1. Briana

698 78 15
                                    

Kebanyakan orang akan menganggap sentuhan fisik merupakan bentuk afirmasi nyata dari apa yang mereka sering sebut sebagai cinta. Bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, dan apapun yang melibatkan pertemuan kulit antar kulit.

Briana sendiri menyukai sentuhan fisik, namun tidak sering apalagi dalam porsi yang berlebihan dengan pasangan. Briana remaja lebih percaya pada teori yang mengatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang murni dan bersih. Dia menyukai gagasan itu sama seperti anak-anak gadis seumurannya yang baru menginjak masa pubertas.

Namun semenjak kehidupan karirnya dimulai, Briana malah mendapatkan banyak pemahaman baru mengenai jenis-jenis hubungan pada orang orang dewasa yang terbagi menjadi dua: platonic love and atomic love.

Briana pikir dia tidak berada disalah satunya, melainkan diantara keduanya. Briana memang tidak begitu menyukai sentuhan fisik yang terlalu meledak-ledak dan penuh gairah, namun juga tidak mengganggap hubungan tanpa adanya intensi seksual itu sepenuhnya benar. Dia hanya tidak begitu menyukai bagaimana teman-temannya berpendapat bahwa ketika dirinya mulai mengencani seseorang, maka dia harus mau tidur dengan orang yang di kencaninya sebagai bentuk pembuktian cinta.

Well, hal bodoh macam apa itu?

Oh, tentu saja hal bodoh yang dipercayai oleh mantan kekasihnya yang memutuskan hubungan dengannya hingga membuat Briana kesal dan memilih mengambil tawaran dari teman-teman dekatnya untuk minum di sebuah bar. Niatnya ingin melupakan rasa sakit hati, sayangnya, sepertinya gadis itu lupa kalau tubuhnya punya kadar toleransi yang buruk terhadap segala jenis alkohol.

Briana Floretta Azalea masih bisa mengingat jelas, bahwa begitu masuk kedalam bar, dia dan teman-teman perempuannya sedikit terkejut kala mendapati beberapa wajah tak asing sudah lebih dulu menikmati malam dengan botol-botol minuman keras yang hampir tandas. Briana mengenali mereka sebagai tenaga pengajar dikampus yang sama dengannya, hanya saja berbeda fakultas, salah satunya adalah kekasih Elegi, Kairav yang cukup dia kenal dekat.

Pada akhirnya malam itu dia dan rombongan gadis-gadis memutuskan untuk bergabung bersama para pria. Briana sendiri sudah tidak ingat apa-apa saat suara Irena masuk samar-samar kedalam rungunya. Pandangannya kabur dan kesadarannya mulai lenyap begitu ujung gelas alkohol ke-empatnya menubruk permukaan meja.

Dan selanjutnya hanya ada gelap yang menyelimuti dunianya.

Briana sendiri tidak pernah merasa lebih baik lagi ketika perlahan cahaya surya mulai menggelitik kulit wajah dan lengannya dengan lembut. Entah karena beberapa hari ini perasaannya sedikit tidak karuan, dia jadi sulit untuk dapat tidur nyenyak. Tapi semalam, Briana merasa bahwa tidurnya sungguh menyenangkan.

Dengan senyum mengembang dan mata masih terpejam, gadis itu berusaha mengubah posisi tidurnya yang semula terlentang jadi miring ke arah kanan. Menyurukkan wajahnya pada sesuatu yang beraroma manis namun juga dewasa sekaligus lantas berusaha kembali menyelam ke alam mimpi ketika dia tersadar bahwa sebuah lengah lain tengah berusaha merengkuhnya lebih erat.

Briana tidak bisa lebih terkejut lagi saat menemukan ujung hidungnya kini tengah bersentuhan dengan dada bidang seorang pria.

Takut-takut gadis itu mendongakkan kepalanya hanya untuk disambut seraut wajah tampan dengan rahang kokoh nan seksi yang kini masih betah menutup matanya. Detak yang beritme teratur dari si pria jelas berbanding terbalik dengan milik Briana yang sekarang tengah bergemuruh hebat tak karuan. Pasalnya, Briana baru sadar jika dirinya dan si lelaki kini sama-sama tanpa busana dalam satu selimut yang sama. Terlebih lagi, dia tidak bisa mengenali dimana dirinya sekarang berada.

Sekujur tubuhnya seketika menjadi kaku, namun pikirannya kalang kabut tak karuan. Lantas satu pemahaman menghantam kesadarannya: dia baru saja melakukan one night stand dengan salah satu pria yang ditemuinya di bar semalam.

Berita buruknya, Briana mengenalinya sebagai salah satu dari jajaran dosen senior yang cukup dihormati di kampusnya.

Mengesampingkan perasaannya yang kacau sebab ingin menangis, dengan perlahan Briana berusaha menyingkirkan lengan si pria yang masih setia melingkari bahunya. Gerakannya sudah diusahakan dengan begitu halus saat tiba-tiba si pemilik lengan malah membuka matanya hingga iris gelap itu bertubrukan langsung dengan iris cokelat milik Briana.

Bedanya, alih-alih rasa keterkejutan karena baru saja menghabiskan malam dengan perempuan tidak dikenal, tatapan pria itu justru terlihat tenang bak telaga.

"Oh, udah bangun?". Katanya kemudian, "Tidur lagi aja. Muka kamu masih kelihatan capek".

Tolong, Briana mau berubah jadi debu saja sekarang!

🍬🍭🍬🍭🍬

Candy ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang