Thalia sampai rumah badmood banget karna tadi lagi seneng senengnya ngobrol sama Arkan malah ditarik paksa sama Dion suruh pulang.
Flashback on
"HAHAHAHAH kok bisa sih sampai nyebur got HAHAHAHAHA" Thalia ngakak sampai air matanya keluar mendengar cerita Arkan.
Tenyata Arkan itu orangnya humoris banget, Thalia jadi suka ehh?
"Iyaa, aku langsung marahin itu kodok terus dikira orang gila sama orang-orang yang lewat karna ngomong sama kodok" Arkan ikut tertawa karena ceritanya sendiri.
Jadi Arkan itu pecinta binatang, nah kan Thalia juga pecinta binatang jadi mereka langsung nyambung neh obrolan nya.
"Kita pulang!!" Dion datang tiba-tiba menarik tangan Thalia kasar.
"Aduhh om sakit!!! Lepasin!!" Thalia melihat sorot mata Dion yang mengerikan.
"Om maaf, bisa nggak jangan kasar sama ponakan sendiri" Arkan berbicara halus kepada Dion.
"Siapa kamu larang larang saya hah?! Kamu pacarnya dia? Cihh pantes" Dion mengeluarkan nada sinisnya.
"Kalau mau selingkuh biarin aja sih kak" Dina menyahut dengan santai.
Tanpa basa-basi Dion menarik Thalia keluar kafe. Thalia sedih deh, baru dapet temen baru udah dikira selingkuh.
Flashback off
****
Sore ini orang di seluruh mansion lagi sibuk nyiapin pesta buat nanti malem. Acara buat penyambutan Dina yang pulang dari Inggris.
Thalia lagi-lagi ngenes, yang lain mah pada nata dekorasi, nata makanan, ehh si Thalia malah cuma disuruh cuci piring dan bersihin apapun yang kotor, padahal kan banyak pembantu lain, tapi kenapa harus Thalia?
"THALIAA!! BERSIHIN MEJA YANG UDAH DITATA!" Teriakan Mama Anin emng ngga ada duanya.
"IYA MAH" Thalia jawab teriak juga dong biar adil.
Thalia mengambil lap dan mulai membersihkan meja buat naruh makanan.
"ehh eh ini Tolong pegangin bentar" Dina memberi Thalia sebuah Vas kaca untuk nanti hiasan.
Thalia yang belum siap menerima itu vas, Dina udah melepas tangannya, otomatis Vas itu terjun bebas ke lantai.
Prangg
"Auhhh!! Sakitt, lo gimana sih udah bilang gue minta tolong bawain juga! Cuma suruh bawa Vas begitu aja ngga becus!" Dina berteriak marah saat kakinya sedikit mengeluarkan darah akibat pecahan kaca, Thalia diam kakinya serasa mati rasa karna merasa banyak pecahan kaca mengenai kakinya.
Semua orang langsung berkumpul mendengar pecahan dan teriakan Dina.
"ASTAGA!! Dina kamu ngga papa? ayo mama obatin!" Mama Anin langsung memapah Dina masuk ke dalam rumah diikuti papa Tomi.
Dion mendekat ke Thalia yang masih diam saja.
"Siapa yang salah? Jujur!" nada tegas dan mengintimidasi membuat Thalia takut dan tetap diam.
"Jawab Thalia!" Dion menggoyangkan bahu Thalia kasar.
Air mata Thalia tidak bisa dibendung, dan mulai terisak.
"Saya nggak suruh kamu nangis!! Jawab!" Dion memegang rahang Thalia agar mendongak.
"Buk.. hiks bukan.... Saya..." Air matanya mengucur deras.
"Lalu? Kamu nyalahin adik saya yang jelas jelas saya lihat dia tidak bersalah?! HAH!! Saya lihat dnegan mata kepala saya kalau kamu yang jatuhin itu Vas" Dion berteriak tepat di depan wajah Thalia dan melepaskan tangan dari rahang Thalia dengan kasar.
"Hiks hiks.... Maaf... Hikss...." Thalia menunduk melihat kakinya yang sudah tertutup oleh darah.
"Beresin pecahan kaca, habis itu obatin luka!" Dion melenggang pergi dari hadapan Thalia.
"Hiks hiks..." Thalia jatuh terduduk merasakan nyeri di kakinya.
Hatinya hancur, hancur banget. Thalia pikir Dion akan membelanya. Ternyata malah Dion yang menyalahkannya.
"Hiksss... Kak rafli.... Hikss" pikirannya sekarang hanya ingin pulang bersama kakaknya.
Tangannya tetap membersihkan pecahan vas. Banyak pembantu yang hanya melihat hal tadi, dan banyak juga yang bodo amat.
"Hikss... Bundaa... Ayah... Hikss Thalia kangen..." Memang kalau Thalia sedih pasti langsung teringat dengan mendiang orang tuanya.
Selesai membereskan pecahan vas, Thalia berdiri. "Shhh..." Kedua kakinya nyeri pake banget. Thalia berjalan tertatih tatih mencari P3K.
Diruang tengah Thalia melihat Dina yang sedang diobati Mama Anin, disebelah kanan kirinya ada papa Tomi dan Dion.
Andaikan Thalia jadi Dina, pasti tiap hari Thalia bersyukur deh bisa hidup di dunia.
Mendengar langkah kaki, keempat orang itu menengok ke arah Thalia. Thalia hanya menatap sendu mereka sendu. Thalia udah mengira kalau Dina cerita yang tidak tidak. Thalia pasrah deh.
Thalia mengambil P3K dan mulai mencabuti pecahan kaca yang menancap di kakinya.
"Cihh wanita murahan" tak disangaka, Mama Anin tiba tiba ngomong begitu.
"Baru juga nikah udah berani beraninya selingkuh, cih..." Thalia melihat dari ekor mata kalau mama Anin menatapnya sinis.
"Udah deh ma biarin aja" Papa Tomi seperti biasa menengahi.
Thalia yang badannya rada lemes pun cuma diem aja, dia masih punya akal sehat ya buat engga marah marah sama Mama Anin.
Diruangan itu tersisa Thalia dan Dina, Thalia masih sibuk mengobati kakinya. Dina menatap sinis Thalia dan berkata.
"Tunggu aja kakak ipar, tadi itu cuma permulaan" senyum miringnya terpasang.
****
Jadi guys gini, aku mau jelasin watak pemain disini.
1. Thalia : orangnya aktif, cerewet dan asal nyablak, tapi kalau tertekan sifatnya bisa beda.
2. Dion : Dion itu baik tapi sayangnya mudah terpengaruh orang sekitar, jadi gampang banget buat dikibulin.
3. Mama Anin : galak, pilih kasih pake banget, dan orang nya kasar parah.
4. Papa Tomi : suami suami takut istri
5. Oma Ani : penguasa keluarganya Dion, baik hati, selalu milih yang dirasa benar
6. Rafli : bodo amat sama Thalia tapi kadang kadang peduli.
Jangan lupa klik ⭐ dan kalau ada request alur bisa komen 💬
Terimakasih 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH (KONTRAK)✅ On Going
General Fiction"Jadi kamu hamil?" Tanya Wanita paruh baya kepada gadis belia yang terduduk di ranjang rumah sakit. "ASTAGA, engga mah percaya sama aku, aku cuma masuk angin biasa kok. Muntah muntah kok dibilang hamil, aneh banget" Padahal dokter di rumah sakit sud...