2.Luka

118 22 71
                                    

“Bagaimana harimu sayang?” Jeno dan Mark berucap bersamaan.

Mayrine mendesis, kesal. Bagaimana bisa kedua temannya itu memanggilnya dengan sebutan sayang sementara mereka sudah memiliki pacar?

“Berhentilah memanggilku seperti itu,  Lia dan Chika bisa memarahiku.” Mayrine mengambil piring Mark. 

Setelah itu mereka tertawa.

Jika ada yang penasaran dengan Jeno dan Lia, mereka sudah resmi berpacaran. Dan itu terjadi ketika kelulusan SMA. 

Alasan Lia dulu  selalu menempel dan suka mengecek ponsel Renjun adalah untuk mencari tahu tentang Jeno. 

Lagipula siapa yang tidak suka dengan Jeno?

Badan atletis yang sempurna, wajahnya yang kalem, belum lagi ramah kepada semua orang.

Jeno benar-benar pacar idaman.

“Jadi katakan, mengapa kau  cemberut seperti ini, tadi memangnya bertemu siapa?”  Mark angkat bicara.

Mayrine memutar bola matanya malas. Kejadian tadi belum hilang dari ingatannya.

Narendra Janaloka memang begitu, selalu saja membuat Mayrine naik darah.

“Narendra juga di toko buku tadi.”

Setelah mengatakan itu Jeno langsung heboh, menepuk tangannya. “Oh Nana, bagaimana rayuannya?”

Mark tidak mau berkomentar lebih, hari ini ia  hanya ingin mendengar sepotong cerita Mayrine tentang seorang Narendra Janaloka.

“Basi, sama sekali tidak mempan. Kalian tahu? Dia meminta nomor WhatsApp ku dan juga berharap kisahnya denganku akan dimasukkan ke novelku nanti. Sinting.”

Mark menepuk tangannya, tertawa keras. Jeno memukul meja sambil tertawa, Nana memang mantap. Namun, sepertinya ia salah mangsa kali ini.

Mereka berdua bisa jamin Nana tidak akan berhasil menaklukan hati seorang Mayrine Ashani. Semenjak kepergian Renjun ke China malah Mayrine yang mengikuti jejak Renjun. Ucapannya semakin pedas dan ketus. Apalagi jika ditujukan ke Nana, maka Jeno dan Mark akan bilang “Katakan selamat tinggal pada hatimu, sebentar lagi kau akan sakit hati karena kata-kata Mayrine.”

“Kalian sepertinya bahagia melihat diriku menderita. Mimpi apa aku semalam sampai-sampai si buaya darat  itu  menjadikan aku sebagai calon mangsanya. Satu yang kalian perlu ingat, tampang saja tidak bisa mendukung karakter.” Mayrine menumpuk perabot kotor lalu membawanya ke tempat cucian.

Jeno dan Mark masih ada di area meja makan, ikut membersihkan apa yang menjadi tugas mereka. Tentu saja, sebelum terkena amukan Mayrine mereka harus memiliki inisiatif sendiri.

“May, kita pulang duluan tidak apa-apa kan? Senior kita memang menyebalkan, mereka menyuruh untuk kembali ke kampus. Ada hal penting, katanya.” Mark melihat layar ponselnya sekilas lalu memakai jaket dan menyampirkan tasnya di bahu.

Jeno mengerutkan keningnya, “Kita? Aku kan tidak ikut himpunan.”

Setelah mendapat persetujuan dari Mayrine, Mark langsung berjala  ke ambang pintu, “Yaya terserah kau saja lah Jen, aku cepat-cepat. Sampai jumpa lagi, i love you all.”

Jeno mengibaskan tangannya, “Sadarlah Mark. Aku sudah punya Lia.”

“Aku juga sudah punya Chika. Sudahlah, aku cepat-cepat ini. Mau pergi dulu.”

Mark langsung menutup pintu, menghidupkan mesin motornya. Senior memang begitu, terkadang menyebalkan. Sebenarnya fungsi rapat tadi apa sih? Kenapa ketika sudah selesai rapat mereka baru memanggil Mark.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang