Doa itu mendekatkan yang jauh, menyambungkan yang terputus, juga mengobati yang terluka.
Jadi, berdoalah.Doa itu mampu mendekatkan seorang insan yang tak saling menyapa. Menjadikan keduanya, sebagai insan yang selalu menerima dan bertaqwa pada-Nya. Ketika kita sedih, amarah, dan suka menjadi rasa yang tak mau mengalah, maka doa yang menjadi pilihan terbaiknya. Hanya Allah yang bisa membantu diri kita, dari segala macam bahaya yang akan menyertai kita.
Allah itu sebenarnya baik, menyiapkan luka, namun membuat manusia untuk berdoa pada dirinya. Sebaik-baiknya kau mencurahkan apa yang kau alami pada teman sendiri, lebih baik jika mengadu pada yang Maha Memberi. Jika teman bisa menceritakan pada orang lain, Allah akan mendengar dan menerima apa yang ia minta.
"Nak, apa kamu yakin, ingin menikah dengan wanita seperti itu?" Rahma bertanya pada sang anak, ketika anaknya sudah selesai berdoa.
Wijaya pun melipat beberapa perlengkapan alat shalat. Tangannya meraih laptop, dan mulai membuka pekerjaan yang sempat ia tinggalkan.
"Ma, apa Wijaya terlihat main-main?" tanya Wijaya sembari menatap banyak file yang banyak sekali di laptopnya.
Rahma yang mendengar itu dilanda rasa khawatir. Bukannya tidak setuju, hanya saja, wanita itu tak pantas untuk anaknya yang baik. Kenapa Allah memberikan anaknya jodoh seperti itu? Rahma tak habis pikir, seorang pria Sholeh, mendapatkan wanita yang seperti itu. Mungkin suaminya sangat setuju, tapi hatinya belum bisa menerima semuanya.
"Wijaya tahu, apa yang Mama pikirkan saat ini. Jangan khawatir, Ma. Jaya yakin, Andini orang yang baik. Hanya saja, pergaulan yang membuat ia seperti itu." Jaya seakan bisa menebak apa yang sang Mama pikirkan.
Rahma yang mendengar penuturan itu menoleh. "Baik bagaimana? Dia sudah seperti wanita yang tidak benar. Apa lagi, kamu hanya mengenal dirinya dari Instagram. Lebih baik, kamu dengan Lina saja. Dia anak yang baik, anaknya teman Mama."
Wijaya yang sedang mengetik sesuatu menghentikan aktivitasnya. Ia menatap pada layar laptop yang masih menyala. Jujur saja, ia tak suka dengan paksaan atau hal sebagainya. Keputusan dan kehidupan dirinya nanti, itu karena keputusan pribadi, bukan campur tangan dari kedua orang tuanya.
"Ma, jangan paksa Wijaya. Yang menurut Mama baik, belum tentu baik untuk Jaya. Beri Wijaya waktu dan kesempatan, agar bisa memilih jodoh sendiri. Mama tak perlu khawatir, karena Wijaya akan baik-baik saja nanti. Percayalah." Wijaya berkata dengan sorot mata yang tajam.
Rahma hanya bisa mengangguk. Mungkin ia salah. Benar apa yang dikatakan oleh anaknya. Kehidupan ada di tangan anaknya, bukan karena hasil keputusan dirinya. Jika ia suka, apa Wijaya juga akan menyukainya? Pasti jawabannya tidak. Pemikiran orang tentu saja berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Dari Instagram (Completed)
عشوائي#Rank 3 pendekatan (13 Juni 2020) #Rank 2 pendekatan (27 Oktober 2020) #Rank 1 Pendekatan (14 Februari 2021) #Rank 1 real story (14 Februari 2021) #Rank 2 Husband (23 Maret 2021) #Rank 1 Pendekatan (23 Maret 2021) #Rank 1 Husband (25 Maret 2021...