8. Dia Masih Hidup

89 11 68
                                    

Renjun menghentikan aktivitasnya, melukis. Atensinya teralihkan sesaat oleh seorang laki-laki yang memasuki kamarnya begitu saja, membuka pintu begitu saja tanpa mengetuknya.

“Apa kak?” Renjun  menatap laki-laki itu dengan tatapan malas.

Lawan bicaranya menyerahkan secarik kertas dan beberapa foto.

“Itu, data yang kau perlukan.”

Renjun tersenyum kecil, “Terima kasih.”

Winata, kakak sepupu Renjun berdecak, “Lalu apa  imbalanku?”

Renjun berjalan menuju meja belajarnya, mengambil sepotong bolu, “Kuberikan kontak Lia, dia cantik, dia temanku.”

Winata tertawa kecil, “Apa kau baru keluar dari gua hah? Lia sudah mempunyai pacar, itu si Jeno dan itu sudah lama sekali.”

Winata masih heran dengan adik sepupunya. Memangnya apa fungsi sosial media yang ia miliki.

“Mana kutahu, ponsel lamaku sudah kubuang ke laut.” Renjun berucap cuek.

“Sinting. Serius kau buang ke laut?”
Winata hampir saja tersedak bolu ketika mendengar jawaban Renjun.

“Iya, malas. Anggap saja, hari itu aku sedang buang sial.”

Wajar saja ketika Winata menanyakan bagaimana kabar Mayrine, jawaban Renjun adalah tidak tahu. Ternyata, Renjun sudah membuang ponsel lamanya ke laut. Bagiamana jika dua tahun belakangan ini Mayrine berusaha menghubungi Renjun dan ternyata yang Mayrine dapati hanyalah harapan kosong? Dan tetap berharap Renjun akan kembali dan menghubunginya lagi

Renjun diam, tatapannya lurus.  Andai saja Winata tahu alasan sebenarnya Renjun membuang ponselnya ke laut.  AYang ia bilang membuang sial, hanya alasan semata.

Jujur, ia ingin sekali menghubungi Mayrine, datang ke rumahnya lalu memeluknya seperti biasa.

Andai saja semuanya semudah membalikkan telapak tangan. Maka, Renjun tidak perlu bersembunyi seperti ini.

Ia kira setelah insiden penembakan, itu semua akan berakhir. Mayrine akan baik-baik saja. Namun, nyatanya masih ada beberapa hal yang harus Renjun dan Mayrine selesaikan.

Dengan cepat tangan Renjun menyambar kunci mobil, mengambil jaket dan dompet. “Aku pergi dulu.”

Winata mengerutkan dahinya, “Kemana?”

“Festival seni, ke pameran lukisan. Ada sesuatu yang perlu aku lihat.”
Renjun tersenyum kecil.

Mayrine mengedarkan pandangannya di tempat ini. Kakinya membawa dirinya menuju pameran lukisan.

Walaupun tidak ada Renjun, setidaknya ia bisa merasakan keberadaan Renjun di tempat ini.  Dengan pergi ke pameran lukisan ia bisa sedikit mengobati kerinduannya pada sang kekasih.

Dengan kamera polaroid yang menggantung di leher dan tas yang di sampirkan di bahu, Mayrine siap berburu foto.

Sebelum benar-benar masuk ke pameran lukisan, Mayrine mencoba mengambil foto dari kerumunan orang yang ada di festival seni.

Ckrek.

Pupil mata Mayrine membesar, kaget dengan apa yang ia lihat. Diantara kerumunan orang yang ada di foto, matanya tertuju pada seseorang yang memakai kaus putih, dibalut jaket hijau dan memakai earphone putih.

Tatapannya teduh. Bukan hanya itu, yang membuat Mayrine tercengang adalah gelang yang lelaki itu kenakan persis dengan gelang yang ada di tangannya.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang