18. Gunjingan, Jebakan, dan Dosa

80 9 52
                                    

"Kalian tidak tahu kalau dia mabuk-mabukan kemarin?" Terdengar beberapa gunjingan yang terdengar di lapangan kampus.

Mayrine berusaha menetralkan detak jantungnya yang berpacu cepat. Keringatnya mengalir dari pelipis
Renjun hanya diam, menatap ke depan dengan tatapan datar.

Andai saja tangan Mayrine sedang tidak ia genggam maka ia mungkin saja Renjun akan melayangkan bogeman ke orang-orang yang seenaknya mengomentari berita semalam.

"Jangan didengarkan, kami disini." Mark merangkul Mayrine dari arah kiri.

Jujur, Mayrine sudah tidak tahu mau berkata apa lagi. Publik sudah mengecamnya dan memberikan stigma negatif. Bagaimana caranya nanti untuk membayar uang semester depan?

Sejak kedua orang tuanya meninggal, keperluan sekolah dan biaya hidupnya sudah ditanggung oleh keluarga Mark.

Kalian bisa bayangkan jika Mayrine tidak bersahabat dengan tuan muda Mark. Mayrine bisa jadi gelandangan.

"Mohon maaf teman-teman, ini bukan ajang untuk bergosip." Haechan tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana.

"Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan untuk Mark ketika Mark bersedia membayarkan pendidikanmu?" seseorang datang melenggang dengan santai sambil memainkan ujung rambutnya,"apa kau membayar semuanya dengan tidur dengan tuan muda?"

Banyak pasang mata yang langsung memfokuskan atensi ke sumber suara, juga melihat Mayrine yang masih membeku di tempatnya.

"Jangankan pendidikan Mayrine, aku bahkan bisa membeli harga dirimu," kata Mark geram, "Satu hal yang perlu kau ingat, Mayrine bukanlah perempuan murahan. Aku sedang tidak ingin ribut denganmu, Dheya," Mark berusaha menahan amarahnya yang bisa saja meledak.

Perempuan yang bernama Dheya ini melihat Mayrine dari atas sampai bawah, "Oh bagaimana denganmu Jun? Apa masih bersama dengan gadis gila ini?"

Tiga perempuan yang ada di belakang Dheya tersenyum sinis, seratus detik kemudian Dheya melemparkan mata cutter ke lantai.

"Ambil saja, barang kali setelah ini kau kumat. Bahkan menurutku lebih baik sampai mati saja, dengan itu tidak akan ada lagi penulis yang pura-pura membangun citra baik di depan publik," ucap Dheya.

Renjun mengepalkan tangannya, kaki kanannya bergerak maju, menginjak mata cutter yang ada di depannya, "jaga sikapmu,"

"Ya terserah saja ya Jun semoga kau tahan memiliki pacar gila seperti dia," balas Dheya sinis.

Kalau boleh jujur, Jeno dan Haechan ingin sekali melempar kepala Dheya menggunakan sepatu milik mereka. Namun, Dheya dan dayang-dayangnya sudah pergi begitu saja.

"Yah nenek sihir sudah pergi, baru saja mau kulempar pakai sepatu," ucap Jeno dan Haechan bersamaan.

Chika dan Lia sama-sama diam. Mereka berdua tidak bisa berkata apapun.

"Hari ini ada tes, apa kau mau tes di ruang pribadi dosen saja? Kalau mau aku dan Haechan akan mengatakannya ke dosen mata kuliah," ucap Sasa hati-hati.

Sasa hanya takut Mayrine akan shock lagi ketika memasuki kelas, terlebih lagi Dheya dan dayang-dayangnya berada di kelas yang sama dengan mereka. Tentunya, Dheya akan menjadi tokoh yang memanas-manasi teman-teman tentang beriya kemarin.

"Tolong jangan sakiti aku lagi, aku sudah lelah. Maaf, maafkan aku. Jangan ambil apa yang aku miliki sekarang, aku mohon."

Kata-kata semalam terngiang lagi di telinga Sasa dengan jelas. Kejadian itu terjadi dini hari, semua orang tidak menyadarinya kecuali Renjun dan Sasa.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 2  Ft.Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang