Empat Cinta Sebelah Tangan | Cinta Dalam Diam

8 2 0
                                    

~oOo~

Kau tahu bagaimana rasanya mencintai dalam diam? Menyesakkan bukan? Apalagi cinta itu sudah dipendam selama bertahun-tahun lamanya. Apa yang membuat orang dapat mencintai dalam diam? Karena takut cintanya bertepuk sebelah tangan? Maaf, itu bukan alasan bagiku.

Mencintai dan dicintai itu fitrahnya manusia. Jika kau mencintai sesuatu, cintailah sang pencipta-Nya dulu. Baru ciptaan-Nya. Inilah yang dirasakan oleh seorang Alby. Mencintai dalam diam. Rasa yang sudah dipendamnya selama bertahun-tahun kini tak tertahankan lagi. Selama ini ia berusaha untuk melawan hawa nafsunya sendiri. Kau tau bagaimana rasanya melawan hawa nafsu sendiri? Sulit bukan? Begitulah yang dilalui Alby selama ini. Memendam rasa terhadap Rara. Wanita berparas cantik begitu juga dengan akhlaknya.

"Ya, Rabb. Aku mencintainya karena-Mu. Dan biarkanlah cinta dalam diam ini selayaknya cinta Fatimah kepada Ali, dan cintanya Zulaikha kepada Yusuf. Tapi, mengapa rasa ini begitu menyesakkan? Harus berapa lama lagi aku memendamnya sendiri? Sesungguhnya mencintai dan dicintai merupakan fitrah pemberian-Mu. Berilah kekuatan untukku, agar aku masih bisa bertahan dengan rasa ini hingga tiba waktunya." begitulah do'a yang dilangitkan oleh Alby setelah selesai melaksanakan shalat malam.
Do'a adalah senjatanya orang-orang mukmin. Sebagaimana Allah berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan...." (QS. Al-Mukmin: 60).

Hanya mampu mendo'akan yang terbaik untuknya hingga nanti menjadi kekasih halal baginya.

***

"Hai, Ra," sapa Chessy pagi itu.

"Assalamualaikum, Chessy," ucap Rara sambil tersenyum kepada sahabatnya itu.

"Waalaikumsalam, hehehe," jawab Chessy sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lain kali, kalau mau menyapa ucapkan salam, jangan diulangi lagi!" nasihat Rara.

"Hehehe ... Iya, maaf Ra, habisnya kebiasaan sih," jawab Chessy sambil terkikih kepada Rara.

"Iya, karena kebiasaan makanya dirubah mulai sekarang!"

"Iya-iya, maaf ustadzah Rara," goda Chessy kepada sahabatnya.

Rara hanya dapat tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu yang tak pernah berubah. Entah kapan sifatnya yang dulu itu akan berubah. Kini keduanya mulai terdiam. Seperti ada malaikat yang lewat saja. Suasananya hening karena waktu itu hanya mereka berdua yang berada di dalam kelas.

"Ra," panggil Chessy.

"Iya, ada apa Chess?" Jawab Rara.

"Hemm ... Aku ingin mengungkapkan sesuatu,"

"Sesuatu? Apakah itu sangat penting?" tanya Rara penasaran.

"Iya," jawab Chessy singkat.

"Bisa kita bicara sebentar. Tapi, tidak di sini," ucapnya.

"Baiklah, bagaimana kalau di taman sekolah nanti sehabis istirahat."

"Oke," jawab Chessy setuju.

***

Kini bel pun didendangkan pertanda jam istirahat. Seperti yang telah dijanjikan bersama Rara, sekarang Chessy dan Rara pun beranjak dari tempat duduk mereka dan pergi menuju taman yang ada di belakang sekolah.

"Ada hal penting apa Chess, hingga kita harus jauh dari keramaian?" tanya Rara penasaran.

"Hemm ... Bagaimana, ya ... aku harus memulainya," ia tampak bingung untuk memulainya dari mana.

"Ya sudah, ucap bismillah dulu supaya kamu bisa menyampaikan apa yang ada di benakmu."

"Bismillahirrahmanirrahim, hemm ... Seperti ingin makan saja," canda Chessy.

4 Cinta Sebelah Tangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang