Bab 15. Bukan Pernikahan Impian

94 2 0
                                    

Dimas ingin berbicara dengan Arya empat mata.Sementara Elvina,Sarah ,Dinda dan Rain menunggu di luar. Elvina sedikit khawatir karena ayahnya meminta mereka semua keluar kecuali Arya.Apa yang sebenarnya ingin disampaikan ayahnya itu.

Rain,anak Arya menangis di pangkuan Elvina. Sepertinya bayi itu lapar,tapi tas Rain dan semua perlengkapannya ada di dalam mobil Arya. "Ini anaknya dosen kamu?isterinya kemana?" tanya Sarah. Ia heran kenapa malah Elvina yang menjaga anak dosen-nya.

"Iya bun,pak Arya belum punya isteri," jawab Elvina apa adanya.

"Lho?maksudnya gimana?punya anak kok nggak punya isteri.Dosen kamu duda?" cecar Sarah. Ia penasaran.

"Kata pak Arya dia belum nikah bun."

"Aduh...pusing kepala bunda kalau kayak gini.Terus kenapa kamu bisa bareng dosen kamu?"

Iya juga sih. Kenapa dosen-nya itu mau mengantarkannya sejauh ini. Aneh.

Rain masih menangis. Malah tambah besar suara tangisannya. Sarah tahu Elvina kerepotan," sini biar bunda yang gendong. Tapi ini kayaknya lagi lapar," Elvina mengangguk,lalu memberikan Rain pada bunda-nya.

"Susunya nggak di bawa?kalau umur segini belum bisa makan bubur bayi apalagi makanan kayak kita," tutur Sarah.

"Ketinggalan di mobil pak Arya bun,"

Sementara itu,di dalam ruangan. Arya duduk di kursi yang tak jauh dari brankar yang di tiduri Dimas,ayah Elvina. Keduanya saling diam.Entah kenapa Arya tiba-tiba gugup. Padahal tadi ia merasa biasa saja. "Ekhmm...ucapan kamu tadi serius?kamu mau menikahi anak saya?" tanya Dimas. Ia hendak duduk,tapi masih kesulitan. Dengan sigap Arya pun membantu laki-laki seumuran ayahnya ini. "Hati-hati pak," kata Arya penuh perhatian. Kini Dimas duduk bersandar di bantal yang telah di tumpuk oleh Arya tadi untuknya.

"Insha Allah saya serius dengan ucapan saya tadi pak," jelas Arya.

"Kamu duda?" jleb,Arya kaget bukan main.Kenapa dari sekian banyak pertanyaan,ia malah ditanya hal itu.Emangnya ia sudah terlihat seperti bapak-bapak anak satu?tapi emang iya sih,sekarang udah ada Rain.

"Saya masih single pak,belum pernah menikah."

"Lalu yang tadi itu anak kamu?"

"Yang tadi itu memang anak saya,tapi anak angkat," ucap Arya. Semoga saja ayah Elvina tidak akan bertanya bagaimana dirinya bisa mengadopsi Rain. Panjang ceritanya. Bisa-bisa obrolan ini nggak akan kelar sampai besok.

Dimas mengangguk beberapa kali. Ia paham sekaligus salut karena laki-laki yang ada di sampingnya ini sepertinya sudah siap membangun keluarga. Usianya masih muda,tapi sudah berani memegang tanggung jawab yang besar.

"Saya nggak akan meminta syarat-syarat yang sulit seperti calon-calon mertua di luaran sana. Saya hanya minta kamu bisa menjaga dan melindungi Elvina seperti yang saya lakukan selama ini. Meski dari luar dia terlihat tegar,tapi bisa saja selama ini ia menyimpan masalahnya sendiri tanpa orang lain tahu," ungkap Dimas panjang lebar.

"Waktu saya nggak lama lagi,saya hanya ingin melihatnya menikah sebelum saya pergi," sambung Dimas.

"Meskipun saya nggak bisa menjamin akan menjaga dan melindungi Elvina sama seperti yang bapak lakukan selama ini,tapi saya akan berusaha membuatnya selalu bahagia. Saya butuh Elvina di hidup saya pak," kata Arya sambil menatap Dimas.

"Baiklah,saya merestui kalian. Hidup saya juga udah nggak lama lagi,saya titip anak saya. Jangan buat saya kecewa."

"Terima kasih pak,saya berjanji nggak akan buat bapak kecewa," balas Arya. Senyum sumringah tergambar jelas di wajahnya.

Today With You (Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang