26. Brand New Day

450 62 79
                                    

Dari awal, Briana sudah menjelaskan kalau dirinya bukan tipikal morning person yang dengan penuh suka cita rela terbangun di pagi buta hanya untuk melakukan aktivitas ini itu atau sekedar berolahraga ringan. Tentu menggulung selimut sampai matahari berada diatas kepala adalah opsi paling baik yang akan dia lakukan untuk mengawali setiap hari liburnya.

Namun mengingat dimana sekarang dirinya berada, tentu Briana tidak leluasa untuk melakukannya. Apa nanti yang akan Mama Wistara katakan soal perempuan yang hobi malas-malasan dan bangun siang seperti dirinya? Oh tentu saja tidak banyak, sebab Mama Wistara dan seluruh perangai anggunnya tidak akan mungkin bertutur kasar.

Kemungkinannya hanya satu: Briana akan langsung di coret dari daftar calon mantu.

Hah, membayangkannya saja sudah membuat Briana mati kutu. Susah payah dia mencoba memperbaiki hubungannya dengan Abraham, masa ujungnya harus terganjal restu orang tua?

Ini kan realita bukannya sinetron Anugerah Cinta.

"Masaknya udah selesai semua, Na?".

Mama Wistara tiba-tiba muncul dari pintu yang memisahkan antara halaman belakang dengan dapur dengan kedua tangan yang basah setelah menyiram tanaman.

Sekarang baru pukul tujuh, dan Briana sudah hampir menyelesaikan seluruh kegiatan memasaknya di kediaman Wistara. Menyisakan beberapa perabotan kotor dalam wastafel.

"Udah, Tante". Katanya sembari memindahkan tumis jamur juga ayam asam manis kreasinya kedalam piring saji.

"Ya sudah, kamu bawa ini ke meja makan dulu. Biar tante yang beresin cucian kotornya".

"Eh, nggak usah, Tan. Biar aku aja yang beresin cucian kotornya". Balasnya sedikit menahan tubuh wanita paruh baya itu agar tidak mendekati bak wastafel, "Mending tante bangunin om aja. Sambil siap-siap. Katanya mau pergi tanding golf sama temennya om kan pagi ini?".

Mama Wistara tertawa pelan, "Kan perginya masih nanti, sayang".

"Ya nggak apa-apa. Biar tante dandannya bisa total. Masa mau ketemu temen penampilannya nggak cetar?".

"Bisa aja kamu".

Briana cuma meringis sok imut ketika punggungnya diusap pelan oleh si wanita.

"Seneng deh tante kalau punya anak perempuan kayak kamu. Jadi ada temen ngobrolnya".

Gadis itu tersenyum maklum, "Abe sama Tara pasti jarang bisa diajak rumpi ya, Tan?".

"Iya". Wanita itu mengangguk, kemudian tersenyum tipis, "Mereka berdua kan jarang dirumah. Makanya, Na, tante harap kamu bisa berjodoh sama anak tante. Biar tante juga ada teman rumpinya".

"E-eh ituㅡ".

"Tante lihat kok semalam kamu dan Abe ngapain aja".

Seketika senyum juga cengiran lucu yang menghias raut ayunya langsung pudar berganti jadi keterkejutan. Briana tidak bisa langsung tidak menatap horor pada Mama Wistara yang masih setia memasang senyum cantik dihadapannya.

"Tante . . . Lihat apa?". Tanyanya mencoba memastikan. Jantungnya sudah bertalu-talu dengan irama tidak santai menanti jawaban dari si wanita paruh baya.

"Semuanya".

Briana langsung lemas seketika.

"T-tanteㅡ".

"Nana,". Mama Wistara sepertinya tahu apa yang ada dipikiran gadis muda itu sekarang. Sorot terkejut bercampur takut itu sudah jadi bukti yang nyata, "Tante senang kalau kamu memang mau menjalani hubungan yang serius sama Abraham".

Candy ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang