~oOo~
“Jadi, dia kerja di sana,” batin Ezra ketika melihat Chessy melayani beberapa pembeli kue. Dia terus mengamati Chessy, kini Chessy terlihat sedang berbincang dengan seorang wanita setengah baya, tidak lama kemudian wanita itu pergi. Beberapa saat sebelum pergi, Chessy mencium tangan wanita itu.
“Ezra!” tegur Mamanya yang duduk di sebelahnya.
“Iya,” sahutnya kaget.
“Ayo, jalan. Nungguin apa kamu?” Ada rona ketidaksabaran di wajah Mamanya.
“Iya, maaf.” Ezra segera melajukan mobilnya ketika menyadari kondisi jalanan sudah tidak macet lagi.
***
Pagi ini Rara berlari menuju halte bus karena bangun kesiangan. Dia semakin mempercepat larinya seiring berjalannya waktu karena takut tertinggal bus yang biasa dia naiki.
“Masih sisa lima menit,” gumamnya sembari melirik arloji di tangannya. Rara duduk sembari mengatur napasnya agar lebih tenang.
“Assalamualaikum.” Sebuah suara yang tidak asing mengejutkan Rara.
“Waalaikumsalam, Kak Alby?” Rara menoleh ke arah samping, dan didapatinya sosok Alby berdiri di sebelahnya sembari tersenyum.“Kenapa Ra? Kok terkejut gitu?”
“Ah, tidak. Heran saja, melihat Kakak di sini. Mobil Kakak di mana?”“Di rumah. Hari ini aku tidak membawa mobil, aku berangkat dari rumah nenek.”
“Ooh, begitu.” Rara mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.
“Boleh duduk?” Alby menaikkan kedua alisnya, pertanda memberi kode.
“Boleh.” Rara menggeser duduknya memberi tempat untuk Alby duduk.
Sudah sekitar sepuluh menit mereka duduk bersama, namun tidak ada obrolan lagi diantara mereka. Meski masih terbilang pagi, tapi cuaca di sekitar sudah panas. Tanpa sengaja Alby menoleh ke arah belakang, dan mendapati bayangan Rara sedang duduk berdempetan dengannya. Padahal, realitanya tidak seperti itu, posisi duduk Rara dan Alby memiliki jarak. Alby tersenyum melihat bayangan itu sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu memotretnya.“Busnya sudah tiba,” ujar Rara lalu bangkit dari duduknya. Alby segera memasukkan ponselnya ke saku lalu mengikuti Rara beranjak dari duduknya.
“Kamu duluan!” Alby memundurkan beberapa langkahnya.
“Em.” Rara tersenyum lalu mengangguk pelan. Setelah masuk ke bus, Rara dan Alby sempat terdiam karena tidak mendapat tempat duduk. Alby yang berdiri di sebelah Rara menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru bus, mencari-cari tempat duduk yang kosong.
“Masih ada yang kosong satu Ra, kamu duduk saja di sana.” Alby menunjuk ke arah kursi kosong yang berada tidak jauh di depannya.
“Tidak, aku berdiri saja. Silakan kak Alby saja yang duduk di sana,” tolak Rara.
“Aku tidak suka duduk, kamu saja. Kamu kan wanita, nanti capek kalau berdiri terus.”
“Pria juga bisa capek kalau berdiri terus.” Awalnya mereka saling diam, tapi setelah beberapa detik kemudian mereka saling melempar senyum.
“Ayo, duduk sana. Sebelum nanti keduluan orang lain!”
“Kakak benar, tidak ingin duduk?”
“Iya,” jawab Alby meyakinkan Rara.
“Ya sudah, kalau begitu aku akan duduk,” sambil tersenyum kepada Alby.
Alby tidak menjawabnya, dia hanya tersenyum kecil. Ketika Rara hendak berjalan maju, tiba-tiba seorang ibu tua naik ke dalam bus. Rara pun tidak jadi melangkah ketika melihat ibu itu mencari-cari tempat duduk. Tidak lama kemudian, ibu itu duduk ke kursi yang hendak di tempati Rara. Rara tersenyum, melihatnya dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Cinta Sebelah Tangan [END]
RomanceMasa SMA, siapa sih yang nggak ngerti? Rata-rata orang tua juga pernah mengalami masa SMA ketika muda. Masa yang sering dianggap banyak orang, masa paling berkesan ketika muda. Sebab, di sinilah seorang remaja pubertas yang labil mengenal cinta. Nam...