|IDI 13| Perihal Hati

5.2K 507 5
                                    

Jika hatimu yang terluka, lantas apa kabar dengan ku yang sering kau buat luka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika hatimu yang terluka, lantas apa kabar dengan ku yang sering kau buat luka?

Kediaman Wijaya yang merupakan CEO dari perusahaan astrado company ini sangat megah, jika dibandingkan dengan rumah-rumah lainnya. Walau mansion ini mengambil tema modern, tapi masih ada khas budaya Jawa di dalamnya. Seperti dapur dan ruang makan yang menggunakan kayu saja.

Makanan sudah rapi di atas meja. Ada makanan yang sangat menjadi incaran bagi dirinya. Pecel adalah makanan kesukaan dari pengusaha muda ini. Bumbu kacang yang melumuri, membuat ia tak tahan untuk mencoba makanan itu.

"Bi, Andini sudah bangun?" tanya Wijaya pada salah satu pelayan yang tengah mengambilkan nasi untuknya.

"Belum, Tuan. Nyonya belum bangun," balas pelayan itu dengan sangat sopan.

Wijaya yang ingin berdiri pun harus terhenti, ketika gadis itu telah muncul menggunakan baju tidurnya. Muka bantal sangat terlihat jelas dari wajahnya yang cantik. Andini pun duduk di depan Wijaya. Tangan wanita cantik itu segera meraih roti dan mengoleskan roti itu dengan selai kacang. Pandangan itu tak lepas dari Wijaya.

"Kamu gak siapin aku makan?" Wijaya bertanya dengan wajah datar.

Tangan itu berhenti mengolesi selai kacang. Mata Andini terarah pada Wijaya. "Gue? Ogah, banget. Lo punya tangan, kenapa gak ambil sendiri?"

"Sudah tugas kamu untuk melayani suami." Wijaya membalas perkataan Andini yang begitu menyakiti hati.

Andini pun membanting roti yang ia olesi selai kacang. Wanita itu berdiri, tak jadi menyantap apa yang ia ingin makan.

"Jangan paksa gue! Gue gak mau melakukan hal apapun yang lo suruh. Bikin gue gak mood sarapan aja." Andini pun meninggalkan Wijaya yang terdiam di tempatnya.

"Astaghfirullah," gumam Wijaya sembari mengelus dadanya.

Matanya menatap banyak sekali makanan yang sudah tertata. Kenapa rasanya ia seperti tak mempunyai istri? Percuma makanan banyak, tapi tak ada yang memakannya. Wijaya pun kemudian bergegas makan.

Dilain sisi, Andini tengah menahan kesal. Bagaimana bisa pria itu mengatakan ia suaminya? Padahal ia tak pernah menganggap begitu. Merasa bosan, Andini pun meraih ponsel dan menelepon seseorang.

"Hai, pengantin baru. Ada apa neh?"

"Apa, sih. Ketemu di tempat nongkrong."

"Oke."

Tut

Andini segera mematikan sambungan. Ia segera mengganti pakaian. Andini menggunakan kaos putih, serta hotpants. Tak lupa kaca mata yang selalu menjadi fashion dirinya. Ia memasukan laptop, dan berjalan keluar dengan rambut yang tergerai.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang