Chapter Thirty

173 42 3
                                    

Happy Friday!! Hari ini akan masuk ke arc yang lebih serius, tapi jujur aku gak pernah mikir ini masuk arc mana, harusnya bagi-bagi arcnya gimana. Intinya dari sini hingga beberapa chapter ke depan akan lebih serius. Kalian yang nonton Boku no Hero pasti tahu ini bakal berlanjut ke arc yang mana.

By the way, big thanks for 1K readerss! Terima kasih banyak banget (kebanyakan gak tuh?) buat kalian yang setia baca dari awal dan masih ngikut sampe chapter terbaru. Aku gak pernah nilai banyak atau sedikitnya yang tetep follow up sampe akhir, tapi aku tetep seneng karena kalian menyukai fanfic hasil mengkhayal di toilet ku ini. Thank you juga buat yang kasih support berupa vote atau komentar. Aku harap kalian gak bosen ya, karena kalau bosen, aku gak tau mau lanjutin cerita ini gimana. 

Jujur banget, awalnya gak mau seaktif ini tiap minggu update, tapi karena tiap hari ada aja yang baca aku jadi semangat nulis dan tau-tau udah hampir chapter 40. 

Oke, openingnya kepanjangan. Jangan lupa bahagia hari ini, selalu jaga kesehatan dan sarapan yang teratur. Have a nice day!!


Kirishima POV

Aku terus mempertahankan bentuk paling keras dari quirkku, berkali-kali menghantam batu besar yang ada di hutan itu. Aku bisa melihat teman-temanku juga melakukan latihan menggunakan quirk mereka. Todoroki terus-terusan membuat es dan api bergantian ketika berendam di dalam air hangat. Uraraka membuat batu berat melayang sambil berjalan menuju toilet darurat yang di sediakan. Wajahnya sudah pucat pasi dan dia terus-terusan mengeluarkan suara mual dengan pipi menggembung hebat. Aku melihat Aoyama keluar dari toilet dengan kaki bergetar setelah membuang sampah di perutnya. Midorya terlihat melakukan gerakan aneh dengan raut wajah serius.

Tunggu, Midorya. Kenapa aku harus melihatnya di saat aku tidak bisa melihat Yuriko begini? Aku bahkan tidak perlu melihat Bakugou yang berada di dekatku, suara teriakannya sudah membuatku yakin apa yang sedang ia lakukan.

Aku sangat berharap bisa melihat Yuriko. Tapi sepertinya gadis itu mendapat latihan khusus dan menghilang bersama Aizawa-Sensei. Sebenarnya yang paling menggangguku adalah interaksi antara Yuriko dan Midorya. Bagaimana bisa Midorya membuat Yuriko tertawa dan tersenyum begitu? Aku selalu ingin melihatnya, dan Midorya mendapatkan kesempatan emas itu kemarin malam.

Tidak hanya itu, Yuriko mengacak-acak rambut Midorya seolah gemas dengan bocah hijau itu. Aku paling tidak bisa menerima kejadian yang itu. Karena ketika melihatnya, aku menghancurkan bawang bombay di papanku dan membuatnya memencar ke segala arah. Sialnya hal itu membuat keributan karena mengenai mata beberapa orang dari kelas B. Monoma langsung memulai keributan dengan provokasi khasnya, aku hanya bisa membungkuk sambil bersujud meminta maaf.

"Woaahh, Kirishima." Aku disadarkan dari lamunan oleh suara kagum Kaminari. Dia memandang kagum pada batu besar yang sedang berusaha aku hancurkan.

"Kau keren juga. Aku tidak menyangka quirkmu berkembang secepat ini." Ketika dia melanjutkan, aku melihat bongkahan besar itu sudah hancur menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Meski ukurannya tetap dua kali dari tubuhku, aku memandang tidak percaya pada hasilku melampiaskan semua rasa frustasiku.

Kemudian aku bisa mendengar Midorya di tegur oleh Tiger-San karena berhenti bergerak. "Maaf Sir," ia memegang lehernya tidak nyaman. "Aku baru saja merasakan hawa membunuh. Rasanya aku bisa mati saat ini."

"Aku yang akan membunuhmu kalau kau berhenti lagi, paham?!" Bentak Tiger-San.

Aku mengedipkan mataku, sepertinya aku mengeluarkan hawa membunuh itu lagi dan mengarahkannya pada batu di depanku. Apakah aku bisa sekuat dan semenyeramkan ini kalau sedang cemburu buta?

Blue Rose [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang