Bagi Abraham, kembalinya Serafina ke Indonesia secara khusus menjadi mimpi buruk yang sangat dia hindari. Terlepas dari bagaimana cara gadis itu membuat hubungan persaudaraannya dengan Tara berantakan, Abraham tidak menyukai bagaimana dendam tahunan silam itu masih bersemayam dalam diri Serafina.
Lebih naasnya, dirinya-lah yang harus rela dijadikan alat balas dendam oleh sang dara.
Abraham bukannya tidak mau menolak, namun rasa perduli membuatnya kurang lebih merasa wajib bertanggung jawab atas rasa sakit hati yang Fina rasakan. Maka sekali lagi, Abraham membiarkan dirinya dimanfaatkan.
"Kita ngapain kesini?".
Abraham melirik pada Serafina dengan alis mengerut bingung.
Hari ini dia memang dipaksa menemani gadis itu untuk berbelanja beberapa kebutuhan kain juga gaun untuk acara launching butiknya yang akan diadakan dua minggu lagi. Keduanya baru kembali dari toko kain ketika Fina tiba-tiba memintanya untuk mengantar gadis itu membeli gaun.
"Beli baju lah, apalagi?".
Manik Abraham menajam. Wajah Serafina memang terkesan tenang dan polos ketika menjawab, namun jangan dikira Abraham sebodoh itu untuk tidak menyadari ada hal licik lainnya yang gadis itu rencanakan.
"Really? Disini?". Abraham mengerling nama brand yang tercetak besar-besar tepat diatas kepala mereka.
Fina masih memamerkan wajah clueless-nya, "Kenapa?".
"As far as i know, you love to use Louis Vuitton a lot more than this Gucci things". Balas Abraham telak, "Rencana licik apalagi yang mau kamu lakuin. Fina?".
Seringai Serafina langsung tampak. Gadis itu kembali melayangkan satu pandangan culas pada sang pemuda sebelum tangannya menarik lengan Abraham untuk mengikutinya masuk kedalam butik.
Keduanya langsung disambut oleh beberapa karyawan yang dengan senang hati menawarkan diri untuk menemani. Namun Serafina serta-merta menolaknya.
"Tara still love this brand that much, right?". Tanyanya tanpa menoleh, sebab atensinya sibuk memilah-milah pakaian yang digantung dalam etalase, "Aku penasaran sama reaksi dia kalau lihat aku sama kamu lagi jalan berdua beginiㅡ Eh ini lucu nggak, Be?".
Gadis itu menarik satu pakaian lantas menempelkannya pada tubuhnya. Memamerkannya pada Abraham yang sama sekali kehilangan minat pada sorotnya. Alih-alih menjawab pertanyaan Fina tentang baju, pemuda itu malah bersedekap dengan sebelah alis terangkat.
"Kamu yakin banget kita bakal ketemu Tara hari ini? Disini?".
Serafina tertawa, "Khusus baju, Tara biasanya belanja sekitar tiga minggu sekali setiap bulannya. Dan ini adalah toko favorit dia, jadi aku seratus persen yakin kita bakal ketemu dia disini, hari ini".
". . .".
"Oh, c'mon Abe, gini-gini aku tuh pernah jadi pacarnya adik kamu lho. Masa aku nggak hapal kebiasaannya?".
"Itu udah lama, Fina. Gimana kalau kamu salah?".
Abraham sudah nampak gusar, namun Serafina kembali menarik seringai. Kali ini terlihat lebih puas. Kepalanya menggedik kearah belakang Abraham, membuat pemuda itu seketika berbalik hanya untuk mendapati Tara yang tampak tak kalah terkejut melihatnya.
"See? Aku nggak salah kan, Abe?".
Abraham tidak menjawab. Masih sibuk menyembunyikan sorot kagetnya, sedangkan dihadapannya, Tara tampak sudah bisa menguasai diri.
"Hai Tara". Serafina langsung menyapanya dengan riang.
Hah, kepala Abraham rasanya mau pecah saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Candy ㅡBBH
FanfictionTerkadang pemuda itu terasa semanis cokelat. Lantas berubah jadi kayu manis yang dewasa. Detik berikutnya dia menjadi penuh kejutan seperti pop rocks yang menyenangkan. Lalu strawberry, bubble gum, mintㅡ ㅡWell, Abraham memang lucu. Briana berhasil d...