15. Menuju Perang

71 10 54
                                    

“MAY, MAYRINE. HEY, TUNGGU AKU!”

Mayrine melangkahkan kakinya dengan cepat,  masa bodoh dengan pemuda itu yang terus menerus memanggilnya.

Kakinya gemetar, ingatannya masih pada kejadian tadi. Bagaimana hal seperti ini ada di kampus? Terlebih lagi dia adalah  seseorang yang Mayrine kenal.

“Hey, mau kembali ke kelas? Mengapa menangis? Siapa yang membuatmu seperti ini?” Tangan Renjun menahan tangan Mayrine.

Mayrine hanya menggeleng, “itu..disana...disana ada yang, ah sudahlah,”

“Kali ini kelasku kosong, dosennya cuti. Ayo pergi ke tempat lain,” balas Renjun cepat. Sepertinya  apa yang terjadi pada Mayrine bukanlah hal yang bisa diceritakan di tempat seramai ini.

Mayrine hanya mengangguk, membiarkan Renjun merangkulnya dan menutup tubuhnya dengan jaket.

“Apa tadi kau melihat setan?” Renjun tersenyum kecil, menatap kedua kaki gadisnya yang tidak bisa diam.

“Lebih baik aku melihat setan daripada melihat hal tadi.” Mayrine mengembuskan napasnya perlahan.

“Tinggal katakan saja padaku, sepertinya itu hal yang sulit bagimu ya.” Renjun menengadahkan kepalanya, matanya sibuk melihat awan yang bergerak.

“Nana berciuman dengan perempuan di depan gudang dekat toilet perempuan,” ujar Mayrine terbata. Menurutnya ini adalah hal yang paling sulit diungkapkan.

Renjun memainkan ujung kukunya, menoleh untuk melihat wajah Mayrine, “Sekarang kau tahu kan mengapa aku marah ketika pulang dari festival seni kau malah di rumahnya? Aku tidak mau berbagi dirimu dengan siapapun. Termasuk Nana. Kau hanya milikku.”

Tangan Mayrine gemetar, masih kaget setelah kejadian tadi. Ada rasa bersyukur karena ia bisa cepat menemukan Renjun.

Ternyata, Nana lebih berbahaya dari yang ia bayangkan selama ini.
Rumor yang berhembus kencang dan menyebar cepat seperti kebakaran itu benar adanya. Nana itu casanova bermulut buaya bahkan, perilakunya tadi benar-benar diluar dugaan Mayrine.

“Kau kaget dengan kejadian tadi? Aku sudah biasa melihatnya. Nana memang suka mendekati mahasiswi dari jurusan hukum dan ekonomi namun, ketika aku mendengar gosip yang mengatakan kalau incaran selanjutnya adalah mahasiswi jurusan sastra perasaanku makin tidak enak,” kata Renjun pelan. Ia melihat Mayrine dengan tatapan khawatir.

Renjun sering mendengar di setiap lorong fakultas banyak orang yang membicarakan Narendra alias Nana.

Katanya, Nana sering melakukan hal yang seperti itu dengan banyak mahasiswi.

Katanya, Nana sering berciuman di tempat sepi yang berlokasi di kampus.

Katanya juga, selera Nana makin buruk. Beralih dari anak hits, sekarang ia sedang mengincar mahasiswi jurusan sastra. Mahasiswi itu tidak termasuk dalam jajaran gadis yang sejenis dengan selera Nana, sekarang ia menjadi penulis terkenal.  

Dan kalian tahu?

Usai kelas, Renjun tak tinggal diam. Ia langsung menyuruh kakaknya untuk mencari informasi sedetail mungkin tentang Narendra Janaloka.

Entah kata apa yang cocok Renjun berikan kepada Nana. Calon perusak hubungannya dengan Mayrine atau casanova tak berakhlak?

Berhari-hari Renjun sering uring-uringan karena belum sempat  menemui Mayrine, jujur saja waktu itu ia belum siap. Ia takut Mayrine akan  membencinya karena baru muncul setelah bertahun-tahun.

Sampai pada hari dimana mereka bertemu di festival seni. Kesabaran Renjun sudah diluar batas ketika tahu Mayrine ada di rumah Nana.

Kalau boleh jujur, Renjun takut kalau nanti Nana akan melakukan hal yang tidak-tidak pada Mayrine. Renjun tahu, waktu itu rumah Nana dalam keadaan sepi. Hanya ada Mayrine dan Nana. Bagaimanapun juga Mayrine adalah harta Renjun yang paling berharga.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang