|IDI 32| Kesadaran Hati

4.7K 452 20
                                    

Dia milik Allah Hati dia pun milik Allah, jadi mohon dekat Allah, agar hati dia menjadi milik kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia milik Allah
Hati dia pun milik Allah, jadi mohon dekat Allah, agar hati dia menjadi milik kita.

Ketika masalah menanti, siapa tempat kita untuk bersandar diri? Allah adalah tempat terbaik dari ribuan teman yang menempati. Hanya Allah yang akan memberikan kita petunjuk, ke mana kita harus pergi, atau justru lari? Orang yang baik, adalah orang yang tak lari dari tanggung jawab diri. Orang yang mau menyesali, dan memperbaiki diri ketika masalah menanti. Ini bukan tentang masalah, tapi ini tentang hati yang patah lalu tersakiti.

Kita ini hanya manusia, membutuhkan Tuhan untuk bersandar dan keluh kesah, bukan pula untuk di lupakan. Jika kewajiban saja kita lupakan, apa kita masih bisa di sebut sebagai muslimah dan muslim sejati? Mungkin hanya status KTP saja yang Islam, tapi hati tak pernah menaati. Ibarat rambu yang selalu memberikan peringatan, tapi kita langgar, maka orang yang melanggar akan mendapatkan saksi dari kepolisian.

Awalanya seorang gadis yang bahkan sudah menikah ini tak mau mengenal Tuhan lagi, tapi ketika suatu masalah menanti, satu pikiran dan hati kembali terbuka. Di mana lagi ia bisa mencurahkan isi hati? Saat ini Andini tengah melaksanakan shalat ashar, kedua tangannya mengadah ke atas, meminta petunjuk tentang masalah dan apa yang ia rasakan di hati.

Ya, Allah. Maaf jika Andini baru datang kembali. Mungkin wajah ini tak pantas lagi meminta padamu ya Illahi. Hamba sedang di Landa kebingungan saat ini, siapa yang sebenarnya hamba cinta? Wijaya yang berstatus sebagai suami hamba, atau Arjuna orang yang hamba cinta. Berikan petunjuk dari mu saat ini. Jika Arjuna jodoh hamba, maka berikan notif pesan darinya, tapi jika Wijaya adalah orang terbaik dari yang Maha Kuasa, maka biarkan pria itu masuk ke dalam kamar hamba. Amin.

Andini berdoa di dalam hati, tangisan mengiringi ketika dua tangan mengusap wajahnya. Suara pintu terbuka, membuat Andini membeku di tempatnya.

"Masyaaallah, Andini." Wijaya memasuki kamar Andini dengan baju koko selesai shalatnya. Wijaya pun kagum.

Andini bertambah menangis, bukan tentang meratapi diri, tapi tentang doa dan petunjuk yang seakan di berikan oleh Allah. Wijaya adalah jawaban dari permintaan doa yang ia minta. Selama ini pria yang ia sakiti adalah jodoh dan orang terbaik yang diberikan Allah untuk menjaga dirinya. Andini pun bangun, ia mencoba mencari-cari Wijaya dengan air mata.

"Andini, ada apa?" Wijaya bertanya, ketika Andini mencoba untuk mencarinya.

Bermodalkan dengan indera pendengaran yang mendengar suara Wijaya, Andini segera menghampiri dan memeluk tubuh Wijaya dengan erat. Bahkan Wijaya yang di peluk seperti itu merasa sedih, Andini menangis di pelukannya.

"Aku salah selama ini, maaf," lirih Andini dengan kesalahan hati yang ia yakin tak akan pernah terobati.

Wijaya yang mendengar itu ikut meneteskan air mata. Ternyata tertimpa masalah dan cobaan yang luar biasa, membuat Andini paham, bahwa dalam hidup kita masih membutuhkan Allah yang Maha Mengatur kehidupan. Wijaya pun membalas pelukan Andini.

"Maaf, aku gak tahu berapa dosa yang aku lakukan ke kamu, berapa kata-kata yang membuat hati kamu sakit, aku bodoh, bodoh karena terus menguji kesabaran kamu." Andini pun menangis sembari memeluk Wijaya. "Ak-u gak tahu, bahwa Allah mengirimkan kamu untuk membuat aku mengerti, bahwa kehidupan bukan hanya di dunia saja, tapi akhirat yang lebih abadi. Aku minta maaf, aku salah selama ini. Aku belum bisa jadi istri yang baik buat kamu."

Andini menyesali apa yang sudah ia lakukan pada laki-laki ini, seorang pria yang berhati mulia, namun terus ia sakiti dengan segala cara. Petunjuk dari yang maha kuasa membuat ia sadar, bahwa keberadaan Wijaya memang di takdirkan untuknya.

"Sebelum kamu minta maaf, aku sudah memaafkan terlebih dahulu. Sebagai pasangan, kita harus ikhlas menerima konsekuensi yang akan di hadapi. Aku hanya bisa berdoa, bahwa suatu saat nanti kamu akan menyadari apa yang aku perbuat untuk membuat kamu dekat dengan-Nya. Aku tak bisa memaksa, karena aku yakin, Allah akan mempertemukan kita dan menyatukan kita setelah cobaan datang tiada kira." Wijaya pun mengelus kepala Andini yang menangis dalam pelukannya. Tak bisa ia pungkiri, bahwa hatinya ikut teriris mendengar penuturan ini.

Andini pun melepaskan pelukannya. Walau ia tak lagi bisa melihat, tapi ia usahakan agar bisa menatap dengan tulus pada Wijaya. "Bantu aku mencintai kamu. Aku ingin menjadi istri yang baik, yang bisa membawa kedua pria menuju surga nantinya. Kamu dan Ayah."

Wijaya tak kuasa menahan air mata. Terlebih ia melihat ketulusan dari sorot mata Andini yang bahkan tak bisa melihat untuk saat ini. Segala pengorbanan yang ia lakukan seakan terobati. Wijaya bersyukur sekali.
Wijaya pun memeluk Andini.

"Pasti." Hanya satu kata yang bisa ia wakili, ia tak kuasa berkata panjang lagi, hatinya terharu dan ia merasa senang saat ini. Kedua orang itu menangis dan saling berpelukan.

"Aku janji, aku akan cari pendonor mata yang cocok untuk mata kamu. Aku mau kamu bisa melihat dunia lagi." Wijaya pun mencium dahi Andini cukup lama.

Andini pun hanya bisa meneteskan air mata sembari tersenyum walau tetesan tak pernah berhenti mengering di pipinya. "Makasih. Aku wanita bodoh, yang selalu anggap pernikahan ini sebuah lelucon, bertemu dengan malaikat tak bersayap, juga seorang ustadz yang menyamar menjadi seorang suami."

Wijaya yang mendengar itu menangkup pipi Andini. Ia menatap mata Andini yang bahkan menampilkan tatapan sayu, Wijaya tak tega melihat semua ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan membawakan donor mata untuk istri yang ia cintai.

"Alhamdulillah, kamu baik, kalau kamu tak jauh dari Allah. Allah sudah membuka pintu hati, lebih dekat dan selalu memohon pada-Nya," ucap Wijaya sembari mengusap lembut jejak air mata yang menetes di pipi.

"Aku butuh bimbingan dari suamiku," balas Andini dengan senyuman tulus untuk Wijaya.

"Sebagai seorang suami, aku akan selalu membimbing kamu hingga terakhir kehidupan aku di dunia ini. Kita sama-sama belajar, agar kita bisa menjadi pasangan dunia akhirat nanti. Amin," tutur Wijaya mampu membuat Andini tersenyum.

"Amin." Andini pun kembali memeluk Wijaya.

Dua pasangan yang saling menyakiti, akhirnya bersatu dan salah satu dari mereka menyadari. Allah maha membolak-balikkan hati manusia, jika manusia tertutup hatinya, maka Allah memberikan hidayah agar dekat dengan-Nya. Semua ujian itu pasti ada ending yang bahagia, walau kita sepenuhnya belum bisa menerima itu semua. Percaya atau yakin, Allah akan selalu ada untuk kita umatnya yang selalu dekat dengan-Nya.

Makasih, ya, Allah. Andini cinta Wijaya. batin Andini memeluk erat suaminya.

#TBC

Hayo yang minta adegan Andini sama Wijaya udah terkabul ya? Part kali ini gimana, nih? Komen jangan lupa ya heheh.

Give me VOTMENT PLEASE 💜

Jangan lupa untuk follow akun wattpad & Instagram shtysetyongrm

Oke. See you.

Imamku Dari Instagram (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang