Empat Cinta Sebelah Tangan | Bab 1 - Terpancing Emosi

28 2 0
                                    

Pagi ini, Chessy harus bersiap dengan cepat karena bangun terlambat. Setelah memastikan penampilanya rapi, dia meraih tas ransel di meja belajarnya lalu segera keluar dari kamarnya. Chessy menuruni tangga dengan cepat, dan sampai di bawah, dia langsung berpamitan pada ibunya.

"Ummi, Chessy berangkat dulu, assalamualaikum," Cheessy mencium punggung tangan ibunya kemudian pergi.

"Loh, kamu tidak mau sarapan dulu, Ummi sudah buat sarapan,"

"Tidak Ummi, Chessy hampir terlambat, maaf," Chessy cepat-cepat berjalan keluar.

Chessy melirik arloji di tangannya, "Ah, sedikit lagi. Aku harus cepat," lalu berlari menuju halte bus. Jarak rumah Chessy dengan halte bus memang tidak begitu jauh, namun jika tidak tepat waktu, bisa-bisa dia tertinggal bus paginya, dan harus menunggu bus berikutnya.Sampai disana Chessy duduk istirahat sembari mengatur napasnya yang tidak beraturan setelah berlari.

"Alhamdulillahh, masih kurang lima menit busnya datang. Akhirnya bisa istirahat juga," ujarnya lega. Tiba-tiba sebuah lambhorgini melintas di depan Chessy dengan pelan, dan seorang siswi mendongakkan kepalanya keluar jendela mobil.

"Hey, capek ya? Kasihan banget sih. Makanya, naik mobil sendiri dong," ejek siswi itu dengan lagak sombong. Chessy yang mendengar itu langsung naik darah. Tangannya mengepal, degup jantungnya menjadi tidak beraturan, dan wajahnya menyiratkan kemarahan. Dia seperti ingin mengumpat, namun tidak jadi karena mobilnya berlalu dengan cepat.

"Aish, menyebalkan sekali dia. Dia selalu menyombongkan diri, toh juga itu fasilitas dari orang tuanya, bukan miliknya sendiri," gerutunya.

"Assalamualaikum, Chessy," sapa Rara yang tiba-tiba datang.

"Waalaikumsalam," jawabnya ketus.

"Kok gitu, kenapa? Ada masalah?"

"Tentu saja. Pagi ini aku sangat kesal!" Ucapan Chessy itu membuat Rara agak takut, sebab dia tahu kalau Chessy terpancing emosionalnya, sentimennya sulit diredakan. Terkadang juga Rara menjadi korban marahnya Chessy.

"Kenapa?" tanya Rara pelan.

"Si Ratu Sombong itu tadi lewat di depanku, dan dia mengejekku lagi."

"Maksud kamu Sinta?" Rara memastikan.

"Memangnya siapa lagi? Tentu saja dia," jawab Chessy dengan nada kesal.

"Mmmmm," gumam Rara.

"Kenapa menggumam begitu? Harusnya kamu menenangkanku, atau setidaknya menghiburku," protes Chessy.

"Memangnya apalagi yang harus aku katakan? Aku tidak ingin salah berkomentar. Sudahlah Ches, dia memang seperti itu orangnya. Dia akan selalu memancing emosi kamu, dan jika kamu marah, maka dia akan puas." Rara menepuk pundak kanan sahabatnya itu sembari menyunggingkan senyum ke arah Chessy.

"Tetap saja aku tidak terima Ra, dia sudah melakukan ini berpuluh-puluh kali. Mungkin jika sekali, atau dua kali, aku bisa memakluminya, Tapi ...."

"Istighfar Chess, jika kamu seperti ini terus, kamu sama saja dong sama dia."

"Jadi, maksud kamu aku sama saja dengan dia,"

"Ya, mungkin!" Rara menaikkan kedua bahunya.

"Ra...."

"Sudahlah, ayo masuk! Kita akan terlambat nanti." Rara menarik lengan Chessy masuk ke dalam bus yang baru saja berhenti di depan mereka.

***

Rara dan Chessy berjalan melewati koridor sembari berbincang-bincang. Mereka asyik membicarakan tentang persiapan untuk pendaftaran anggota rohis yang baru.

4 Cinta Sebelah Tangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang