15. Sebuah Reuni

321 61 49
                                    

Menemukan Abraham dalam tatapan mata tajam yang mengintimidasi tentu bukan lagi jadi hal baru bagi Briana. Dia sering melihat pemuda itu melayangkan jenis tatapan serupa ketika mulutnya tengah bebal membalikkan kalimat Abraham sampai pemuda itu merasa jengkel sendiri.

Namun kali ini ada sorot lain yang terselip dari iris pekatnya begitu mendapati sosok Tara bersama seorang wanita sudah menunggunya di parkiran kampus.

Kalau kalian pikir Briana menerima tawaran menginap pemuda itu semalam, jawabannya adalah, tidak! Briana menolaknya, dan beberapa jam setelahnya Abraham mengantarnya pulang.

"Hai, Na, kita ketemu lagi". Sapa Tara dengan cerah saat Briana sudah berada di depannya.

Gadis itu hanya meringis, lantas membalas, "Hai, Tar". Sejujurnya ada sesuatu dalam tensi pertemuan mereka kali ini yang membuatnya lebih baik diam dan tidak bertanya. Baik pada Tara, Abraham, maupun gadis asing yang baru pertama kali dilihatnya.

"Kelas lo lama bener kelarnya. Gue disini nunggu lo sampai kepanasan". Tara membuang wajah dengan tidak minat begitu melihat Abraham.

"Ngapain lo kesini?". Sinisnya sembari menatap bergantian antara adiknya dengan Serafina.

Tara menyeringai, "Someone's looking for you".

Pada akhirnya, gadis dengan gaun sederhana selutut berwarna biru muda itu bersuara. Senyumnya mengembang hingga ke mata, dan Briana bisa melihat ada kilat bahagia lain yang terpancar dari iris cokelat sang dara.

"Long time no see, Abe".

Abraham hanya membalasnya dengan anggukan, namun sepertinya gadis itu merasa kurang puas.

"Kamu nggak kangen apa ketemu aku? Udah hampir tiga tahun lho, Be". Nada gadis itu masih seceria sebelumnya, namun entah kenapa keceriaannya seperti gagal menulari Abraham.

Pria itu hanya diam saja.

"Oke. Gue kesini cuma mau nganterin dia buat ketemu lo, bukan buat dengerin kalian berdua kangen-kangenan". Tara menyela dengan nada culas lantas beralih menatap Briana. Gadis itu sepertinya masih linglung memahami situasinya tanpa perduli pandangan membunuh dari sang kakak, "Bawa mobil nggak, Na?".

"Hah?". Briana tersentak, lalu menjawab cepat, "B-bawa kok".

"Oke".

Abraham seketika menyahut garang, "Mau ngapain lo?".

Tara tertawa, tapi tidak menggubris pertanyaan kakaknya. Fokusnya malah menetap pada Briana.

"Kenapa, Tar?".

"Mau nebeng dong". Balasnya dengan bibir mengerucut sok imut, "Gue tadi kesini numpang sama dia soalnya". Tunjuknya pada Serafina.

Gadis berambut ikal karamel itu mendadak tersenyum pada Briana lantas mengulurkan tangan, "Serafina. Kamu pasti teman kerjanya Abe ya?".

Briana melirik gagap pada Abraham yang masih datar-datar saja. Berbeda dengan Abyantara yang kini sedang berusaha menahan tawanya.

"Kenapa, Tara?". Fina menatap pemuda itu dengan bingung, sedangkan Tara cuma menggelengkan kepalanya.

"Nggak apa-apa. Na, itu disambut dong tangannya, udah diajak kenalan juga".

Abraham baru akan menyahuti ketika akhirnya Briana memilih bersuara. Dengan gerakan yang masih gagap dan terburu-buru, dia segera balas menjabat tangan halus sang gadis.

"Briana. S-saya teman kerjanya Pak Abe".

"Ih, apa kok pakai saya? Jangan formal, santai aja".

Candy ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang