2. Abraham

507 79 36
                                    

Mengingat seberapa lihai permainannya diatas ranjang, semalam tentu bukanlah kali pertama bagi Abraham Adrian Wistara untuk menghabiskan malam bersama seorang gadis.

Abraham atau yang biasa disapa Abe jelas sudah berpengalaman soal urusan yang satu itu karena sejak zaman kuliah, pola kehidupannya sebagai seorang anak kost tentu memberinya banyak waktu bebas, termasuk soal urusan berpacaran. Meskipun bukan jenis lelaki pemain, tapi Abraham terhitung sering berganti pasangan. Membawa keluar-masuk gadis kedalam kamar tidur sudah bukan jadi sesuatu yang asing Abe lakukan. Toh bagaimanapun juga, Abraham tetaplah lelaki normal yang hormonnya sulit dikendalikan.

Namun semenjak karir profesinya sebagai tenaga pendidik disalah satu kampus elit swasta dimulai, Abraham justru tidak pernah sama sekali terlihat bersama gadis-gadis. Bukan karena takut image-nya sebagai pengajar akan rusak, namun kesibukan yang kian hari kian mencekiknya membuat dirinya sama sekali tidak punya waktu untuk sekedar mencari gadis.

Lagipula, Abraham bukan tipikal lelaki yang suka tidur dengan sembarang wanita kecuali pacarnya.

Namun semuanya berubah ketika pagi ini Abraham justru menemukan seorang gadis tengah sibuk menyurukkan ujung hidung kepermukaan dadanya yang tak berbalut apapun ㅡAbraham mengenalinya sebagai salah satu dosen junior yang mengajar dikampus yang sama dengannya, Briana namanya. Lengan kurus gadis itu melingkari perut berototnya dengan nyaman, seakan tidak terganggu sama sekali dengan pergerakan Abraham.

Pria itu sama sekali tidak terkejut sebab semalam dia melakukannya dengan keadaan sadar. Berbanding terbalik dengan gadis dalam dekapannya yang sudah sober. Maka setelah meneguk sedikit air dari nakas di samping ranjang kamarnya, Abraham memutuskan untuk kembali memejam. Dibarengi dengan lengan yang makin mendekap tubuh si gadis makin erat, diam-diam dia berharap ketika bangun nanti, Briana tidak akan langsung melayangkan tamparan karena tindakan brengseknya.

Dan nyatanya memang tidak.

Alih-alih marah, Briana sepertinya lebih diselimuti malu, karena Abraham bisa merasakan pergerakan diam-diamnya yang berusaha kabur. Samar-samar, pria itu bisa mendengarkan umpatan tertahan si gadis. Di satu sisi dia ingin tertawa, namun di sisi lain Abraham tidak berniat membuat gadis itu jauh lebih malu lagi.

Maka ketika gadis itu sudah hampir memindahkan lengan Abraham menjauh dari permukaan tulang selangkanya, pria itu bertindak lebih dulu dengan membuka matanya.

"Oh, udah bangun?". Katanya kemudian, "Tidur lagi aja. Muka kamu masih kelihatan capek".

Abraham memang tidak tertawa saat berucap, tapi sorot geli dalam maniknya jelas tidak bisa di sembunyikan begitu mengetahui raut takut bercampur malu sudah terpatri di wajah Briana yang bersemu merah. Gadis itu masih mematung dalam dekapan Abraham yang masih bersikukuh meletakkan tangannya di atas kulit bahu Briana.

"S-semalam. . ." Suara Briana nampak tercekat, irisnya berlarian menghindari tatapan yang Abraham layangkan padanya. "S-semalam it-itu kitaㅡ".

"Semalam kenapa?". Tanya si pria dengan tatapan tajam yang belum berubah. Jelas berniat menggoda si gadis.

"K-kita ngapain?". Briana kembali bercicit dengan wajah sudah tertunduk total. Rasa malunya sudah menjalar hingga ubun-ubun, membuatnya sama sekali tak berani membalas tatapan si pria.

Briana tidak berpikir bahwa pertanyaannya akan terdengar jadi lucu di pendengaran Abraham. Tapi kenyataan bahwa kini pria itu tengah tergelak pelan dalam tawa membuatnya menarik kerut bingung.

Abraham masih larut dalam sisa tawa saat perlahan tangannya melepaskan rangkulan pada Briana. Pria itu kini tengah merenggangkan otot-otot tangannya, lalu membawa lari kedua lengannya kebelakang kepala untuk dijadikan sandaran yang nyaman selain pada headboard.

Candy ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang