Chapter Nine

453 73 0
                                    

Yuriko POV

Aku dan Kirishima, seorang laki-laki berambut merah yang memiliki gigi taring, menelusuri gedung mencari penjahat di sana. Aku sedang memikirkan untuk memilih menang pada permainan anak kecil ini, atau mengalah saja. Tapi Kirishima sepertinya akan berjuang mati-matian untuk menang di babak ini.

Jujur saja, akhir dari pertarungan Midorya dengan Bakugo tadi membuatku sangat tertarik pada anak itu. Bahkan sejak dia menyelamatkan Uraraka diujian masuk, aku semakin sering memikirkan tentang pilihan All Might.

"... aku ambil kesimpulan, quirk mu bisa membuat benda seperti panah dari kristal?" Kirishima bertanya dengan penuh minat.

Aku tersenyum polos, melupakah pikiranku dan berusaha fokus pada permainan ini. "Yah bisa dibilang begitu. Aku bisa menciptakan benda lain, tapi mungkin akan menguras tenaga dan menyebabkan efek samping pada tubuhku."

Sekilas info, aku sudah jauh melebihi batas itu. Aku hanya ingin berusaha menyetarai mereka saja.

"Lawan kita Jiro dan Takoyami ya?" Gumam Kirishima, dia juga belum mengetahui bakat masing-masing teman sekelasnya.

Melihat muka seriusnya yang ingin menang, aku pun merasa perlu membantunya. "Jiro memiliki earphone di telinganya, sepertinya quirk yang bisa mendeteksi. Takoyami, aku tidak begitu tahu, tapi sepertinya dia bisa mengeluarkan sesuatu. Bayangan mungkin?"

Kirishima terlihat sumringah, "kau hebat dalam analisis seperti ini. Padahal baru bertemu sebentar saja."

Yah, aku sudah terbiasa mengobservasi target dari awal bertatap muka. Bisa dibilang kebiasaan setelah latihan panjang dan pengalaman.

Benar saja, kami mendapat serangan pembuka dari bayangan berbentuk burung. Aku yang sudah merasakan keberadaannya jauh sebelum penyerangan, menarik Kirishima kebelakangku menghindari serangan ganas itu.

Kirishima langsung mengeraskan tubuhnya dan siap menyerang. Sesuai rencana, aku berlari dengan cepat melewati Takoyami yang berusaha menahan Kirishima. Aku berpikir ini akan mudah, tapi aku terlalu meremehkan murid-murid pilihan UA. Mendadak bayangan itu bergerak dengan cepat menghadang jalanku.

Dari sudut mataku aku bisa melihat Kirishima tertanam dalam dinding. Dia terlihat kesakitan, aku pun menghela nafas. Berpikir keras untuk meloloskan diri tanpa melukai murid ini. Aku menahan keinginan liar akibat terlalu lama bergemul dalam dunia bawah. Dengan tenang aku menciptakan sebuah tongkat tumpul, mengayunkan beberapa kali sebelum menantang.

"Ayo sini maju, bayangan." Kataku sambil tersenyum. Takoyami sepertinya memiliki firasat yang kuat, cukup lama dia ragu-ragu menyerangku. Padahal aku hanya gadis yang sedang berusaha bertahan dengan tongkat tumpul.

Setelah 3 menit dia mulai menyerangku, membuatku mundur mengarah ke Kirishima. Sambil bertahan, aku membantunya berdiri dan mengatakan rencana baru. Setelah dia mengangguk paham, aku pun menerjang ke arah Takoyami, meninggalkan bayangannya yang ditahan Kirishima. Setelah cukup dekat, aku bersiap mengayunkan tongkat kristalku. Melihat itu dia menghadang dengan kedua tangannya, mengantisipasi. Tapi aku tidak akan menyerangnya dengan benda tumpul ini.

Aku menghancurkan tongkat itu menjadi debu kristal, kemudian meniupkannya ke Takoyami. Saat itu wajahnya dipenuhi debu. Kirishima tetap kukuh menahan bayangannya, aku pun melesat secepat mungkin menuju lantai atas. Saat meniupkan debu kristal tadi, aku juga menyebarkannya ke seluruh gedung, dengan pantulan bayangan dari setiap debu kristal aku bisa melihat berbagai titik buta di gedung ini. Dengan begitu aku bisa cepat menemukan Jiro.

Aku bisa mempertajam penglihatanku dengan pantulan beruntun dari setiap debu kristal, ini memudahkan pengintaian tetapi akan rugi jika debuku berkilau saat disorot cahaya. Meski aku bilang debu, ukurannya masih cukup lebih besar dari pada debu biasa.

Aku melompati setiap tangga menuju lantai 5, dengan sengaja membuat suara sekeras mungkin. Jiro yang memiliki telinga tajam pasti sedang mendengarkan pergerakanku. Aku juga mendengar berbagai dentuman di bawah, sepertinya Kirishima sudah kembali tertanam di tembok lain. Aku harus mempercepat gerakanku.

"Ketemu," gumamku sambil menerjang sebuah pintu dengan panah kristalku. Panah itu menembus pintu dan menancap pada tembok, diikuti teriakan seorang gadis yang terkejut. Tanpa membuang waktu aku menendang pintu sekuat tenaga sampai membuatnya terlepas dari engselnya. Jiro terlihat shock, jaketnya tertusuk kristalku dan menancap di tembok. Aku tidak membuang waktu dan menerjang bom waktu.

Sesuatu menghalangi jalanku, earphone milik Jiro yang bisa memanjang berusaha menerjangku. Jiro sendiri sudah merobek jaketnya dan mendekatiku. Aku berbalik dan mengarahkan tendangan yang ditangkis olehnya. Tapi tangkisan itu lemah dan dia sendiri cukup heran saat berhasil terpental ke jendela diujung ruangan. Aku membentuk dinding agar Jiro tidak terjatuh. Dia menabrak kristalku cukup keras dan meringis sambil memegang bahu kirinya.

Aku kembali mendekati bom waktu dan membuat dinding untuk menghalangi serangan bayangan Takoyami. Saat kesempatan sempit itu aku melemparkan diri ke bom waktu dan memegangnya tepat waktu sebelum bayangan Takoyami menghalangiku. Sepertinya serangan debu kristalku berhasil mengaburkan pandangannya.

Setidaknya kami menang.

Blue Rose [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang