22

104 30 3
                                    

Beomgyu membuka kedua netranya perlahan-lahan. Saat kedua netranya benar-benar sudah terbuka dengan hati-hati ia pun mengubah posisinya menjadi duduk di kasur. Lelaki itu berdiam diri sebentar dan setelahnya lelaki itu beranjak dari kasur, lagi-lagi ia ada di kamar Eunha. Ia melihat ke arah jendela, ternyata masih tengah malam, sebab lelaki itu dan Eunha tertidur pada saat sore hari.

Beomgyu memengang lehernya yang terasa sedikit sakit lalu berjalan dengan langkah yang pelan.

"Tenggorokan gue sakit gini," gumamnya.

Ia pun kembali melangkah ingin menuju dapur. Akan tetapi saat ia melangkah ia merasa bahwa sekujur badannya terasa lemas dan berat kepala lelaki itu begitu berat seperti ada besi besar yang tengah menimpa kepalanya. Lelaki itu berjalan sempoyongan karena agak susah menahan keseimbangan sampai pada akhirnya lelaki itu terjatuh di lantai.

"Beomgyu!"

Beomgyu yang terbaring lemah di lantai pun menoleh ke arah Eunha yang ternyata terbangun oleh Beomgyu sendiri gadis itu menghampiri Beomgyu.

"Beomgyu, lu kenapa?" tanya Eunha sambil menepuk pelan kedua pipi lelaki itu.

"Kak ... Berat Kak ... Badan aku kepala aku rasanya berat ... Kepala aku pusing, tenggorakan aku sakit ... Kak ... Dingin ...," ujar Beomgyu dengan suara yang serak nyaris habis.

"Lu demam, Gyu?" tanya Eunha. Gadis itu pun menempelkan punggung tangannya ke kening dan leher Beomgyu.

"Panas Gyu ...," ujar Eunha.

"Dingin kak,"

"Ya udah, lo jangan tiduran di lantai,"

"Iya, Kak ...,"

Beomgyu pun mengubah posisinya menjadi berdiri namun setelahnya lelaki itu nyaris terjatuh.

"Gue bantu lo, Gyu," ujar Eunha sambil melingkarkan tangan kanan Beomgyu di lehernya.

Dengan susah payah Eunha pun membantu Beomgyu untuk berbaring di tempat tidur.

"Yang lo rasain apa aja?"

"Sakit... Tenggorokan aku sakit... Aku mau minum,"

"Mm ... Sebentar, Gyu. Gue bakal ambil air dulu buat lo," ujar Eunha lalu keluar dari dalam kamar.

Sedangkan Beomgyu hanya tersenyum samar setelah si gadis keluar dari dalam kamar.

Tak lama Eunha kembali masuk ke dalam kamar sambil membawa satu gelas air mineral. Gadis itu pun duduk di tepi kasur sambil memandang yang muda.

"Nanti pagi gue bakal panggil dokter buat periksa lo," ujar Eunha.

"Kenapa gak ke rumah sakit langsung aja, kak?"

"Manggil dokter ke rumah lebih aman daripada ke rumah sakit, Gyu,"

Beomgyu mengangguk. Setelahnya ia pun melihat ke arah gelas berisi air jernih itu.

"Kak, mau minum,"

Eunha pun memberikan lelaki itu air putih yang tadinya ia ambil dari dapur.

"Bisa minum sendiri, kan?" tanya Eunha.

"Iya, aku bisa sendiri kok," balas Beomgyu lalu meminum air putih itu hingga habis lalu menaruh gelas di meja dekat kasur.

"Wajah lo pucat, Gyu," ujar Eunha sambil menyentuh wajah lelaki yang tengah terbaring lemah. "Badan lo panas."

Eunha kembali beranjak dari kasur lalu pergi ke kamar mandi. Tak lama gadis itu pun keluar dari dalam kamar mandi dan membawa sebuah wadah berukuran sedang.

Mate (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang