nanti. Sinting.”
Mark menepuk tangannya, tertawa keras. Jeno memukul meja sambil tertawa, Nana memang mantap. Namun, sepertinya ia salah mangsa kali ini.
Mereka berdua bisa jamin Nana tidak akan berhasil menaklukan hati seorang Mayrine Ashani. Semenjak kepergian Renjun ke China malah Mayrine yang mengikuti jejak Renjun. Ucapannya semakin pedas dan ketus. Apalagi jika ditujukan ke Nana, maka Jeno dan Mark akan bilang “Katakan selamat tinggal pada hatimu, sebentar lagi kau akan sakit hati karena kata-kata Mayrine.”
“Kalian sepertinya bahagia melihat diriku menderita. Mimpi apa aku semalam sampai-sampai si buaya darat itu menjadikan aku sebagai calon mangsanya. Satu yang kalian perlu ingat, tampang saja tidak bisa mendukung karakter.” Mayrine menumpuk perabot kotor lalu membawanya ke tempat cucian.
Jeno dan Mark masih ada di area meja makan, ikut membersihkan apa yang menjadi tugas mereka. Tentu saja, sebelum terkena amukan Mayrine mereka harus memiliki inisiatif sendiri.
“May, kita pulang duluan tidak apa-apa kan? Senior kita memang menyebalkan, mereka menyuruh untuk kembali ke kampus. Ada hal penting, katanya.” Mark melihat layar ponselnya sekilas lalu memakai jaket dan menyampirkan tasnya di bahu.
Jeno mengerutkan keningnya, “Kita? Aku kan tidak ikut himpunan.”
Setelah mendapat persetujuan dari Mayrine, Mark langsung berjala ke ambang pintu, “Yaya terserah kau saja lah Jen, aku cepat-cepat. Sampai jumpa lagi, i love you all.”
Jeno mengibaskan tangannya, “Sadarlah Mark. Aku sudah punya Lia.”
“Aku juga sudah punya Chika. Sudahlah, aku cepat-cepat ini. Mau pergi dulu.”
Mark langsung menutup pintu, menghidupkan mesin motornya. Senior memang begitu, terkadang menyebalkan. Sebenarnya fungsi rapat tadi apa sih? Kenapa ketika sudah selesai rapat mereka baru memanggil Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2 Ft.Huang Renjun
Fanfiction[𝑰 𝒔𝒕𝒊𝒍𝒍 𝒘𝒂𝒊𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑹𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒓𝒂 𝑱𝒖𝒏𝒂𝒕𝒂] / / 𝑴𝒂𝒚𝒓𝒊𝒏𝒆 𝑨𝒔𝒉𝒂𝒏𝒊 𝒕𝒐 𝑹𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒓𝒂 𝑱𝒖𝒏𝒂𝒕𝒂. 𝑻𝒉𝒊𝒔 𝒊𝒔 𝑯𝒖𝒂𝒏𝒈 𝑹𝒆𝒏𝒋𝒖𝒏'𝒔 𝒂𝒖. 𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍 𝒐𝒇 𝑰𝒏𝒔𝒐𝒎𝒏𝒊𝒂 1 𝑨𝒎𝒂𝒛𝒊𝒏𝒈 �...