21. Tertangkap Basah

74 7 71
                                    

Katakan, apa yang membuatmu bahagia? Jika bersama temanku membuatmu bahagia maka lakukanlah.
-Mayrine Ashani

“Apa yang kau lakukan disini?” Mayrine menoleh ketika melihat Mark yang tiba-tiba muncul di depan pintu perpustakaan.

Mark hanya diam, melihat ponselnya sekilas, lalu mengedarkan atensinya ke ruangan  luas  Mayrine tempati saat ini.

“Ini sudah hampir malam kau menunggu makhluk halus merasukimu?” tanya Mark, sambil sesekali melirik arloji hitam miliknya.

Mayrine tersenyum kecil, “aku bukan Chika yang langsung pulang ketika kau takut-takuti seperti itu Mark. Memangnya kau tidak mengantar Chika pulang?”

Mark terkekeh, “aku tahu kau tidak semudah itu takut dengan hal seperti itu, Chika sudah pulang daritadi dengan Lia, katanya mau menginap di rumah Lia,”

“Lalu kau mengapa tidak pulang?” tanya Mayrine sambil mengemasi barang-barangnya, pandangannya tak lepas dari visual Mark.

Mark melipat kedua tangannya di depan dada, “aku rindu denganmu, ayo pulang dan tidur bersama!”

Setelah itu Mayrine bisa mendengar suara kekehan yang terdengar berat dari Mark, “andai saja aku mengaktifkan rekaman suaraku maka, ini akan  sampai ke telinga Chika,” kata Mayrine sambil berjalan keluar perpustakaan.

“Jangan begitu, bisa mati aku hahaha,” kata Mark.

Mayrine ikut tertawa  ketika Mark tertawa. Bagi Mayrine, tawa Mark itu menular.

Lorong kampus mulai sepi, beberapa kelas juga  sudah terlihat kosong. Terlihat beberapa mahasiswa yang baru saja keluar dari kelas, ada juga yang keluar dari ruang UKM.

“Tadi aku kelas siang, kau kelas pagi kan? Berangkat dengan siapa memangnya?” tanya Mark sambil menggenggam tangan Mayrine.

Belum sempat Mayrine menjawab tiba-tiba Mark melepaskan tautan jarinya, melihat Mayrine dengan tatapan serius. “Tukar posisi, kau saja yang berjalan di sebelah kiri,” ucap Mark.

Mayrine langsung mengarahkan pandangannya menuju selasar kelas yang ada di seberang sana. Terlihat beberapa mahasiswa yang duduk-duduk sambil menunjuk Mayrine.

Mark membuka tas hitam miliknya, mengeluarkan topi dan masker miliknya, “pakai itu, maskernya masih baru,”

Mau tak mau Mayrine harus menurut kalau seperti ini ceritanya. Mark memang begitu, protektif.

“HEY, MARK ITU PACAR BARUMU? CHIKA BAGAIMANA? BOLEH KUREBUT?” ucap salah seorang dari seberang sana sambil berteriak.

Mark memicingkan matanya, “Chika masih pacarku, yang  ada di sebelahku ini bukan pacarku. Kalau kalian berani, besok bisa temui aku di depan ruang himpunan. Aku akan lihat, seberapa pantas kau untuk gadis ini,”

Mark menepuk pelan bahu Mayrine, “ayo pulang!”

Mayrine mengangguk, menyejajarkan langkah kakinya dengan Mark. 

Andai saja Mark tahu kalau tadi pagi Nana yang menjemputnya di rumah. Bisa habis Mayrine. Untungnya, Mark tidak mengulang pertanyaan tadi.

Sebenarnya, Mayrine bisa saja membangunkan Mark dan meminta tolong untuk mengantarnya ke kampus. Namun, Mayrine merasa tak enak.

Mark terlihat kelelahan setelah kekacauan yang Mayrine buat semalam. Belum lagi ketika dini hari Mark terus mengingau mengatakan maaf kepada ayah ibunya karena tidak bisa menjaga Mayrine dengan baik.

Tentu saja itu membuat Mayrine agak terkejut. Ia tidak pernah melihat sisi Mark yang seperti ini walaupun sudah bertahun-tahun bersama.

Mayrine dan Mark berhenti di depan mobil Mark.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang