|IDI 16| Teman Kantor

4.5K 475 2
                                    

Mungkin cemburu ku ini hanya sesaat, yang akan berlalu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mungkin cemburu ku ini hanya sesaat, yang akan berlalu pergi. Tak selamanya menatap, dan bersandar dalam hati.

Sunyi tak berarti adalah kesukaan Wijaya saat sedang berlabuh dalam keadaan. Keadaan yang sunyi, membuat ia bisa melakukan banyak pekerjaan. Itu kenapa, ia memilih kamar yang tersembunyi di balik ruang kerjanya. Tak ada yang tahu, jika ia lebih senang sunyi, dari pada ramai tak berarti.

Jari jemarinya bersatu pada keyboard yang terus saja menimbulkan bunyi. Bunyi yang dihasilkan, ketika ia mengetikan sesuatu pada layar monitor. Malam ini, ia mengesampingkan dulu urusan pribadi yang tak ada habisnya. Jika sudah bekerja, ia akan terlihat serius dan tak bisa di ganggu seperti ini.

"Kenapa saham nurun di hotel gue? Apa yang terjadi di Amerika? Kenapa saham turun begitu cepat," gumam Wijaya sembari mengecek data yang ada di laptopnya.

Bukan hanya di Indonesia, tapi cabang perusahaan astrado sampai ke luar negeri. Banyak cabang juga perusahaan yang ia raih, tak membuat ia lupa pada sang Maha Pemberi. Jika bukan karena Allah juga kerja kerasnya, siapa yang akan memberi harta berlipat seperti ini? Bukan prioritas utama, harta menjadi sesuatu di hati.

Merasa ada yang tidak beres, mengenai data keuangan yang tak sama, ia pun memutuskan untuk menelepon sekertaris pribadinya. Wajahnya begitu serius, ketika panggilan tersambung.

"Asalamualaikum. Lin, lo bisa ke rumah gue sekarang?"

"Walaikumsallam. Kenapa kalau boleh tahu?"

"Bawa berkas perusahaan gue yang ada di Amerika. Ada masalah di sini."

"Oke, Pak."

Tut.

Sambungan telepon pun terputus. Wijaya kembali berkutat pada laptopnya, membalas ribuan email yang masuk di laptopnya. Wijaya pun membalas dengan sangat serius, pesan yang rata-rata mengajak perusahaannya untuk bekerja sama, dengan penanaman modal yang dikit, membuat Wijaya sedikit malas untuk menjawab.

suara ketukan pintu membuat Wijaya mengalihkan pandangannya. Seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah pembantu rumah tangga tengah berdiri di ambang pintu. Tak ada yang berani memasuki ruang kerjanya begitu saja, kecuali Andini.

"Ada apa, Bik?" Wijaya bertanya.

"Di bawah ada Non Lina. Katanya sudah membuat janji dengan Tuan," balas pembantu itu.

"Oke, makasih, Bik. Saya segera ke bawah." Wijaya pun membawa laptop, serta beberapa map yang memang menunjukkan data berbeda.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang