10

185 42 42
                                    

Sedari tadi, Choi Beomgyu duduk di sofa ruang keluarga sembari menonton acara televisi. Sambil juga Ia tengah menenangkan sang tunangannya yang sedari tadi memeluk Beomgyu erat. Sudah satu jam ia bertahan dalam posisi yang seperti ini, Tentu saja Beomgyu merasa lelah. Rasanya ia ingin berjalan saja. Tapi tak bisa, karena Eunha.

Sekadar ingin ke dapur saja Beomgyu tak bisa, sekali lagi itu Gara-Gara Eunha.

Iya, Eunha mendadak manja. Pasalnya Dirinya itu tengah menahan rasa sakit pada dalam tubuhnya... Atau mungkin rahimnya--makanya ia terus saja memeluk Beomgyu--karena gadis itu sedang kedatangan tamu bulanan, sudah dua hari pula.

Tak henti-hentinya, Eunha juga meronta kesakitan karena tamu bulanannya itu. Hingga pun Beomgyu sudah agak kesal dengan tunangannya itu. Tapi, Beomgyu tetap sabar.

"Beomgyu... Hiks, hiks, hiks, hiks... Sakit... Hiks... Hiks... Buat Gue... Hiks... Ini sakit banget... Hiks,"

"Padahal Gue jarang sakit perut kek gini pas lagi datang bulan. Jarang banget, setiap bulannya biasa aja. Tapi bulan ini sakit banget. Sama kayak satu tahun lalu. Hiks... Hiks... Padahal semalam gak ada sakit. Ini... Tiba-tiba banget,"

Sedangkan Beomgyu hanya terdiam sembari mendengar curhatan gadis itu. Ia tak dapat merasakan bagaimana sakit yang tengah Eunha rasakan, tapi Ia mengerti betapa banyak nya perjuangan gadis itu untuk menahan rasa sakit karena efek dari tamu bulanan. Yah, Beomgyu tidak mengerti sebenarnya tentang hal itu.

Akan tetapi, Ia berpikir bagaimana cara agar rasa sakit Eunha itu reda.

"Kak, gimana sih rasanya pas darah tuh keluar? Sakit, kah?" tanya Beomgyu.

"Hiks... Kok nanya tentang itu, sih? Rasanya kadang sakit kadang enggak. Ih udah, ah! Jangan tanya yang aneh-aneh!" balas Eunha.

"Susah juga jadi cewek, ya? Enakan jadi cowok, apalagi kalo udah nikah. Pas malam pertama...," ujar Beomgyu sembari tersenyum penuh arti.

"Ih! Kok malah bahas malam pertama? Malu, tau! Lagipula, Lo masih bocah, jadi jangan dulu mikirin hal itu!" balas Eunha. Sepertinya, emosi gadis itu sudah tak terkontrol.

Beomgyu terkekeh kecil, setelahnya lelaki itu mengelus rambut pendek Eunha dan sesekali mencium kening Gadis itu.

"Aku bukan bocah, aku udah mau dewasa. Dan kapan saja, Aku bisa ngelakuin sesuatu sama Kakak," ucap Beomgyu.

"Hiks... Sakit... Hiks... Hiks... Kamu jangan ngomong kek gitu, dong. Aku kan gak ngerti," balas Eunha.

Beomgyu tersenyum kecil. Wah, Eunha memakai kata ganti Aku-Kamu? Bukan, Lo-Gue. Bagus, deh.

"Emangnya Kakak gak ngerti apa?" tanya Beomgyu.

"Hiks... Udahlah. Aku makin sakit kalo misalnya sering ngomong," ujar Eunha.

Beomgyu mengusap wajah Eunha dengan sentuhan yang lembut seraya menghapus air mata gadis itu yang terus-menerus mengalir di kedua pipinya.

"Kak. Kakak kenapa pas tadi kabur pas Aku mau minta ciuman ke Kakak?"

"Hiks. Aku... Perut, sakitnya malah bertambah. Padahal semalam gak ada sakit sama sekali," balas Eunha.

"Oke. Kakak harus kuat buat nahan rasa sakit ini," ujar Beomgyu.

Eunha mengangguk mengerti. Dirinya pun sekarang tengah mencari kenyamanan pada diri lelaki itu. Sehingga Ia pun bersandar pada dada lelaki itu dan menghadapkan wajahnya--menenggelamkan wajahnya di dada Beomgyu-- dan masih dirinya memeluk tubuh Beomgyu.

"Kak, Aku mau bantu Kakak supaya rasa sakit itu hilang. Boleh, gak Kak Aku bantu?" tanya Beomgyu.

Eunha yang awalnya ingin menghirup aroma tubuh Tunangannya pun mendongakkan kepalanya ketika yang lebih muda berucap.

Mate (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang