Ketika kita sudah memiliki sebuah keluarga, walau kita ada masalah, jatuh bangun dalam membangun rumah tangga, tak seharusnya kita menceritakan itu semua pada teman atau kerabat dekat lainnya.
Masalah biarlah aku dan dia yang mengatasinya, bukan tentang mereka atau teman sebaya.
Salah satu tanda tinggi tauhid seseorang adalah menyandarkan diri kepada Allah. Allah adalah tempat paling pertama sebagai tempat ia mengadu semua permasalahannya, curhat dan bahkan menangis kepada Allah. Sebaliknya, salah satu tanda kurangnya tauhid seseorang adalah ia lupa kepada Allah. Ketika ada masalah, ia langsung mengadu kepada makhluk, mengadu kepada keluarga dan sahabat, bahkan menangis dan menceritakan masalahnya kepada keluarga dan sahabatnya.Seorang hamba hendaknya memprioritaskan Allah dalam segala urusan, karena Allah adalah Rabbnya yang telah menciptakan dan memberikan segalanya. Ketika mendapatkan masalah dan musibah, hendaknya ia langsung mengadu kepada Allah pertama kali. Sebagaimana teladan dari para nabi dan orang shalih.
Nabi Ya’qub ‘alaihis salam' ketika mendengar berita sangat menyedihkan, yaitu anak kesayangannya Nabi Yusuf diberitakan telah di makan oleh serigala. Beliau langsung mengadu kepada Allah dan berkata,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (Yusuf : 86)
Jika seseorang akan mencari Allah sebagai tempat pengaduan pertama, maka berbeda dengan Andini. Gadis itu justru menuju cafe yang sudah sering ia sambangi sebagai tempat mencurahkan isi hati. Bukan pada Allah, melainkan pada temannya sendiri. Andini mungkin tak tahu, jika sesenang apapun ia mencurahkan isi hati pada teman, alangkah lebih senang lagi ketika kita bisa mengadu pada Allah SWT.
"Lama banget, sih. Gue nunggu sampai jamuran," tegur Reta yang merasa jenuh menunggu terlalu lama.
Andini pun menaruh tasnya. Matanya menatap Reta yang menurutnya sangat bawel. "Lo gak tahu perjuangan gue sebesar apa, uy. Gue berantem dulu sama tuh cowok."
Reta pun mengerenyitkan dahinya. Baru saja pengantin baru, tapi sudah berantem? Reta tak percaya dengan apa yang di perbuat Andini.
"Bukannya pengantin baru itu bawaannya senang, ya? Kenapa lo sedih?" tanya Reta merasa bingung.
"Senang kalau keduanya saling mencintai, gue, kan, enggak. Cinta gue cuman buat Arjun seorang," balas Andini merasa senang.
"Cinta aja, gak bakal buat lo bahagia, Din. Barusan gue lihat artikel. Bentar gue cari lagi." Reta pun kembali membuka halaman yang menunjukkan kekayaan milik Wijaya, yang tak lain pemuda yang merintis usaha lebih sukses dari pada yang lainnya.
Mata Reta begitu serius mencari informasi. Ketika informasi sudah ia temukan, ia pun mengarahkan ponselnya pada Andini. "Lo lihat. Wijaya jauh lebih kaya dan jaya, di bandingkan sama cowok tengil kaya Arjun. Zaman sekarang bukan cinta yang di cari, tapi kesetiaan dan cari pasangan yang mapan itu sangat susah. Lo udah dapat, tapi kenapa di sia-siakan?"
Andini pun termenung mendengar itu. Memang benar, jika Wijaya lebih mapan dari pada Arjuna, tapi hati tak bisa di paksa bukan? Jika cinta bisa di ubah, ia akan merubah untuk mencintai Wijaya saja. Namun semua tak seenak kita membalikkan telapak tangan. Perlu waktu, dan perjuangan.
"Gue ke sini untuk curhat, bukan untuk di ceramahi, Ta. Lo sama aja, sih. Gak Ayah, Wijaya, dan sekarang lo, gue gak ngerti lagi. Gak ada yang ngerti perasaan gue, padahal lo sahabat gue," tutur Andini merasa sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Dari Instagram (Completed)
De Todo#Rank 3 pendekatan (13 Juni 2020) #Rank 2 pendekatan (27 Oktober 2020) #Rank 1 Pendekatan (14 Februari 2021) #Rank 1 real story (14 Februari 2021) #Rank 2 Husband (23 Maret 2021) #Rank 1 Pendekatan (23 Maret 2021) #Rank 1 Husband (25 Maret 2021...