"Gue pulang dulu, ya Ha. Dadah!" ujar Yerin sembari melambaikan kedua tangannya penuh semangat.
"Eh BeomBeom aku pulang dulu ya. Gantengnya aku. Dadah. Muah!"
Yerin pun pergi dari rumah kedua insan itu dengan motor scoopy berwarna merah miliknya. Beomgyu tersenyum kecil ketika melihat Yerin yang sudah jauh di pandangannya. Lalu setelahnya memandang Eunha dengan tatapan mengejek.
"Akting aku bagus kan, kak?" tanya Beomgyu. Namun Eunha tidak menjawab dan tidak menatap Beomgyu.
"Kayaknya aku cocok jadi aktor," ucap Beomgyu dengan nada suara angkuh ia pun melipat kedua tangannya di bawah dada dan membusungkan dadanya.
Dalam hati Eunha sudah mengumpat karena kesombongan lelaki itu. Hei sejak kapan Choi Beomgyu yang dewasa menjadi sombong seperti sekarang? Padahal Eunha tidak pernah mengajarkan kesombongan kepada bocah yang hampir dewasa itu.
Gadis bersurai pendek itu pun akhirnya pergi meninggalkan Beomgyu, ia ingin pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Beomgyu yang sadar jika gadis yang ada di sampingnya sudah menghilang entah ke mana pun merasa agak panik dan akhirnya menutup pintu utama dan menguncinya lalu pergi mencari gadis tersebut.
Beomgyu kira Eunha sedang berada di dapur. Dan Ternyata perkiraannya itu sangat tepat. Beomgyu tersenyum samar ketika melihat punggung gadis mungil tersebut. Gadis itu terlihat sangat rajin bekerja dan pokoknya COCOK MENJADI SEORANG ISTRI dari Choi Beomgyu.
Hah... Benar. Beomgyu tidak sabar menunggu tahun tahun berikutnya ... Di mana ia akan menikah dengan gadis itu, menjadi suami gadis yang lebih tua daripada dirinya, menjadi yang ada di posisi atas, dan menjadi seorang ayah yang baik. Dan... Hidup bahagia sampai akhir hayat.
Huh ... Sepertinya Beomgyu terlalu memikirkan hal yang sepertinya tak mungkin dirinya capai.
Beomgyu melangkahkan kedua tungkainya untuk mendekati gadis yang tengah memasak makan malam itu.
"Kak," panggil Beomgyu.
Eunha Lantas menoleh ketika si bocah yang merupakan calon suami nya itu memanggil dirinya. "Iya, Gyu?"
"Hari ini kita gak usah makan malam aja, kak," ucap Beomgyu.
Eunha mengerutkan keningnya. "Kenapa emang Gyu?"
"Ya gak papa. Aku udah kenyang kok,"
Eunha pun mematikan api kompor dan menghadap Beomgyu. "Ya udah. Gue juga gak laper sebenarnya. Gue mau masak buat Lo."
"Hm... Iya. Tapi kan aku gak lapar, kak," jawab Beomgyu. "Ke kamar, yuk. Kita istirahat!"
"Eh, apa maksud-- Aaah! Beomgyu!" perkataan Eunha terpotong karena ia terkejut.
Dengan tidak sopannya Beomgyu menggendong Eunha. Sembari kedua tangannya memeluk pinggang ramping Eunha. Sedangkan Eunha memeluk leher lelaki tersebut.
"Gyu turun dong Gyu. Malu gue!" teriak Eunha.
"Haha untuk apa malu, kak? Kitakan cuman bedua di sini. Gak ada yang lihatin," ujar Beomgyu sembari tersenyum karena puas.
"Tapi tetap aja, Gyu," balas Eunha. "Gyu, turunin Gue cepet!"
Eunha terus merengek sembari menggoyangkan kedua kakinya dan kedua tangan yang terkepal untuk memukul kedua pundak Beomgyu. Ia pun tak menyerah agar lepas dari Beomgyu.
Tangan kiri Beomgyu terangkat untuk memegang tengkuk gadis tersebut sedangkan tangan kanannya masih memeluk pinggang Eunha. Eunha yang merasa bingung dengan perlakuan Beomgyu hanya bisa diam dan pasrah tak sadar jika kedua kakinya melingkar di pinggang lelaki tersebut.
Beomgyu juga semakin mendekatkan wajahnya pada wajah gadis berpipi berisi tersebut, memperhatikan tiap inci wajah Eunha yang begitu elok dan sedap di pandang. Beomgyu tersenyum samar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mate (Hiatus)
Fiksi Penggemar"Aku akan selalu sabar dan menunggu", "Aku yakin, kau perlahan-lahan akan mencintai ku",