9. Rasa Strawberry

432 68 28
                                    

Briana melambai sebentar menggunakan tangan kanannya yang kosong dari kantung belanjaan begitu mobil Nayla mulai bergerak menjauhi areal lobi apartemennya. Selepas temu kangen sebentar dengan Aji dirumah sang mama, Briana segera saja menarik Nayla untuk diajak pulang sebab Abraham sudah merecokinya lagi dengan belasan miss called juga beberapa pesan yang isinya pertanyaan kapan pulang, karena rupanya selepas jam tiga sore, Abraham sudah lebih dulu sampai di apartemen milik Briana.

Briana sudah hampir masuk kedalam lift ketika ponselnya berbunyi, menampilkan sebuah notifikasi pesan yang lagi-lagi berasal dari Abraham.

Abrahamwistara
Saya tunggu di CircleK lantai bawah.

Gadis itu mendengus pelan, namun tak ayal tetap menyeret langkahnya putar balik menuju lokasi mini mart tak jauh dari sana. Tentunya masih dengan kantung berisi belanjaan bulanannya yang lumayan berat. Dari jarak sekitar lima puluh meter, dia sudah bisa melihat sosok si pria yang hari ini terlihat lebih santai dengan polo shirt berwarna putih tengah duduk sembari terus mengamati layar ponsel disalah satu kursi yang tersedia disana.

Ugh, bahkan dengan penampilan yang biasa, Abraham Adrian Wistara masih tetap bisa terlihat superior hingga membuat beberapa gadis yang lewat meliriknya. 

Briana hanya bisa menghela nafas jengah entah karena apa, lantas ketika sudah dekat, gadis itu mengetuk meja tempat Abraham berada sebanyak dua kali.

"Udah sampai?". Pertanyaan retorik yang diiringi senyum si pria hanya dibalas anggukan oleh Briana. Abraham melirik sepintas kearah kantung belanjaan yang masih setia tergantung di tangan kiri sang gadis, "Belanjaannya ditaruh dulu. Berat kan?".

Briana menurut, "Ada keperluan apa kesini?".

Abraham tertawa, dilihat dari raut muka Briana, dia sudah bisa menebak bahwa gadis itu sekarang tengah kesal padanya, "Capek ya? Pengen beli sesuatu dulu nggak?", lanjutnya menunjuk kedalam mini mart.

"Jangan mengalihkan topik bisa nggak?".

"Jajan dulu yuk kedalam".

"Nggak mau! Bapak kira saya anak kecil pake jajan-jajan segala??!!".

"Es krim mau?".

"Hngggg. . .".

Abraham tertawa begitu menyadari raut wajah Briana yang semula kusut sebal seketika berubah seperti anak TK. Pria itu meraih kantung belanjaan milik si gadis yang ada di meja lantas memaksa gadis itu untuk mengikutinya masuk kedalam mini mart. Membiarkan Briana untuk kemudian sibuk mengitari rak demi rak berisi makanan ringan hingga berakhir pada mesin pendingin yang berisi puluhan jenis es krim.

"Pak Abe mau yang mana?". Tanyanya tanpa menoleh. Membuat Abraham hanya bisa menahan tawa gelinya.

"Yang mana aja nggak apa-apa. Saya nurut kamu".

"Oke".

Abraham masih belum melepaskan senyumnya. Apalagi saat keduanya berjalan menuju kasir, binar mata gadis yang tengah memegang dua buah es krim itu sungguh terlihat menggemaskan. Oh, siapa tadi yang berkata kalau jajan hanya untuk anak kecil saja?

Briana meletakkan beberapa bungkus keripik kentang dan tortila lebih dulu keatas meja kasir. Dia masih menyimpan es krim-nya untuk di scan paling terkahir.

"Kamu mau yang rasa apa?".

"Eh?".

Gadis itu menoleh pada Abraham yang masih fokus pada makanan ringan yang belum ter-total sepenuhnya. Ekspresinya datar sehingga Briana tidak bisa menebak ditujukkan untuk apa pertanyaan pria itu barusan.

Candy ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang