Chapter Eight

461 71 1
                                    

All Might POV

Aku memasuki pintu kelas 1-A dengan heboh. Tubuh berotot dan baju golden age-ku seolah terbakar oleh semangat membara. "Aku All Might sudah datang, masuk melalui pintu besar ini!"

"Woaah, All Might."

"Kita benar-benar akan diajar oleh All Might."

"All Might,"

Gumaman penuh kekaguman aku dapati hampir disetiap sudut kelas. Aku menyukai semangat masa muda ini, membuatku yang baru memulai mengajar ini semakin semangat belajar jadi guru yang baik. Tapi saat ini aku hanya perlu mengajarkan mereka cara bertarung.

Aku bilang hampir semua orang bersemangat, salah satu yang menunjukkan muka jenuh hanya gadis itu. Yuriko menghembuskan nafasnya dengan bosan, menjauhi tatapan mataku. Tetapi beberapa detik kemudian tersenyum lebar pada seorang gadis berambut hitam.

"Gunakan kostum pahlawan kalian, kita akan melakukan praktik yang sesungguhnya." Kataku bersemangat. Aku harus melupakan Yuriko dulu dan fokus pada perkembangan anak didikku. Salah satunya pewarisku, Midorya-Shounen.

Aku menggunakan waktu yang dipakai mereka untuk berganti baju, kembali ke kantorku dan mengistirahatkan diri dari bentuk berototku. Aku harus bisa mempertahankannya dalam waktu lama nanti selama jam pelajaran. Setidaknya sekarang gunakan waktu istirahat ini sebaik mungkin.

Aku kembali bertemu dengan murid-muridku di area latihan, mendapati mereka dengan kostum pahlawan yang mereka desain sendiri. Aku merasa penasaran dengan kostum yang akan digunakan Yuriko, mengingat underground hero tidak memiliki kostum khusus karena mereka spesialis menyamar dan berbaur dengan dunia bawah.

Aku sedikit terkejut, karena Yuriko memakai kostum yang tidak pernah aku pikir akan dia pakai. Karena kekuatannya tidak terlalu membutuhkan suport item yang berlebihan, kostumnya terkesan sederhana, tapi sangat jauh dari gaya yang mungkin akan dia pilih. Dia memakai Yukata yang memperlihatkan bahunya dengan panjang sedikit di bawah pinggang. Yukata biru gelap itu alih-alih memiliki lengan panjang, justru hanya tali yang menggantung di sekitar bawah bahunya. Ia menggunakan celana ketat hitam hingga di atas lutut dan kantung peralatan kecil terikat di sekitar pahanya. Ia menggunakan sarung tangan hitam yang memperlihatkan jari-jari mungilnya serta sepatu bots hitam dengan hak kecil. Rambut biru sepanjang punggung dan agak bergelombang dikuncir kuda menyisakan poni belah tengah. Wajahnya menggunakan sebuah topeng yang menutupi sekitaran mata hingga hidung. Corak topeng itu bergelombang seperti api biru dengan tanduk di sebelah kirinya.

Dari mana dia belajar memilih gaya seperti itu, dia terlihat seperti model pakaian tradisional dari pada seorang pahlawan. Aku menyadari dia menunjukkan gerakkan mata yang menyuruhku mengabaikannya. Aku pun melakukannya dan dengan senyum yang masih terpahat di wajahku, aku memberitahu-kan jenis latihan yang akan dilakukan hari ini. 

"Baiklah, team penjahat akan masuk ke gedung dan menentukan tempat persembunyian bom nya. Sedangakn team pahlawan akan masuk 10 menit setelahnya."

Disaat itu Bakugo dan Lida memasuki gedung. Midorya dan Uraraka menunggu selama 10 menit sebelum masuk. Seluruh murid yang menunggu giliran dipersilahkan menonton dari sebuah ruangan dengan layar yang menangkap gambar keadaan dalam gedung. Aku memilih untuk berdiri di depan dan menatap layar dengan serius.

"Perhatikan baik-baik." Kataku, mengkhususkan perkataanku pada Yuriko. Tapi murid-murid yang lain merasa aku juga memberikan mereka saran.

Aku melirik Yuriko yang berusaha menunjukkan raut tidak peduli, tapi aku yakin dia sangat penasaran dengan Midorya-Shounen. Tatapannya mulai berubah saat Midorya menghantam Bakugo dan menantangnya. Aku bisa melihat tatapan mengobservasi, selayaknya sedang mencatat seluruh kekurangan dan kelebihan targetnya.

Akhir dari pertarungan itu cukup mengejutkan, baik untuk Bakugo maupun bagiku dan Yuriko. Aku pun mendapati wajah Yuriko yang menyunggingkan senyum kecil.

Yah, dia benar-benar tertarik.

Blue Rose [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang