Kanayla dan Yaris merah terang miliknya sudah siaga menunggu di lobi ketika Briana baru saja sampai dibawah.
Kemarin malam, Briana memang sempat menghubungi kawannya yang satu itu untuk janjian berbelanja bersama. Daripada berbelanja seorang diri, sepertinya ide mengajak teman akan lebih baik. Dan kebetulan ketika dia mengajak Nayla, gadis manis bergigi kelinci itu langsung mau.
"Mau Farmers apa Transmart?". Tanya Nayla tepat saat Briana selesai memasang sabuk pengaman.
"Mana ya enaknya?". Briana bertanya balik.
Sambil mulai menjalankan mobilnya keluar areal real estate, Nayla menyahut, "Mana aja oke sih. Tapi yang langsung ke arah utara aja biar nggak muter-muter".
Briana Floretta mengangguk-angguk setuju. Semua teman dekat Briana memang sudah mengenal keluarganya, khususnya sang mama. Maka kemarin ketika dia bilang dia sekalian ingin berkunjung kerumah mamanya yang berada di Jakarta Utara, Nayla langsung berseru dengan semangat.
"Ya udah, Farmers Gading aja kalau gitu".
"Transmart Cempaka Putih aja deh, ya. Gue terakhir kesana tempatnya lebih lengkap daripada Gading".
"Oke".
Keduanya tidak saling mengobrol lagi, melainkan beralih menjadi menyanyi. Mengikuti lagu yang tengah terputar di radio dengan semangat. Kalau biasanya Nayla akan mudah tersulut emosi jika melewati kemacetan Bundaran Semanggi, kali ini beda cerita. Keadaan jalanan Jakarta yang tidak terlalu padat hari ini membuat kondisi hati Nayla dan Briana sama-sama cerah.
Briana sendiri masih asyik melantukan Take Care-nya Adrian Khalif ketika ponsel dalam saku cardigan-nya bergetar panjang. Ketika di tilik siapa gerangan yang meneleponnya, senyum gadis itu lenyap dalam sekejap.
Dia segera menggeser tombol tolak dan meletakkan ponselnya keatas pangkuan. Briana sudah hampir kembali bernyanyi saat lagi-lagi getaran ponselnya menginterupsi. Lantas sama seperti sebelumnya, dengan tanpa pertimbangan gadis itu langsung saja menolaknya.
Nayla yang duduk dibalik kemudi menyadarinya.
"Siapa sih?".
Briana menyenderkan punggungnya ke sandaran jok, lantas menjawab, "Tebak".
Nayla mengangkat satu alisnya, "Pak Abraham?". Tebaknya asal yang dihadiahi sebuah anggukan. Gadis itu jadi heboh sendiri, "Beneran Pak Abe?! Gila, padahal gue cuma asbun aja njir".
Briana hanya menghela nafasnya, tidak berniat menjawab kehebohan sang kawan karena sebuah notifikasi pesan masuk segera menarik atensinya menuju layar benda canggih itu.
LINE
10.17 AMAbrahamwistara
Kenapa telepon saya nggak diangkat?"Gue kira lo sama Pak Abe tuh just for fun aja".
Briana menoleh sepintas, "Just for fun gimana sih, Nay? Dia itu dosen senior kampus kita, mana berani gue main-main sama dia".
"Berarti yang waktu lo berangkat bareng dia tuh sengaja? Udah janjian?".
Briana hanya mengangguk.
"Lo beneran ada apa-apa sama Pak Abe?! But since when gitu lho?! Jangan-jangan setelah lo diantar balik pas teler?!!".
"Panjang ceritanya, Nay". Jawabnya setelah mendesah berat, "Tapi gue sama Pak Abraham nggak ada apa-apa"
Dia tidak mungkin menceritakan pada Kanayla tentang peristiwa one night stand antara dirinya dengan Abraham, sebab Nayla sendiri tahu bahwa Briana bukan gadis yang mudah untuk bisa diseret keranjang bahkan oleh pacarnya sendiri. Lalu apa yang akan Nayla lakukan jika dia sampai tahu soal masalah ini? Kalau cuma sekedar diledek atau mengomel sih masih oke. Briana hanya takut kalau sampai Nayla menyidangnya ㅡdan akan jadi lebih parah jika bersama dengan Irena dan Jeanneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candy ㅡBBH
FanfictionTerkadang pemuda itu terasa semanis cokelat. Lantas berubah jadi kayu manis yang dewasa. Detik berikutnya dia menjadi penuh kejutan seperti pop rocks yang menyenangkan. Lalu strawberry, bubble gum, mintㅡ ㅡWell, Abraham memang lucu. Briana berhasil d...