Chapter Thirty Eight

156 36 0
                                    

Happy Friday! Jangan lupa sarapan dan selalu jaga kesehatan yaa! Chapter ini akan sedikit (banget) mengulas masa lalu Yuriko. Dari sini sedikit demi sedikit masa lalu Yuriko akan aku bongkar, jadi siap-siap yaa!

Oke, selamat menikmati chapter terbaru!


Yuriko POV

Aku terbangun di sebuah ruangan putih. Sejenak merenung memandangi langit modern dengan lampu menyilaukan itu. Seperti mendapatkan tontonan dalam kecepatan berkali-kali lipat, aku mengingat tumpukan darah, mayat serta teriakan memilukan. Tenggorokanku tercekat, rasanya begitu menyakitkan.

"AAAAHHH!!!"

Tanpa kusadari, teriakan itu berasal dariku.

"Ada apa?!" Seorang laki-laki kekar membanting pintu ruangan itu, merusak engselnya dan menyebabkan pintu itu terlempar ke ujung ruangan. Aku memandang takut pada sosok besar itu, menjatuhkan diriku ke lantai sambil memeluk erat selimut putih di tubuhku.

"Ah, Ne-San! Ne-San! Miyuki-Sama! Kemana? Dimana? Maafkan aku!" Aku meracau tanpa henti. Menggulung diri dalam selimut putih dan menghindari tangan besar yang berusaha menggapaiku.

"Nak," suara serak namun lembut itu menghentikan gerakanku. Aku mendongak, menatap mata biru yang mengeluarkan tatapan khawatir padaku. Pernah kah aku pernah melihat mata sebiru laut itu?

Laki-laki itu terus berbicara, sedangkan pikiranku terbang kembali ke dalam ingatan. Aku mengingatnya. Laki-laki yang menyelamatkanku dan memelukku erat malam itu. Tunggu, laki-laki dengan jas hitam menyeramkan itu. Kemana dia? Dia membawa Ne-San, dia membunuh semua orang. Darah, tubuhku dipenuhi darah. Tidak. Tidak.

"TIDAK!!"

Aku terbangun kembali di atas tempat tidur rumah sakit. Terududuk dengan keringat deras menyelimuti tubuhku. Aku menggerakkan tanganku, kemudian sadar tangan besar seseorang menggenggam tanganku dengan lembut. Tangan mungil dengan tubuh lemah ini akan hancur jika sekali saja tangan itu mengencangkan genggamannya. Tapi tangan itu begitu lembut dan memperlakukanku dengan sangat hati-hati.

Kepalanya tertidur di ujung kasur, tepat di samping kaki kecilku. Kenapa?

Aku tidak tidur sampai pagi. Hanya memandangi tangan yang di penuhi otot itu dan berusaha mematri wajah yang bagai pahatan kayu itu diingatanku. Aku gadis lemah yang tidak menarik perhatian siapa pun, aku yang selalu berada di balik bayang-bayang Ne-San, sekarang memiliki seseorang yang menggenggam erat tanganku. Kenapa dia memperhatikan gadis sepertiku? Apa karena rasa iba?

Aku menggenggam selimut putih di kasurku sampai hampir merobeknya. Aku memandangi tangan mungil yang tidak terjebak dalam genggaman laki-laki itu. Mencoba mengeluarkan quirk unik yang hanya berkembang di antara pemilik klan khusus, quirk turun temurun yang terus dilestarikan demi melindungi klan dan anggota keluarga utama. Sekarang yang tersisa dari klan besar itu hanyalah gadis lemah dengan darah campuran sepertiku.

Tidak. Masih ada Ne-San. Laki-laki berjas hitam itu membawa Ne-San bersamanya. Aku harus menemukan Ne-San!

Setelah berhari-hari berpikir, ditemani oleh laki-laki yang tidak aku kenal. Aku tidak tahu dia memang tidak ada kerjaan atau memang bosan sehingga selalu mengunjungi dan menemaniku, meski aku tidak pernah menanggapi dan hanya diam mendengarkan.

Aku terlalu takut untuk berbicara, aku takut semua orang akan berbalik menjadi musuhku, atau mereka berpura-pura baik padaku. Tapi laki-laki ini, memiliki senyum secerah mentari, bahkan jika ia tersenyum aku bisa melihat kilatan cahaya silau dari giginya. Senyuman yang sangat khas.

Blue Rose [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang