~oOo~
“Kalian ini bicara apa sih? Siapa yang akan kena hukum? Hukuman itu tidak akan pernah berlaku.” Sinta tampak tenang.
“Maksud kamu apa Sinta? Jelas-jelas tadi kepala sekolah sudah memutuskan adanya hukuman. Bagaimana sekarang nasib kita jadinya?” Fiza merasa tidak terima dengan ucapan Sinta. Dia merasa agak kesal dengan Sinta, karena Sinta lah mereka kena hukuman.
“Papaku itu donatur tetap di sini, tidak mungkin kepala sekolah akan berani menghukumku. Papa tidak akan segan-segan menarik fasilitas sekolah ini, juga apa saja yang sudah dia sumbangkan. Jika tahu, putri kesayangannya itu tidak diperlakukan dengan baik.” Ada senyuman licik di bibir Sinta.
Dia juga menekankan pada kalimat terakhirnya. Sorot matanya menjadi sinis, ada rasa balas dendam yang sekarang ditahannya. Sementara itu, wajah kedua temannya yang tadinya kusut, kini berubah sumringah setelah mendengar ucapan Sinta. Seolah-olah mereka juga mendapat perlindungan dari orang tua Sinta.
“Tapi kan itu kamu? Lah, kita gimana?” tanya Jihan tiba-tiba.
“Jihan, jangan mendadak bodoh deh. Kalau aku tidak kena hukum, tentu saja kalian juga tidak. Kalian ini temanku. Jadi, santai sajalah, tidak ada yang akan kena hukum. Aku pastikan itu.” Sinta meyakinkan.
***Disisi lain, Chessy yang tadi sudah sadar kini mulai membaik. Rara dan Ezra masih menungguinya sejak tadi.
“Kamu harus pulang Ches, aku sudah meminta izin untuk kamu. Sebaiknya istirahat dulu di rumah. Aku akan mengantar kamu pulang,” ujar Rara yang berdiri di sampingnya.
“Tidak perlu, aku akan pulang nanti saja. Kamu terlalu berlebihan Ra, aku ini tidak menderita sakit serius, hanya ringan saja. Aku sudah baikan kok,” tolak Chessy.
“Tidak, kamu harus tetap pulang. Wajah kamu pucat begitu, kamu perlu istirahat lebih banyak.” Rara bersikeras.
“Apa yang dikatakan Rara itu benar Ches, kamu harus pulang. Istirahatlah dulu di rumah,” sambung Ezra yang berdiri di samping Rara.
“Ayo, aku antar pulang,” ajak Rara.
Chessy menghela napas sebentar, “Iya, baiklah. Aku akan pulang.”
“Sip.” Rara memberi jempol pada Chessy sembari tersenyum manis. Rara kemudian membantu Chessy berjalan keluar UKS.
“Aku antar kalian pulang ya?” tawar Ezra tiba-tiba ketika sudah berada di luar UKS. Rara dan Chessy saling bertukar pandang ketika mendengar tawaran Ezra.
“Tidak, terimakasih. Aku hanya akan pulang dengan Rara,” sahut Chessy.
“Tapi kebetulan hari ini aku bawa mobil sendiri, jadi aku bisa mengantar kalian pulang,” Ezra terlihat bersikeras mencari alasan.
“Eh, tidak usah Zra, kita akan pulang naik transportasi umum saja,” tolak Rara.
“Kalian akan naik bus, maksudnya?” tanya Ezra. Mendengar pertanyaan Ezra, Rara hanya tersenyum.
“Tadinya aku ingin mengajak Chessy naik bus, tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku akan mengajak Chessy naik taksi saja,” jawab Rara.
“Kalau begitu, biar aku yang carikan taksi ya?” tawar Ezra.
“Aku bisa sendiri, tidak perlu kamu carikan.” Chessy kini angkat bicara.
“Yuk Ra, kita pergi,” ajak Chessy.“Biar aku temani sampai dapat taksi ya?” Ezra terus saja mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Cinta Sebelah Tangan [END]
RomanceMasa SMA, siapa sih yang nggak ngerti? Rata-rata orang tua juga pernah mengalami masa SMA ketika muda. Masa yang sering dianggap banyak orang, masa paling berkesan ketika muda. Sebab, di sinilah seorang remaja pubertas yang labil mengenal cinta. Nam...