Empat Cinta Sebelah Tangan | Hukuman

15 3 2
                                    


~oOo~

Chessy yang tak mengetahui bahwa ia dikerjai oleh Sinta, menarik gagang pintu untuk keluar dari toilet, tapi pintunya tak terbuka.

"Lho, kok tidak bisa dibuka?" fikirnya.

"Bagaimana mungkin pintu toilet bisa terkunci? Apa ada seseorang yang sengaja mengunciku dari luar, ya?" fikirnya curiga.

Berkali-kali Chessy berusaha membuka pintu, namun hasilnya sama. Karena merasa panik Chessy berteriak meminta tolong. Namun tak ada satu bantuan pun yang datang. Sudah setengah jam Chessy berada di toilet. Kepalanya entah kenapa terasa pusing, dan dia mulai tidak tahan menahan sakit. Tiba-tiba penglihatannya menjadi buram, lalu semakin lama semakin gelap. Seketika itu juga tubuhnya jatuh ke lantai tidak sadarkan diri.

Sementara di kelas Rara merasa cemas. Tidak biasanya Chessy seperti ini. Hatinya bertanya-tanya, ke mana Chessy pergi? Sejak dia meninggalkannya di ruangan pendaftaran rohis tadi, Rara tidak pernah lagi melihat batang hidung Chessy. Dia teringat bahwa saat dia meninggalkannya, Chessy bersama Ezra. Dia pun memberanikan diri untuk bertanya pada Ezra.

"Maaf, Zra, kamu melihat Chessy?" tanya Rara yang tampak cemas.

"Sejak dia pergi ke toilet, aku tidak pernah melihatnya kembali," jawab Ezra. Disisi lain, Sinta hanya memandangi Rara dengan tatapan sinisnya.

"Hahaha ... mereka tidak tau kalau Chessy terkunci di toilet," fikirnya  tersenyum puas.

"Benarkah begitu?" tanya Rara lagi memastikan.

Sementara Ezra hanya mengangguk pertanda membenarkan. Di wajahnya kini mulai tersirat rona curiga. Ada prasangka buruk tentang Chessy di fikirannya.

"Baiklah, aku akan menyusulnya ke toilet," ujar Rara.

"Aku ikut bersamamu boleh?" tanya Ezra tiba-tiba. Dalam hatinya dia juga ingin mencari Chessy.

"Ha?" Rara terkejut ketika mendengar pertanyaan Ezra.

"Untuk apa? Aku mau pergi ke toliet wanita, dan kamu mau ikut?" Ada ekspresi kaget di wajah Rara.

"Em. Maksudku ... tidak seperti yang kamu fikirkan. Jangan salah faham dulu, aku tidak macam-macam. Yakin deh," ujar Ezra lalu mengangkat dua jari tengahnya. Ezra berfikir Rara salah paham dengan maksudnya.

"Tidak bisa Ezra, kamu ini aneh-aneh saja. Guru tidak akan memberikan izin seorang siswi pergi ke toilet bersama seorang siswa. Ini peraturan sekolah," jelas Rara.

Wajah Ezra kini memerah karena malu. Apa yang tadi dikatakanya memang konyol. Sejak dulu, di mana-mana peraturan sekolah tidak membolehkan seorang siswi pergi bersama seorang siswa ke toilet.

"Maaf, tapi aku akan pergi sendiri," ujar Rara. Rara mengangkat tangannya ke atas dan meminta izin ke toilet. Setelah mendapat izin, dia bergegas pergi.

Karena jarak kelas dan toilet agak jauh, Rara mempercepet jalanya. Ketika setengah perjalanan sudah ditempuhnya, seseorang dari belakang memanggilnya.

"Ezra," gumam Rara ketika melihat sosok Ezra berlari menghampirinya.
"Kenapa kamu disini? Kamu mengikutiku?" tanya Rara curiga.

"Eitsss, jangan salah paham dulu, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya ingin membantu mencari Chessy saja," jawab Ezra.

"Benar, aku tidak akan macam-macam, janji." Ezra mengangkat jari kelingkingnya. Dia terus saja mencoba meyakinkan Rara.

"Tapi ... bagaimana kamu bisa keluar?" tanya Rara.

"Aah, itu mudah. Sudah, itu tidak penting lagi." Ezra mengumbar senyum ke arah Rara.

"Ya sudah, aku ... aku akan jalan lebih dulu," ujarnya kemudian mempercepat langkahnya.

4 Cinta Sebelah Tangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang