Pukul setengah delapan malam tamu tamu yang diundang sudah banyak datang.
Thalia memang mengunakan gaun cantik, tapi sayang kegiatannya cuma ngangkutin gelas dan piring kotor, serasa jadi pembantu.
"Thalia!!! Bawa ini ke belakang, aku mau ke kamar mandi" salah satu pembantu wanita berumur 25 tahun itu memberi thalia ember berisi mangkuk kotor.
"Huhhh....." Thalia menghela nafas panjang.
Dia berjalan menuju dapur dengan tertatih tatih. Kakinya masih terbalut perban yang tertutup sepatu putih.
Selesai meletakkan mangkuk kotor selembar tadi, Thalia kembali ke tempat pesta. Dia melihat keluarga Dion berkumpul bersama saudara saudara yang lain.
Thalia tersenyum miris, tadi memang Thalia sempat kumpul di meja mereka tetapi tak lama Mama Anin bilang 'ehhh Thalia katanya mau bantu bantu beresin piring gelas yang kotor, gih kesana bantuin mereka'. Padahal siapa yang mau bantuin beresin begituan sih.
Si Oma yang Thalia anggap melindungi malah seneng kalau Thalia disuruh bantu bantu begituan.
"Ehh neng Thalia, ini tolong kasihin ke meja itu" bi Murni pembantu tertua di mansion menunjuk meja di seberang kolam renang.
"Iya bi" Thalia menerima nampan itu dengan sopan.
Saat sedang berjalan tertatih tatih dipinggir kolam renang, tiba tiba ngga tau siapa ada yang dorong Thalia.
Byurr.
"Aaaaaa"
"Tol.... Onghh"
Tangan Thalia berusaha menggapai daratan, semua orang berkumpul menyaksikan aksi tenggelam Thalia.
Kolam itu sedalam 2,5meter, tinggi Thalia hanya 160cm dan tidak bisa berenang sama sekali.
"Ada apa sih itu rame rame di kolam?" Tanya Oma Ani pada orang disekitar.
"Itu oma ada yang tenggelam" jawab perempuan salah satu teman Dina, mukanya panik kasian melihat ada yang tenggelam.
"Hahh? Siapa" tanya Dion.
"Itu perempuan, kayanya pembantu deh soalnya bawa nampan, ehh tapi pakaiannya pakai gaun, warna peach" Dion mengingat ingat siapa pembantu yang pakai gaun peach.
Pikirannya langsung ke Thalia. Dion berlari menuju kolam, semua yang melihat Dion lari pun mengikuti.
Dion menerobos orang orang sekitar kolam. Dion melihat pergerakan Thalia yang melemah, tak menunggu lama, Dion langsung menyeburkan diri ke kolam.
Thalia sudah menelan banyak sekali air, dia juga merasa sudah dijemput ajal. Kepalanya pusing karna banyak air masuk melewati hidung. Kesadaran nya sudah mulai menghilang, dia merasa tubuhnya diangkat seseorang.
Dion membawa Thalia ke pinggir kolam. Kesadaran Thalia sudah hilang, mukanya pucat, tubuhnya juga dingin. Dion Menekan-nekan dada Thalia, memberi nafas buatan.
Orang orang hanya menyaksikan di sekitar.
"Uhuk uhuk....." Thalia mengeluarkan banyak air dari mulutnya.
"Thalia...." Dion menepuk pipi Thalia, lantaran masih saja menutup mata.
Thalia membuka sedikit matanya, tubuhnya benar benar lemas "om.... Dingin" Thalia menatap sendu mata Dion.
"Ini handuk" Oma Ani memberi Dion handuk untuk Thalia.
Dion menggendong Thalia ala bridal style menuju kamar mereka berdua. Thalia terlihat menggigil dan menutup mata. Diletakkan tubuh Thalia di kasur.
Dion melepas bajunya yang basah, dan menggantinya dengan pakaian biasa. Berjalan menuju Thalia yang memejamkan mata dengan nafas teratur sedikit menggigil.
Dion menguatkan hati untuk membuka pakaian Thalia, menurunkan resleting dan melepas gaun Thalia. Tersisa bra dan celana dalam, Dion meneguk ludah, bagaimana pun Dion juga lelaki normal yang punya nafsu.
Melepas celana dalam Thalia dan mengganti yang baru, begitu juga dengan bra. Selesai memakaikan Thalia piyama, Dion turun mengambil kompresan.
"Gimana Thalia Yon?" Tanya Oma Ani dengan wajah panik.
"Ngga papa Oma, lagi tidur kayaknya demam" jawab Dion menenangkan.
"Bawain makanan sama teh anget, Oma ambilin obat dulu sebentar" Dion mengangguk.
*****
Pukul 02.00 dini hari, Thalia membuka mata. Dia merasa ada sesuatu dingin menepel di dahinya. Yang thalia tau itu bye bye fever untuk penurun demam, emang dia demam?.
Disebelah Thalia ada Dion yang masih terlelap. Tangan Dion memeluk perut Thalia.
Tahlia melamun memikirkan siapa yang tega mendorong Thalia ke dalam kolam. Thalia tidak bodoh, dia tahu ada yang sengaja mendorong tubuhnya ke kolam. Nampan berisi minuman tadi sudah ikut tenggelam.
Daripada pusing memikirkan hal tadi yang memalukan? Thalia mending tidur.
****
Pagi ini Thalia sudah rapi mengenakan seragam sekolah. Dion pagi ini juga bersedia mengantar ke sekolah sekalian ke kantor.
"Nanti pulang sekolah chat saya aja biar saya jemput" Ucap Dion sambil memakan roti isi.
"Emm... Tapi itu.... Om"
"Apa"
"Saya ngga punya hp om" Thalia tersenyum miris.
"Hah? Bukannya kamu punya hp, kemaren kemaren saya lihat kamu pegang hp"
"Tapi... Udah saya jual buat uang jajan saya" Thalia menunduk meratapi nasib, Dion tercengang sampai menjual hp untuk uang jajan? Kenapa Thalia tidak minta kepadanya.
Dion mengeluarkan kartu "ini atm buat kamu jajan, nanti pulang sekolah saya jemput"
"Beneran ini om buat saya?"
"Iya, tapi stop panggil saya om"
"Terus saya panggil apa dong"
"Terserah"
"Oke aku panggil kakak aja"
"Emm... Not bad"
*****
Gimana guys? Komen dong perasaan kalian. Kurang ya feel nya, maklum aja masih pemula.
Jangan lupa klik ⭐ dan kalau ada request alur bisa komen 💬
Thanks🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH (KONTRAK)✅ On Going
Fiksi Umum"Jadi kamu hamil?" Tanya Wanita paruh baya kepada gadis belia yang terduduk di ranjang rumah sakit. "ASTAGA, engga mah percaya sama aku, aku cuma masuk angin biasa kok. Muntah muntah kok dibilang hamil, aneh banget" Padahal dokter di rumah sakit sud...