|IDI 34| Kabar Baik

5K 442 12
                                    

Semua terjadi karena sebuah alasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua terjadi karena sebuah alasan.
Jika bukan untuk membuatmu bersyukur, maka bisa menjadikan dirimu sabar. Percayalah, tak ada yang buruk dari apa yang ditetapkan-Nya, karena semua ada balasannya.

Suasana perusahaan Astrado ramai oleh karyawan yang bekerja. Bahkan tak ada satu pun yang luput dari pekerjaan mereka. Wijaya terkenal sebagai bos yang selalu memperhatikan setiap gerak gerik mereka yang bekerja dengan dirinya. Wijaya paham, bahwa pekerjaan bukanlah sebuah permainan. Di mana ketika kita serius, maka pekerjaan akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Ibarat sebuah tanaman yang akan mati ketika tak di siram, maka itu ibarat karyawan yang tak pernah di perhatikan, malas untuk mengerjakan tugas.

Suasana ruang kerja terlihat damai. Seorang pria tengah mengecek beberapa berkas yang tampaknya sangat banyak. Mata yang tak pernah lepas, pertanda bahwa ia sedang serius sekarang. Wijaya bisa bekerja, karena wisuda Andini di tunda. Minggu depan, wisuda akan di gelar, dan ia harap, sebelum itu Andini mendapatkan donor mata.

Satu persatu berkas tak luput dari matanya, berusaha untuk menilai dan berusaha menemukan kesalahan. Ketika ia sedang serius bekerja, ketukan pintu di ruangannya membuat Wijaya melihat sekilas.

"Masuk," ucap Wijaya kemudian kembali memperhatikan berkas-berkasnya. "Ada apa, Lin?"

Lina yang baru saja memasuki ruang kerja milik sahabatnya pun tersenyum gembira. Bahkan ia tersenyum, yang kemudian di sadari oleh Wijaya yang menepikan sejenak kertas berkas-berkas.

"Begini, Pak. Saya sudah berhasil mendapatkan donor mata itu," ucap Lina tersenyum senang.

"Serius kamu?" Wijaya pun bertanya dengan sangat antusias.

Anggukan kepala dari Lina membuat Wijaya tersenyum dan mengucapkan hamdalah. Allah memang tak pernah tidur untuk mengabulkan setiap doa hamba-Nya.

"Alhamdulillah. Berapa biaya yang dia minta?" tanya Wijaya begitu serius.

"Dia meminta bayaran mahal sekali. Satu miliar. Apa itu tidak terlalu mahal? Dia ingin memeras kita, Pak." Lina pun mengutarakan pada Wijaya.

Apa yang dikatakan oleh Lina memang benar adanya. Ketika ia menemukan orang yang bersedia, dengan mata yang sehat, orang itu justru meminta bayaran yang luar biasa. Tak main-main, bahkan satu miliar yang ia pinta untuk operasi mata. Lina sempat berpikir, apa wanita itu gila? Ketika ia tahu wanita itu membutuhkan uang, maka Lina mencoba membicarakan hal ini pada Wijaya yang memang mempunyai uang.

"Satu miliar?" Wijaya berusaha untuk menanyakan ulang.

"Iya, Pak. Dia meminta imbalan uang sebesar itu, atau dia tak akan mau memberikan matanya pada Andini. Apa Bapak mau menerimanya?" tanya Lina pada Wijaya yang tampaknya sedang berpikir saat ini.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang