Chapter Six

551 86 5
                                    

Makasih banyak buat yang gabut dan udah baca cerita hasil kegabutan aku, semoga bisa tetep lanjut terus. Cuma iseng pengen post, kalo gak ada yanh baca juga gak masalah. Tapi buat kalian yang udah baca, walau cuma satu sampai tiga orang, aku udah seneng banget.

Selamat membaca lagi yaaa 😊😊

Ps : maaf kalo gak nyambung dan ngarang banget

Yuriko POV

Aku terkejut bukan main, ketika sosok kurus itu berdiri di depan pintu apartemenku. Setelah cukup lama terdiam, aku mengecek hp ku dan menyadari tidak ada telepon atau e-mail yang mengabarkan kalau dia akan datang hari ini.

"Aku memang tidak menghubungimu. Apa aku mengganggu?" Dia berusaha tersenyum ramah. Meski aku tahu dia sedang ragu dan bingung apakah aku akan meledak-ledak lagi seperti 1 tahun lalu. Kemudian dia menyadari luka-luka di tangan dan kakiku.

"Kau baru pulang dari misi?" Rautnya berubah menjadi khawatir. Aku mengangguk, tidak ingin merusak suasana, aku menyembunyikan luka-luka yang cukup besar itu. Menyadari diriku yang berusaha menarik diri, dia kembali mundur.

Sungguh, hubungan kami sangat sulit. Aku kesusahan untuk kembali menganggapnya Ayahku, dan terus-menerus menarik diri. "Ada apa?" Aku bertanya dengan nada ceria. Kemudian Toshi-San megeluarkan sepucuk surat. Akhirnya aku memahami tujuan kedatangannya, aku berjalan ke arahnya kemudian mengambil surat itu.

Aku tidak menyukainya, apa Toshi-San yang menyadari keberadaanku meminta pihak sekolah meluluskanku? Aku tidak banyak menunjukkan kemampuanku, hanya segelintir panah-panah yang bahkan bisa dilakukan oleh semua anak seumuranku.

"Aku tidak meminta mereka meloloskanmu," Toshi-San berucap sambil melepaskan amplop tersebut. "jika itu yang kau pikirkan."

Aku mengangkat wajahku, kemudian tersenyum kecil. "Aku tidak berpikir seperti itu kok." Kataku sambil bercanda. Kemudian tangan Toshi-San mendarat di pundakku. Wajahnya yang tinggi membuatku harus mendongak dan mendapati senyuman tulus yang mengingatkanku pada masa-masa sebelum pertengkaran kami.

"Aku bangga padamu," Kata-katanya terheti. Ia seolah ingin menambahkan sesuatu. Tapi tidak jadi mengatakannya. Hanya seulas senyum yang ia tunjukkan, sebelum berjalan meninggal-kanku. Aku menatap lama amplop itu. Kemudian setelah yakin dia sudah berbelok di tangga beberapa kamar dari apartemenku, aku meninju pintu apartemenku. Cukup keras, tetapi aku berhasil menahan diri sebelum merusak pintu apartemenku dan membuat lukaku semakin nyeri.

Aku hanya meletakkan amplop itu di meja makan dan langsung merebahkan diriku di tempat tidur. Aku benar-benar ingin memperbaiki hubungan Ayah dan anak yang rusak ini, tetapi apa aku masih punya tempat. Saat ini aku yakin Toshi-San akan pergi menemui Midorya, mengucapkan selamat secara langsung. Kenapa rasanya iri, padahal aku hanya memanfaatkan kebaikan Toshi-San untuk mencari kakakku.

Sebelum waktu awal masuk sekolah, aku menghabiskan waktuku menyelesaikan berbagai macam misi. Salah satu cara terbaik untuk melepaskan stress dan melupakan masalah dengan Toshi-San. Meski teman-teman dan Hero yang menanganiku sudah mengatakan untuk melupakan pekerjaan itu dan bersiap-siap untuk menyambut awal semester. Mereka menghadiahkanku peralatan sekolah dan beberapa alat pendukung. Mereka juga membantuku mendesain kostum pahlawanku yang aku kerjakan dengan setengah hati.

Bunga sakura sudah bermekaran, tanda awal semester sudah di mulai. Aku pun menjelajahi UA untuk menemukan kelasku. Saat itulah aku mendapati laki-laki berambut hijau gelap sedang memandang ragu pintu yang memiliki besar dan tinggi tiga kali ukuran tubuhnya. Ternyata aku benar-benar ditempatkan di kelas yang sama dengannya. Apa Toshi-San juga ikut andil dalam keputusan ini?

"Kau anak yang menyelamatkanku di ujian masuk." Seorang gadis berambut pendek berjalan melewatiku dan menyapa anak itu. Muka penerus Toshi-San itu memerah, terlebih gadis itu mendekat dengan semangat penuh.

Aku hanya memandang mereka dalam diam, karena jalan menuju kelas tertutupi oleh percakapan mereka. "Aku sangat khawatir kau tidak lulus. Aku sampai memohon pada panitia untuk meloloskanmu, mereka bilang kau pasti lolos. Aku tidak menyangka mereka benar-benar meloloskanmu."

"Uh... umm.. i-iyaa." Aku mendecak kesal, bagaimana bisa anak pemalu dan kaku itu jadi penerus Toshi-San. Aku masih belum bisa membayangkannya.

Pada akhirnya mereka masuk dan keributan kembali terjadi di dalam. Seorang anak berambut pirang jabrik berteriak-teriak tidak karuan. Aku memasuki kelas tanpa di sadari oleh orang-orang dan memilih bangku paling belakang.

Tepat setelah pantatku menempel mulus pada bangku, pintu depan kembali terbuka. Seorang laki-laki yang terbungkus kantung tidur kuning membuat murid-murid berteriak kaget.

"Siapa kau?!" Setelah mendapat teriakan kurang ajar itung, laki-laki itu keluar dari kantung tidurnya. Aku mengenalinya, tentu saja. Karena dia adalah guruku saat melakukan pelatihan sebelum mendapatkan lisensi sebagai underground hero.

"Namaku Aizawa, aku akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun ke depan." Ucapnya dengan nada tidak niat. Mata merahnya memandangi seluruh kelas sebelum berhenti padaku. Seharusnya dia sudah tahu aku mengikuti ujian masuk, tetapi dia seperti tidak peduli.

"Siapkan baju Gym kalian, kita akan pergi ke lapangan." Setelah itu dia berjalan dengan malas keluar kelas. Setiap murid mulai bersiap sambil berjalan keluar kelas. Aku menghela nafas malas sebelum bangkit berdiri.

Seorang perempuan dengan rambut hitam legam dikuncir kuda berjalan menghampiri mejaku. "Ayo ke ruang ganti bersama." Dia tersenyum tulus. Aku terpaku cukup lama, setelah diingat-ingat aku sudah lama tidak sekolah dan tidak bergaul dengan teman seumuranku.

Aku paksakan senyum paling tulus yang biasa aku gunakan saat penyamaran. "Baiklah," aku pun berjalan dengannya. Namanya Yaorozu Momo, dari keluarga Yaorozu yang terkenal kaya itu. Aku tahu, bahkan dari sebelum dia menyapaku.

Saat itu, keputusan paling cepat yang bisa aku ambil adalah bersikap sebaik mungkin. Tidak ada salahnya berperan jadi gadis polos yang seumuran dan setara dengan mereka.

Blue Rose [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang