23. Sabar

1.4K 70 11
                                    

Thalia keluar dari mobil. Dan mobil Dion pergi meninggalkan dirinya

Thalia terduduk di trotoar. Tengah malam, gelapp , Thalia sendirian.

"Tuhan... Thalia capek. Apa yang selama ini Thalia itu salah kah? Thalia cuma ngikutin alur Tuhan. Tujuan Thalia dari awal cuma membantu Oma Ani, kenapa berakhir seperti ini Tuhan. Thalia butuh tempat bersandar."

Air hujan sedikit demi sedikit menetes ke bumi. Tak sedikitpun Thalia berniat berteduh, biarkan hujan membasahi dirinya dan membawa pergi segudang masalahnya.

"hikss... Tuhann, Thalia tidak kuat dengan ini semua. Tolong sudahi..."

****

Subuh telah datang. Semalam Thalia tidak pulang ke apartemen Rafli ataupun mansion keluarga Dion, tebak kawan kawan Thalia ada dimana sekarang? Yap Thalia memutuskan bermalam di masjid daerah sekitaran tadi malam posisi Thalia menangis.

Tidak peduli keadaannya seperti apa, Thalia tidak membawa barang apapun sekalipun dompet. Tidur? Wah Thalia tidak terpikirkan untuk dirinya tidur. Dia menghabiskan semalam di masjid ini untuk mengadu kepada Tuhan-nya.

"Ihh enaknya gue kemana nih sekarang, udah kaya gembel begini dikira orang gila lama-kelamaan"

Yap bingung, mau pulang kemana tidak ada tujuan bukan?

"Mending gue ambil barang di apartemen kakak abis itu cari kontrakan atau apa ya? Dion ga mungkin mau nerima gue ga si? Tapi kan gue bunting anak die masa tega banget, tapi ya salah gue juga si bikin perjanjian nenek lampir sialann, apa gue cari tutorial buat bikin gado gado daging Anin hahahaha" di momen seperti ini masih sempatnya Thalia menggerutu tidak jelas. Entah dia sudah gila atau dia sudah sedikit berdamai dengan keadaan, kasian.

Thalia lagi lagi berjalan, dengan tujuan apartemen Rafli yang sedikit jauh yaa untuk jalan kaki maah. Apalagi Thalia membawa beban perut, ya ga seberapa tapi harus hati hati bukan?.

"Perdamaian perdamaian... Perdamaian perdamaian..." Hahahah sambil jalan Thalia menyanyikan lagu Nasida Ria-Perdamaian. Pokoknya lagu itu deh.

"Pantes ga kalo gue masih berharap sama Dion, selain demi anak ini gue sendiri juga cinta anjritt. Cinta ini... Kadang kadang tak ada logikahhh..."

Sepertinya kejiwaan Thalia tersentil.

Tak terasa Thalia sudah di dalam lift apartemen Rafli, mendekati unit kakaknya dia melihat tas nya sudah tergeletak di depan pintu apartemen Rafli.

Teganyaa, barang barang Thalia yang lumayan banyak itu ditaro di depan pintu seakan akan dibuang oleh kakak nya. Tetapi di atas barang barangnya ada secarik kertas, jelas itu dari Rafli kan

"Ini barang barang Lo lengkap gaada yang ketinggalan di dalem apartemen gue. Gue lagi sibuk jangan ganggu"

Thalia sudah tidak ada waktu untuk bersedih lagi, dia kudu tetap waras untuk anaknya di dalem perut mungil ini.

****

Di sisi lain. Setelah kejadian malam ituu Dion sangat frustasi. Kagett jelas tak menyangka Thalia menyembunyikan rahasia sebesar itu padanya.

"ARGHHHH..."

Dion mengacak rambutnya frustasi. Kemeja yang dikenakannya sudah tidak berbentuk.

Dia menatap telapak tangan kanannya yang beberapa saat lalu melayangkan tamparan ke istrinya.... Thalia.

"Thaal.... saya ga nyangkaa... tapi saya menyesal" Dion terduduk lesu memandang sayu tempat tidur dirinya dan Thalia.

****

Sudah berpindah tempat sekarang Thalia ada dimana..... Jeng jeng jeng (bntar author juga bingung😞)

Thalia berada di satu rumah makan padang dikarenakan calon bayi dalam perut mungil nya meminta asupan gizi.

Padahal Thalia tidak terlalu suka masakan berbau santan seperti rendang yang saat ini dia makann dengan porsi yang sangat banyakk?

"wahh gilaa mukbang nih gue laper bangett... happ... dasar lo utun dalem perut, awas ya sampe bikin badan Mamamu ini melar" Thalia berbincang kecil kepada anak om Dion dalam perut Thalia. waah... anak om Dion yaa.

Masih di tempat yang sama Thalia masih sibuk menikmati teh tawar hangat.

"hambar yaa... kaya hidup gue hahaha, besok besok maunya minum teh manis biar idup gue ikut manis, iyakan tunn..." Lagi lagi dia hanya mengajak ngobrol si utun dalam perutnya itu.

Tiba tiba si samping Thalia ada uluran tangan

"pulangg..."

Thalia menengok kagett. Yapp... Dion dong siapa lagi. Thalia bingung apakah dia harus menerima uluran tangan ituu atau tidak, tapi tangannya sibuk memegang teh anget.

"ayo pulangg, kita bicarakan dirumah" Dion tersenyum hangat membuat hati Thalia luluh. Thalia menerima uluran tangan Dion.

"om... saya takut" pikiran Thalia jelas kalut. Apakah dia akan ribut dengan Om Dion? apakah dia akan disiksa oleh Mama Anin? pasti dia akan dihina hina

*****

28 Maret 2023

hihi aloo gaiss, maaf bangett nihh bener bener minta maaf udah ngilang😭🙏

ky nya aku semangat nulis lagi nih hehehe

yukk dukung Thalia

klik ⭐️ nya wajibb aku maksa🤬 jangan lupa komen juga yaa biar aku semangat lagi💬 makasi yg udah koreksi typo aku

love you semua🫶😍😘 salam hangat dari Thalia

NIKAH (KONTRAK)✅ On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang