13. Pemaksaan dan Syarat

80 12 72
                                    

Suara dengkuran halus terdengar di telinga Mayrine, ternyata Renjun sudah tertidur.

Perlahan, Mayrine mengendurkan otot tangannya, sebelah tangannya mengelus rambut Renjun. Sepertinya, lelaki yang ada di depannya sangat lelah.

Tangan Mayrine meraih ponsel Renjun yang tidak jauh darinya. Baru saja ia ingin melihat isi ponsel Renjun, ternyata berisi kata sandi.

Mata Mayrine sesaat terfokus pada lockscreen ponsel Renjun, itu foto dirinya yang masih fokus dengan laptop ketika sedang mengejar deadline.

Ah, ada-ada saja. Foto itu terlihat buruk, saat itu Mayrine belum mandi dan belum menyentuh makanan sedikitpun. Tapi, Renjun membujuknya untuk makan dan meyakinkannya kalau ini akan selesai.

Kalau diingat-ingat rasanya lucu, waktu terasa cepat berjalan. Padahal, rasanya baru saja ia berkenalan dengan Renjun.

Mayrine berusaha membuka kata sandi ponsel Renjun. Dan ya, ternyata kata sandinya adalah tanggal lahir Renjun dan Mayrine lalu tahunnya.

Biasanya Renjun akan mencatat sesuatu yang penting di note, entah itu note yang berupa kertas atau di ponsel.

Note
Jangan biarkan Narendra mendekati Mayrine, banyak hal yang masih abu-abu.

Kedua alis Mayrine menyatu, memangnya ada apa dengan Nana? Renjun cemburu?

Beberapa detik berpikir, Mayrine baru saja menyadari sesuatu. Renjun bukanlah orang yang mudah cemburu. Lalu ada masalah apa dia dengan Nana?

Mayrine kembali dari aplikasi note, mengunci layar ponselnya, lalu menaruh ponsel Renjun di tempat semula.

“Jun, sudah jam sembilan. Besok ada kelas jam berapa?” Mayrine menepuk pipi Renjun pelan.

“Besok kelas pagi hmm. Aku lelah.” Bukannya membuka mata, Renjun malah mengeratkan pelukannya dan kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Mayrine.

“Jangan begini dong, kalau mau tidur itu di kamar. Badanku pegal.” Tangan Mayrine mengelus rambut Renjun.

Renjun tersenyum tapi belum membuka matanya, “Ya sudah, ayo ke kamar. Kita tidur bersama.”

Tangan Mayrine mencubit pinggang Renjun. Kesal dengan perkataan orang yang ada di depannya.

“Ouchh, sakit sayang haha.” Renjun tertawa, tangannya belum lepas dari pinggang Mayrine.

“Buka matamu, pindah ke kamar ayah dan ibu.”
Dengan malas Renjun melepaskan tangannya dari pinggang Mayrine, bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar.

“Ya sudah tunggu nanti, kita akan tidur bersama jika sudah menikah, good night sayang.” Renjun melambaikan tangannya, menutup pintu kamar.

“Teruslah bermimpi, Renandra.” Mayrine mendengus kesal, mematikan lampu ruang tengah dan berjalan masuk ke kamarnya.

Mayrine merebahkan dirinya di kasur, ini belum jam tidurnya. Namun, berhubung Renjun tidur di kamar sebelah ia takut kalau ketahuan begadang.

Badannya berbalik, mengahadap tembok matanya pun dipaksa untuk terpejam. Besok ada kelas pagi dan juga presentasi dari kelompok lain, Mayrine tidak mau ketinggalan pelajaran.

Matanya memang terpejam, tapi pikirannya tidak bisa beristirahat. Nana dan note di ponsel Renjun berhasil mengganggu pikirannya.

Sebenarnya siapa Nana, dan bagaimana bisa Renjun begitu menghindarinya?

Cklek

Suara pintu kamar terbuka. Mayrine berdoa dalam hati semoga itu bukan pencuri atau psikopat yang akan merampok dan membunuhnya. 

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang