10. Cerita Dari Pusat Kota

409 65 14
                                    

Terhitung sudah hampir satu jam lamanya Briana mengamati Jeanneth yang sedang sibuk memilah-milah pakaian serta tas di salah satu rumah mode ternama dunia. Setelah dua hari lalu Jennie mengontaknya untuk bertemu, akhirnya di senin yang padat setelah pulang mengajar, Briana menuruti permintaan kawannya yang cantik itu.

Dan disinilah keduanya sekarang, di butik Chanel Plaza Indonesia.

Jennie adalah penggemar berat produk-produk keluaran brand yang satu ini. Tentu saja, sebagai seorang model muda papan atas, Jennie jelas punya segudang uang kalau hanya untuk membeli pakain ber-merk. Apalagi dengan latar belakang keluarga yang serba ada, tentu harga pakaian disini yang rata-rata bisa sampai puluhan juta itu tidak jadi perkara.

"Bagusan mana?". Jennie mengangkat dua buah outer koleksi spring-summer tahun ini kehadapan Briana. Yang satu berwarna putih sedangkan yang satunya lagi berwarna cokelat susu.

"Putih lebih netral". Balas Briana dari sofa tengah ruangan.

Jennie mengankat alisnya lantas melekatkan outer pilihan Briana ke tubuhnya sambil berkaca, "Tapi gue udah punya banyak yang warna putih".

"Ya udah, cokelat susu aja kalau gitu". Tukas Briana ringan.

Jennie menatapnya kecewa, "Tapi yang cokelat warnanya kayak emak-emak, Na".

Briana cuma bisa merotasikan bola matanya jengah.

Gadis itu sedari tadi memang tidak melakukan apapun selain duduk manis dan mengamati Jennie yang sibuk berkeliling. Dia bukannya tidak punya uang untuk sekedar membeli sesuatu, hanya saja Briana memang tidak sedang menginginkan apapun. Lagipula sekitar dua bulan lalu dia juga baru saja membeli sebuah seri classic handbag dari sini.

Pada akhirnya selagi Jennie sibuk memilih pakaian, Briana memutuskan untuk berkeliling. Berencana memberikan beberapa saran agar sesi belanja kali ini sedikit cepat berlalu.

"Jen, kalau yang ini suka nggak?". Katanya sembari mengangkat sebuah dress berwarna merah.

"Eh bagus juga tuh". Jennie segera menghampiri Briana dan meraih pakaian itu dalam genggamannya, "Tapi warnanya terang banget nggak sih?".

"No, Jen. You look really great in red".

"Beneran?".

Briana mengangguk.

"Okay, i'll take this".

Briana tersenyum simpul. Pandangannya kembali menyapu kearah pakaian-pakaian di etalase, lalu tiba-tiba tersentak saat Jennie menghampirinya dengan sebuah dress selutut berwarna putih gading model off-shoulder ditangan.

"Apaan nih?". Katanya tak paham.

Jennie tertawa, "Buat kostum bridesmaid nikahannya Irena. Cocok nggak?".

"Emang udah fix jadi bulan depan?".

"Udah. Katanya urusan Juandra di Sidney bakal kelar semua akhir minggu ini, terus rencananya mau langsung nyari wedding organizer".

Briana membulatkan matanya dengan ekspresi wajah bahagia, "Gila! Kok nggak ada yang ngomong sama gue sih?".

Jennie menyerahkan baju merah yang tadi dipilihkan Briana pada salah satu karyawan disana untuk di check out, lalu kembali beralih pada Briana, "Irena emang belum cerita sama siapa-siapa. Gue aja taunya gara-gara dia nanya koleksi haute couture-nya Chanel sama Dior bagus mana".

"Lo pasti jawab Chanel". Kata Briana sarkas. Jennie nyengir.

"Jelas dong. Makanya gue ngide kalau nanti gaun bridesmaid juga harus dari brand yang sama. Kalau nggak, gue nggak akan mau jadi bridesmaid dinikahannya".

Candy ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang