15

114 35 21
                                    

Sepulangnya dari tempat kuliah, Yerin ikut bersama dengan Eunha untuk ke rumah gadis bersurai pendek sebahu itu--pergi kerumah Eunha--Yerin memandang Eunha  dengan tatapan bingung lalu melihat ke sekitarnya.

Tampak sangat asing bagi Yerin.

"Selama ini, Lo gak pernah bawa Gue ke rumah Lo," ujar Yerin. "Baru hari ini aja Gue datang ke rumah Lo."

"Iya lah Yer. Kita aja baru kenalan tiga bulan yang lalu. Dan itupun kita susah Deketnya," jawab Eunha.

"Gak kerasaan ya udah mau semester tiga," ucap Yerin.

"Tinggal setengah bulan lagi," timpal Eunha yang di balas anggukan setuju dari Yerin.

Eunha membuka pintu rumahnya lalu masuk ke dalam rumah di susul dengan Yerin. Kemudian Keduanya duduk di sofa yang tersedia di ruang tamu.

"Ha. Nyokap sama Bokap lo mana? Kok gak ada Gue lihat daritadi. Penasaran nih Gue, karena selama ini gak pernah lihat orang tua Lo," ujar Yerin dengan sangat antusias.

"Mereka gak tinggal bareng Gue, Yer. Soalnya Gue pindah ke sini dan tinggalin mereka di Busan," balas Eunha.

"Jadi Lo sendirian tinggal di Seoul?" tanya Yerin.

Eunha menggelengkan kepalanya. Membuat seorang Jung Yerin kebingungan.

"Maksud Lo?"

Eunha menatap sebentar ke arah pintu utama. "Lo bakal tau nanti."

Yerin mengangguk dan tersenyum canggung. "Oh-Oh ya udah."

"Yer, lo pernah merasa enggak sih kalo akhir-akhir ini dosen nyuruh kita pulang cepet?" tanya Eunha.

"Merasa banget Gue. Dampaknya besar banget," ucap Yerin. "Tapi malah bagus, Ha. Karena Gue bosen kalo ada di kampus terus. Bikin mumet!"

"Ya kalo gitu Lo gak usah kuliah, dong," balas Eunha.

"Jangan gitu, dong. Gue mah mau mencapai cita-cita jadi Dokter bedah," ucap Yerin sembari menyatukan kedua tangannya dan menatap langit-langit rumah Eunha.

"Ya sama, Gue juga mau jadi Dokter bedah," Kata Eunha.

Yerin memandang ke arah Eunha lalu mengedipkan kedua matanya dan sedikit memanyunkan bibirnya.

"Marga kita sama ... Kelas kita sama ... Cita-cita kita juga sama. Apakah ini namanya takdir?" ujar Yerin.

Eunha berdecak sebal. "Semuanya aja lo bilang takdir."

"Ya terus... Gue harus bilang ini kebetulan?" tanya Yerin. "Asal lo tau. Gak ada yang namanya kebetulan Ha. Semuanya adalah takdir."

"Gini gue mau nanya sama lo. Kata lo semuanya kan takdir... Berarti kalo misalnya lo gak bisa deket sama Hanbin berarti itu takdir juga?"

Yerin tersentak lalu memukul pelan punggung tangan Eunha.

"Ih! Itu bukan takdir, Ha. Itu cuman karena gue gengsian orangnya makanya gak bisa deket sama Hanbin,"

"Artinya, gengsian lo juga takdir, dong?"

Yerin memukul bibir Eunha dan menatap sengit Eunha. "Masalah itu... Menurut gue bukan takdir. Oke!"

"Ya berarti... Tidak semuanya itu takdir dong," balas Eunha.

"Au ah! Gelap Ha! Gelap!" balas Yerin karena pasrah.

Berarti... Kalo Gue tunangan sama Beomgyu tapi punya pacar yang namanya Taehyung. Itu ... Takdir gak sih?

"Aku pulang, Kak!"

Mate (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang