24

194 34 11
                                    

Beomgyu menurunkan Eunha yang sedari tadi dirinya gendong  lalu lelaki itu membaringkan tubuhnya di kasur sembari menatap Eunha.

"Lo kenapa?" tanya Eunha karena bingung. Pasalnya lelaki yang tengah terbaring itu menatap diri Eunha.

"Kakak harus rawat aku," jawab Beomgyu. "Kakak harus turutin apa yang aku mau. Semua yang aku mau!''

Eunha mendengus karena sebal dengan lelaki manja tersebut. Ingin rasanya ia berteriak di depan wajah lelaki itu dan menolak secara kasar permintaannya, namun Eunha juga tidak tega jika harus menolak.

"Iya serah, lo dah. Dengan sangat terpaksa, gue bakal turutin semua yang lo mau,"

"Kok, terpaksa?'' tanya Beomgyu namun Eunha hanya mengendikan kedua bahu sebagai balasan.

"Dah. Lo mau apa, hah?" tanya Eunha setengah membentak.

"Mau, tidur aja deh. Kan aku masih sakit," jawab Beomgyu.

"Ya udah, lo tidur aja. Gue keluar dari kamar," ujar Eunha namun Beomgyu lagi-lagi berkata.

"Kakak di sini aja!" ujar Beomgyu  sembari menatap gadis  Jung tersebut.

Eunha merotasi kedua bola matanya lalu menatap Beomgyu kesal. "Banyak maunya." ucap Eunha. "Mending lo ke kamar lo aja deh. Gue mau kamar gue gak ada lo."

Beomgyu mengerucutkan bibirnya. "Kok gitu, sih? Kamar kakak kan nyaman. Aku gak mau ke kamarnya aku!"

"Cih, alasan lu aja. Dasar bayi besar," cibir Eunha. "Serah deh. Gue gak ngurus."

Beomgyu hanya terkekeh kecil lalu menutup kedua matanya agar bisa tertidur nyenyak. Ia tidur juga untuk menghilangkan rasa sakit pada sekujur tubuhnya.

Eunha yang saat ini tengah berbincang dengan Yerin lewat chat pun tidak memperhatikan lelaki muda tersebut.

"Ada tugas lagi?" ujar Eunha sambil menaruh ponselnya di meja belajar. Gadis itu menatap ke arah langit-langit kamarnya sambil menghela napas panjang dan setelah itu mengacak rambut pendek sebahunya hingga rambutnya berantakan.

"Bisa gila gue," ujar gadis itu. "Gini amat ya susahnya untuk gapai cita-cita."

"Ah ... gue harus cari hiburan supaya rasa kesal gue hilang," ujarnya lirih. Lalu Eunha beranjak dari posisi duduk di bangku kemudian mendekat ke arah lelaki yang ternyata sudah terlelap lalu duduk di kasur.

Eunha tersenyum lebar karena melihat wajah lelaki yang terlihat begitu tenang ketika tertidur, walau wajahnya pucat, lelaki itu tetap terlihat tampan dan menggemaskan.

Tin!

Senyuman Eunha pudar begitu saja ketika mendengar suara klakson kendaraan yang sumbernya ada di sebelah rumah Eunha dan Beomgyu.

"Suara klakson? Emangnya ... ada orang di rumah sebelah?" tanya Eunha kepada dirinya sendiri. Namun akhirnya pun Eunha menghiraukan suara klakson kendaraan tersebut dan kembali menatap wajah Beomgyu.

Eunha makin mendekatkan dirinya pada lelaki tersebut kepalanya makin menunduk guna melihat wajah lelaki tersebut. Eunha kembali tersenyum lebar, jari mungilnya tergerak untuk menyentuh wajah pucat lelaki Choi tersebut hingga akhirnya jemari Eunha mengusap wajah Beomgyu. Akan tetapi Beomgyu sama sekali tidak terbangun akibat usapan gadis itu. Mungkin saja Beomgyu sudah terlalu nyenyak.

"Manis banget," ujar Eunha.

"Siapa yang manis? Aku? Makasih udah ngatain aku manis. Aku emang manis,"

Eunha menjauhkan tangannya dari wajah Beomgyu. Matanya membelalak, mulutnya terbuka lebar sesekali matanya mengedip secara berlebihan.

"Beomgyu bangun?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mate (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang