19. Keanehan Renjun

63 9 56
                                    

“Soalnya sulit sekali, kepalaku mau pecah rasanya,” ucap Sasa gemas.

Haechan menoleh kearah Sasa, “memang kapan soal-soal yang diberikan itu mudah?”

“Ya memang benar. Tapi, ah pusing aku jika memikirkan soal tadi. Yang penting aku tidak mengulang di semester depan saja sudah cukup,” kata Sasa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Tangan Haechan beralih ke bahu Sasa, merangkulnya. “Tukar posisi, di pinggir sana biasanya akan ada kakak tingkat yang nongkrong.”

Sasa sedikit kaget namun, langsung menukar posisinya yang tadinya berjalan di sebelah kanan menjadi di sebelah kiri.

“Pacarmu Chan?” tanya salah satu kakak tingkat yang bergerombol.

“Ah, calon mungkin ya. Jangan di rebut ya kak, nanti Echan sedih haha,” kata Haechan sambil tertawa.

Sasa berusaha mati-matian untuk tidak melihat kedepan. Kepalanya terus menunduk menatap ubin koridor. Jika saja Haechan tidak menyuruhnya untuk menukar posisi mungkin ia sudah digoda oleh kakak tingkat.

“Kita sudah agak jauh, jangan menunduk terus nanti malah menabrak,” bisik Haechan.

Sasa mengangkat kepalanya, “terima kasih ya Chan,”

Haechan tersenyum, mengacak rambut Sasa,“tidak usah berterima kasih seperti itu,”

“Mayrine kemana Chan?” tanya Sasa. Pasalnya sejak kelas usai ia tak melihat kemana perginya temannya yang satu itu.

“Oh ada urusan dengan pacarnya, katanya,” ucap Haechan.

Mayrine menatap langit biru yang ada di atas kepalanya. Rasa gundah memenuhi hati dan pikirannya sebab sudah tiga puluh menit ia menunggu keedatangan Renjun di tempat yang dijanjikan namun tidak ada tanda-tanda kalau Renjun akan datang.

Tangannya bergerak mencari kontak dengan nama Renandra disana, ah akhirnya online.

“H..halo Jun kau dimana?” Mayrine memainkan tali tasnya, berusaha menepikan pikiran buruk yang berkeliaran di benaknya.

“Iya halo, kenapa May?” Terdengar suara berisik di tempat Renjun.

Mayrine menggigit bibir bawahnya, “kau sibuk ya? aku sudah di tempat yang kau katakan tadi,”

Renjun diam sejenak, “aku lupa bilang kalau sekarang ada tugas kelompok May, maaf ya,”

Bisa Renjun dengar suara Mayrine agak berbeda, seperti menahan tangis mungkin.

Mayrine membalikkan badannya, melihat seseorang yang ada di seberangnya dengan tatapan teduh tangannya masih memegang ponsel yang di tempelkan di telinga.

Renjun merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum. Mayrine hanya bisa menahan kekesalannya, bagaimana bisa Renjun mengerjainya seperti ini?

Mayrine berlari dan menghambur ke pelukan Renjun, sesekali mencubit perut Renjun, “sekarang kau suka berbohong ya hm?”

Renjun hanya mengaduh, sedikit merasa sakit ketika perutnya dicubit oleh Mayrine.

“Maaf-maaf. Memang benar ada kerja kelompok kok, sepuluh menit lagi di kelas,” ucap Renjun sambil mengacak rambut Mayrine.

Mayrine menekuk wajahnya, baru saja ingin berdua dengan Renjun namun, rencananya gagal.

“Suaramu tadi agak berbeda, kau menangis?” Renjun menangkup wajah Mayrine dengan kedua tangan Mayrine, menatapnya dalam.

“Ti...tidak. Untuk apa aku menangis?” kata Mayrine terbata.

Ponsel Renjun bergetar, memperlihatkan panggilan masuk dengan nama Sasa di layarnya. Alih-alih menjawab panggilan itu, Renjun malah mengunci layar ponselnya.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang